Taubat Nabi-nabi dalam Al Quran
Al Quran telah menyebutkan kepada kita taubat Nabi-nabi dan orang-orang yang saleh atas perbuatan salah mereka. Mereka segera menyesal, bertaubat dan beristighfar dari kesalahan itu. Dengan berharap agar Allah SWT mengampuni dan meneriman taubat mereka.Pemimpin orang-orang yang taubat adalah nenek moyang manusia, Adam a.s. Yang telah Allah SWT jadikan dia dengan tangan-Nya dan meniupkan ke dalam dirinya secercah dari ruh-Nya, memerintahkan malaikat untuk sujud kepadanya, mengajarkan kepadanya seluruh nama-nama, serta menampilkan keutamaannya atas malaikat dengan ilmu pengetahuannya. Namun Adam yang selamat dalam ujian ilmu pengetahuan, tidak selamat dalam "term pertama" ujian iradah (mengekang hawa nafsu). Allah SWT mengujinya dengan beban pertama yang ditanggungkan kepadanya. Yaitu melarang untuk memakan suatu pohon. Hanya satu pohon yang dilarang untuk dimakannya, sementara memberikan kebebasan baginya untuk memakan seluruh pohon surga sesuka hatinya, bersama isterinya. Di sini tampak ia tidak dapat menahan keinginan pribadinya, serta melupakan larangan Rabbnya dengan dipengaruhi bujuk rayu syaitan dan tipu dayanya, sehingga dia pun memakannya dan dia pun terjatuh dalam kemaksiatan. Namun secepatnya dia mencuci dan membersihkan dirinya dari bekas-bekas dosa itu, dengan taubat dan istighfar.
"Dan
durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia. Kemudian Tuhannya memilihnya maka
Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk." (QS. Thaaha: 121-122)
Al Quran menceritakan kepada kita
tentang taubat Musa yang dipilih Allah untuk membawa risalah-Nya dan menerima
kalam-Nya. Serta Allah SWT menurunkan taurat kepadanya, menjadikannya sebagai
salah satu ulul 'azmi dari sekian rasul, serta membekalinya dengan sembilan
ayat-ayat penjelas. Namun ia telah melakukan dosa sebelum mendapatkan risalah.
Yaitu karena menuruti permintaan seseorang dari kaumnya yang sedang bertengkar
dengan kaum Fir'aun untuk membantunya, maka kemudian Musa memukulnya dan orang
itupun tewas seketika.
"Musa
berkata: Ini adalah perbuatan syaitan sesungguhnya syaitan adalah musuh yang
menyesatkan, lagi nyata (permusuhannya). Musa mendo'a: Ya Tuhanku, sesungguhya
aku telah menganiaya diriku sendiri, karena itu ampunilah aku. Maka Allah
mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang." (QS. al Qashash: 15-16)
Beliau juga telah melakukan
kesalahan setelah menerima risalah, ketika beliau berkata:
"Berkatalah
Musa: Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku melihat kepada
Engkau. Tuhan berfirman: Kamu sekali-kali tidak sanggup melihatKu, tapi
lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sedia kala)
niscaya kamu dapat melihatKu. Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung
itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh, dan Musapun jatuh pingsan. Maka
setelah Musa sadar kembali, dia berkata: Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada
Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman." (QS. al A'raaf: 143)
Di sini, Allah SWT berfirman:
"Hai Musa,
sesungguhnya Aku memilih (melebihkan) kamu dari manusia yang lain (di masamu)
untuk membawa risalahKu dan untuk berbicara langsung denganKu. Sebab itu
berpegan teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu
termasuk orang-orang yang bersyukur." (QS. al A'raaf: 144)
Ketika Musa kembali kepada
kaumnya setelah beliau melakukan munajat kepada Rabbnya selama empat puluh
malam, dan mendapati kaumnya telah menyembah anak sapi yang dibuat oleh Samiri,
dan menjadikan anak sapi itu sebagai tuhan yang disembah, maka amarah beliaupun
segera meledak. Dan bersabda: "alangkah buruknya perlakuan kalian
sepeninggalku". Kemudian beliau melemparkan lembaran-lembaran yang
terdapat di dalamnya Taurat kalam Allah. Beliau melemparkan lembaran itu ke
tanah, padahal di dalamnya terdapat firman-firman Allah. Kemudian menarik
kepala saudaranya, Harun, kepadanya, padahal ia juga adalah rasul sepertinya
jua. Dan saudaranya itu berkata kepadanya: "Wahai saudara seibuku, mengapa
engkau tarik jenggot dan kepalaku, karena kaum kita itu menganggap aku lemah,
dan mereka hampir membunuhku, maka janganlah engkau jadikan musuh-musuh gembira
melihatku, dan janganlah jadikan aku dari kelompok orang yang zhalim.Di sini Musa menyadari kemarahannya itu, meskipun marahnya itu karena Allah SWT.
"Musa
berdo'a: Ya Tuhanku, ampunilah aku dan sauadaraku dan masukkanlah kami ke dalam
rahmat Engkau, dan Engkau adalah Maha Penyayang di antara para penyayang."
(QS. al A'raaf: 151)
Al Quran juga menceritakan tentang
taubat Nabi Yunus a.s. Ketika beliau berdakwah kepada kaumnya untuk menyembah
Allah SWT namun mereka tidak menuruti dakwahnya itu. Maka Nabi Yunus tidak
merasa sabar menghadapi itu, dan marah terhadap kaumnya, kemudian beliaupun
pergi meninggalkan mereka. Kemudian Allah SWT ingin menguji beliau dengan
cobaan yang dapat membersihkannya, dan menampakkan sifat aslinya yang bagus.
Serta sejauh mana keyakinanya terhadap Rabbnya dan kejujurannya dengan Rabbnya.
Beliau kemudian menaiki sebuah kapal laut, di tengah laut kapal itu dihantam
angin besar, dan dipermainkan oleh ombak, dan mereka merasa bahwa mereka sedang
berada dalam bahaya yang besar. Para anak buah kapal berkata; kita harus
mengurangi beban kapal sehingga kapal ini tidak tenggelam. Dan akhirnya mereka
harus memilih untuk menceburkan sebagian orang yang berada di atas kapal itu
agar para penumpang yang lain selamat dari ancaman tenggelam itu. Hal itu
dilakukan dengan sistem undian. Kemudian undian itu jatuh kepada Yunus, dan
beliaupun harus mengikuti nasibnya itu. Maka beliaupun dilemparkan ke laut, dan
kemudian ditelan oleh seekor ikan paus, sambil mendapatkan kecaman karena ia
marah terhadap kaumnya serta meninggalkan mereka, karena putus harapan atas
mereka. Tanpa berupaya untuk terus mengulangi usahanya itu. Di dalam perut ikan
paus itu, keyakinan Yunus kembali menguat, dan beliau berdo'a dalam kegelapan
yang menyelimutinya itu: kegelapan laut, kegelapan malam, dan kegelapan perut
ikan paus, dengan kalimat-kalimat yang direkam oleh Al Quran ketika bercerita
dengan ringkas tentang Yunus ini:
"Dan
(ingatlah) kisah Dzun Nun (Yunus) ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia
menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya atau menyulitkannya, maka ia
menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: Bahwa tidak ada tuhan (yang berhak di
sembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk
orang-orang yang zalim. Maka Kami telah memperkenankan do'anya dan
menyelamatkannya daripada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang
yang beriman." (QS. al Anbiyaa: 87-88)
Tiga kalimat pendek yang
dipergunakan oleh Yunus a.s., namun ketiganya mempunyai pengertian yang besar:Pertama: menunjukkan atas tauhid --tauhid uluhiyah--, yang dengnnya Allah SWT mengutus para Rasul, menurunkan kitab-kitab, dan dengannya pula berdiri surga dan neraka: "La Ilaha Illa Anta" "tidak ada tuhan (yang berhak di sembah) selain Engkau".
Kedua: menunjukkan pembersihan Allah SWT dari seluruh kekurangan. Ini adalah makna tasbih yang dilakukan langit dan bumi dan seluruh makhluk. Karena segala sesuatu bertasbih dengan memuji-Nya. "Subhaanaka" "Maha Suci Engkau".
Ketiga: Menunjukkan pengakuan atas dosa yang dilakukan. Tidak menjalankan hak Rabbnya dengan sempurna serta menzhalimi diri sendiri karena sikapnya itu. "Inni kuntu minazh zhaalimiin" "sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim " ini adalah tanda sebuah taubat.
Tidak heran jika kata-kata yang pendek namun jujur dan ikhlas itu segera mendapatkan jawabannya di dunia ini, sebelum di akhirat:
"Maka Kami
telah memperkenankan do'anya dan menyelamatkannya daripada kedukaan. Dan
demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman." (QS. al Anbiya: 88)
Dan kata-kata yang mengandung
tiga hal ini: peng-esaan, pembersihan dan pengakuan, menjadi contoh bagi pujian
dan do'a ketika terjadi kesulitan. Hingga dalam hadits yang diriwayatkan oleh
Tirmizi dan ia mensahihkannya diriwayatkan:
"Do'a
saudaraku Dzun Nun (Nabi Yunus) yang jika dibaca oleh orang yang sedang
tertimpa bencana nisaya Allah SWT akan menghilangkan bencana dan kesulitannya
itu: "Tidak ada tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku
adalah termasuk orang yang melakukan kezaliman".
Al Quran juga menuturkan kepada
kita tentang cerita taubat nabi Daud a.s. seperti diceritakan dalam surah Shaad.
Yaitu ketika dua orang yang sedang berselisih datang kepada beliau, dan
memasuki mihrab beliau, sehingga beliau terkejut melihat kedua orang itu.
Keduanya kemudian berkata:
"Janganlah
kamu merasa takut (kami) adalah dua orang yang berperkara yang salah seorang
dari kami berbuat zalim kepada yang lain ; maka berilah keputusan antara kami
dengan adil dan janganlah kamu menyimpang dari kebenaran dan tunjukkilah kami
ke jalan yang lurus. Sesungguhnya saudaraku ini, mempunyai sembilan puluh
sembilan ekor kambing betina dan aku mempunyai seekor saja. Maka dia berkata:
Serahkanlah kambingmu itu kepadaku, dan ia mengalahkan aku dalam perdebatan.
Daud berkata: Sesungguhnya dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta
kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya. Dan sesungguhnya kebanyakan
dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada
sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini. Dan Daud mengetahui bahwa Kami
mengujinya, maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan
bertaubat. Maka Kami ampuni baginya kesalahannya itu. Dan sesungguhnya dia
mempunyai kedudukan dekat pada sisi Kami dan tempat kembali yang baik."
(QS. Shaad: 22-25)
Kita lihat, apa kesalahan Nabi
Daud dalam kisah ini, yang dia sangka sebagai fitnah, dan cobaan bagi beliau,
kemudian beliau beristighfar kepada Rabbnya, serta tunduk sujud dan memohon
ampunan.Yang tampak dalam kisah itu adalah: Nabi Daud a.s. bertindak dengan tergesa-gesa serta tidak meneliti dahulu secara mendalam, sehingga beliau terpengaruhi oleh dorongan emosi ketika mendengar perkataan salah seorang yang sedang berselisih itu. Dan secara tergesa-gesa memutuskan hukum dengan merugikan pihak lain, tanpa terlebih dahulu mendengar alasan-alasannya, dan memberikan kesempatan kepadanya untuk membela dirinya sendiri. Seorang hakim yang adil hendaknya tidak terperdaya oleh ucapan satu pihak yang sedang berselisih atau penampilannya. Hingga ia telah meneliti dan menyelidikinya dengan seksama, dan mendengar dari seluruh pihak yang berselisih dan adanya dalil yang mendukung ucapan masing-masing. Oleh karena itu ada yang mengatakan: Jika salah seorang yang sedang berselisih datang kepadamu dan sambil memperlihatkan satu matanya yang luka, maka tunggullah hingga engkau juga melihat lawan perkaranya, karena barangkali justru lawannya itu kedua matanya luka!
Oleh karena itu, datang perintah Tuhan agar Daud tidak cepat terpengaruh oleh emosinya dalam menetapkan suatu hukum. Dalam firman Allah SWT:
"Hai Daud,
sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka
berilah keputusan (perkara) di antara manusia denga adil dan janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah." (QS.
Shaad: 26)
Apakah kedua orang yang sedang
berselisih itu adalah memang manusia, atau dua malaikat yang menyamar sebagai
manusia, datang untuk menguji nabi Daud, kemudian keduanya lenyap tanpa bekas?Apapun kemungkinannya, namun pengertian dan tujuannya adalah sama. Namun itu tidak dapat dijadikan sebagai suatu bentuk metafor, dan sebagai sindiran bagi Daud sendiri, karena ia menginginkan istri tetangganya sendiri, seperti digambarkan oleh kisah-kisah Israiliat yang menampilkan dengan buruk perjalanan para Rasul dan Nabi-nabi. Hingga dalam kisah Israiliat itu para Nabi telah jatuh dalam tindakan-tindakan yang orang biasa saja tidak mau melakukannya, maka bagaimana mungkin terjadi bagi seseorang yang Allah SWT tundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersamanya pada sore dan pagi hari. Tentangnya Allah SWT berfirman:
"Dan
ingatlah hamba Kami Daud yang mempunyai kekuatan; sesungguhnya dia amat taat
(kepada Tuhan)".
"Dan sesungguhnya dia
mempunyai kedudukan dekat pada sisi Kami dan tempat kembali yang baik".Ayat-ayat yang berkaitan dengan taubat banyak terdapat dalam al Quran, dan dalam halaman selanjutnya ayat-ayat itu akan kami ungkapkan. Insya Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar