TAUHID KEWAJIBAN YANG PERTAMA DAN PALING UTAMA
Segala puji bagi Alloh Ta’ala yang telah mengutus para Rosul-Nya
dengan tauhid dan memerintah mereka untuk berdakwah kepadanya dan
menjadikan kebahagiaan bagi orang-orang yang menaatinya dan kerugian
bagi orang-orang yang menyelisihinya.
Dan shalawat serta salam kepada Nabi Shallallohu’alaihi wa sallam
penutup para nabi dan rosul yang diutus dengan membawa agama yang murni
dan hujjah yang jelas.
Ketahuilah sesungguhnya pokok segala kebahagiaan dunia dan akhirat
adalah tauhid, sebaliknya dasar kerugian dunia akhirat adalah syirik.
Ketika kita melihat kaum muslimin telah tersebar dikalangan mereka
kesyirikan dan bid’ah jauh dari tauhid dan sunnah terutama di
zaman-zaman sekarang ini maka kami ingin menjelaskan bahwa tauhid
merupakan kewajiban yang pertama dan paling utama atas setiap orang, hal
ini kami tulis dalam risalah yang singkat ini, dengan demikian kita
akan semakin berpegang teguh dengan baik yaitu dengan mengajarkannya
atau mempelajarinya serta waspada dan mengingatkan orang akan bahaya
kesyirikan dan macam-macamnya. Adapun bagi orang-orang yang melalaikan
hal ini hendaknya segera memperhatikannya sebelum habis waktu di dunia
ini. Maka kami katakan: sesungguhnya mentauidkan Alloh adalah permulaan
dakwah semua Rosul ‘alaihimussalam, sebagaimana firman Alloh Ta’ala :
“Dan kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan kami
wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan
aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”.(QS: Al-Anbiyaa’: 25)
Dan Alloh berfirman yang Artinya:
“Dan sesungguhnya kami Telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat
(untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut” (QS:
An-Nahl: 36)
“Sesungguhnya kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai
pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan.”(QS. Faathir: 24
)
“Maka Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan,
Tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa)
orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. dan Allah mengetahui tempat
kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.”(QS. Muhammad: 19 )
“Dialah yang Telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk
(Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama,
walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.”(QS. At-Taubah: 33)
Mentauhidkan Alloh merupakan kewajiban yang pertama bagi setiap
mukallaf dan dengannya Alloh menciptakan makhluk ini. Sabagaimana dalam
firmanNya:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribdah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariaat: 56)
Tauhid merupakan agama islam dan Alloh tidak akan menerima selainnya. Sebagimana firmanNya yang artinya:
“Barangsiapa mencari agama selain agama islam, Maka sekali-kali
tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat
termasuk orang-orang yang rugi.”(QS. Ali ‘Imron: 85)
Maka oleh karena itu Alloh Ta’ala memerintahkan kepada hambanya yang beriman yang Artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati sedang mereka tetap dalam
kekafirannya, Maka tidaklah akan diterima dari seseorang diantara mereka
emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengan emas (yang
sebanyak) itu. bagi mereka Itulah siksa yang pedih dan sekali-kali
mereka tidak memperoleh penolong.”(QS. Ali ‘lmron: 91).
Juga dalam firman-Nya dalam ayat yang lain:
“Dengan ikhlas kepada Allah, tidak mempersekutukan sesuatu dengan
Dia. barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, Maka adalah ia
seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau
diterbangkan angin ke tempat yang jauh.”(QS: Al-Hajj: 31)
Alloh Ta’ala juga bersaksi atas tauhid dan keadilan-Nya demikian pula
para malaikat dan para ahlul ilmi juga barsaksi atas tauhid Alloh dan
keadilan-Nya.
Sebagai mana dalam firman-Nya:
“ Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan dia (yang
berhak disembah), yang menegakkan keadilan. para malaikat dan
orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). tak ada
Tuhan melainkan dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.”(QS. Ali Imron: 18 )
Di dalam beberapa ayat di atas suatu bukti atas keutamaan ilmu dan orang
yang berilmu karena Alloh Ta’ala menggandengkan persaksian mereka
dengan persaksian Alloh dan persaksian para malaikat serta dijadikannya
persaksian mereka sebagai dalil yang paling besar atas tauhid dan
agama-Nya serta balasannya. Maka diwajibkan pula atas mukallaf untuk
menerima persaksian yang haq ini, maka dengan demikian jelaslah bagi
kita semua akan mulia dan agungnya tauhid serta mendakwahkannya.
PENJELASAN MAKNA KALIMAT TAUHID
Diantara perkara yang harus diketahui setiap muslim adalah
mengetahui makna tauhid, kalau di sebut seecara mutlak dengan kata lain
jika dikatakan mentauhidkan Alloh maka apa yang di maksud dari kalimat
tadi……?
Jawabannya adalah kata-kata tauhid,
mentauhidkan Alloh maka yang di maksud adalah Tauhid uluhiyah atau
tauhid ibadah, inilah pendapat Ahlussunnah maka mereka memiliki
penafsiran yang lain dan tidak menginginkan hal tersebut akan tetapi
yang mereka maksudkan adalah perkara yang lain seperti tauhid Rububiyah
atau menetapkan sang pencipta yaitu Alloh Ta’ala atau maksud mereka
adalah Wihdatul wujud yaitu tidak ada perbedaan antara Alloh dan dengan
makhluk-Nya maha suci Alloh dan maha tinggi atas segala ucapan mereka,
atau yang mereka maksud dengan tauhid yaitu mengingkari sifat-sifat
Alloh Ta’ala dan kepercayaan lainnya dari aqidah yang rusak dan
tenggelam dalam kegelapan dan kejahilan, syirik, bid’ah serta kesesatan
dengan segala jenisnya. Mudah-mudahan Alloh Ta’ala menyelamatkan kita
dari segala aqidah yang batil.
Diantara dalil-dalil Ahlussunnah Wal Jama’ah yang membuktikan
kebenaran pendapat mereka tentang penafsiran tauhid yang berarti tauhid
Uluhiyah antara lain:
Dari Ibnu Abbas Radhiyallohu ‘anhuma mengatakan: “Ketika Nabi
shallallohu ‘alaihi wa sallam mengutus Muadz bin Jabal ke penduduk yaman
beliau shallallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “ sesungguhnya engkau
akan mendatangi Ahli kitab(Yahudi dan Nasrani) maka hendaklah yang
pertama kali kamu ajak mereka adalah mentauhidkan Alloh”. (HR. Bukhari
4347 dan Muslim)
Dalam riwayat lain juga disebut dengan lafazh:
(….فادْعُوهُمْ إِلىَ شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ …)
“maka dakwahkan mereka kepada syahadat bahwasanya tidak ada Tuhan yang
paling berhaq untuk di sembah kecuali Alloh dan Muhammad adalah utusan
Alloh”
Dan juga dalam riwayat lain dengan lafazh:
(….فَادْعُوهُمْ إلى عِبَادَةِ اللهِ تَعَالَى…)
“maka ajaklah mereka untuk beribadah kepada Alloh”
Al-Imam Ibnu Hajar rahimahulloh menyebutkan maksud dari lafaz-lafaz
dalam hadits tadi yang dimaksud tauhid adalah berikrar dengan
syahadatain. Dan yang di maksud ibadah adalah tauhid.
Intinya adalah yang dimaksud dengan tauhid adalah tauhid uluhiyah
dan tauhid uluhiyah inilah yang mengikrarkan syahadatain dan
keduanyalah hakikat islam.
Sehingga ibnu hajar rahimahulloh menyebutkan dengan hadits diatas
bahwa tidak cukup dengan mengucapkan syahadad Laaillaha illalloh namun
harus juga syahadat Muhammad Rasululloh.
Para pembaca yang budiman..! setelah mengetahui makna dari kata
tauhid yaitu tauhid uluhiyah maka wajib bagi kita untuk mengetahui makna
dari tauhid Uluhiyah
Tauhid Uluhiyah adalah mengesakan Alloh Ta’ala dalam beribadah dengan
segala jenis ibadah baik ibadah hati atau ucapan dan perbuatan dan tidak
boleh di sekutukan serta di palingkan sedikitpun dari ibadah tersebut.
Sebagai mana firman Alloh Ta’ala yang artinya:
“Katakanlah: “Sesungguhnya Aku diperintahkan supaya menyembah Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama.Dan Aku
diperintahkan supaya menjadi orang yang pertama-tama berserah diri”.
Katakanlah: “Sesungguhnya Aku takut akan siksaan hari yang besar jika
Aku durhaka kepada Tuhanku”. Katakanlah: “Hanya Allah saja yang Aku
sembah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan)
agamaku”. Maka sembahlah olehmu (hai orang-orang musyrik) apa yang kamu
kehendaki selain Dia. Katakanlah: “Sesungguhnya orang-orang yang rugi
ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya
pada hari kiamat”. ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang
nyata.” ( QS: Az- zumar 11-15 )
Dan firman Alloh dalam ayat yang lain yang artinya:
“ Katakanlah: “Sesungguhnya Aku Telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada
jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus,
dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang musyrik”. Katakanlah:
Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk
Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah
yang diperintahkan kepadaku dan Aku adalah orang yang pertama-tama
menyerahkan diri (kepada Allah)” ( QS: Al-an’am: 161-163 )
Dari hadits Ibnu Abbas di atas menunjukkan tauhid merupakan kewajiban
yang pertama dan utama bagi para da’I dalam berdakwah maka hendaknya
sebelum menyampaikan perkara agama yang lain maka sampaikanlah terlebih
dahulu tauhid dan ingatkan tentang bahaya kesyirikan kerena tidak akan
berguna segala ibadah tanpa tauhid yang benar. Sebagai mana firman Alloh
Ta’ala “seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari
mereka amalan yang Telah mereka kerjakan.”( QS: Al-an’am: 88 )
Wallohu a’alam bisshowab. Nantikan ( Insya Alloh ) edisi berikutnya..
Di susun oleh : Ust. Mizan Qudsiyah, Lc
Maraaji’ / Referensi :
~ Al-Irsyad ila Shohihi I’tiqod oleh syaikh Sholeh al-Fauzan
~ Tadzkrul Muwahhidin oleh Syaikh Ibrohim Isa.
"Al Islam adalah agama Allah yang diperintahkan mempelajari aqidah dan syariatnya kepada Nabi Muhammad dan diperintahkan untuk menyampaikannya kepada manusia, serta mengajak mereka untuk menganutnya. "Aqidah artinya sesuatu yang menjadi pengikat hati dan batin manusia. "Syari'at adalah undang-undang yang diturunkan Allah yang mengatur hubungan Allah dengan manusia, mengatur hubungan sesama muslim,dgn manusia lainnya, dgn kehidupan dan alam semesta.
Minggu, 02 Desember 2012
Jangan Lupakan Tauhid
Jangan Lupakan Tauhid
Masalah tauhid adalah masalah yang sangat penting. Ia merupakan asas tegaknya agama. Muatan utama ayat-ayat al-Qur’an dan misi pokok dakwah seluruh para nabi dan rasul.
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh telah Kami utus kepada setiap umat seorang rasul yang mengajak: Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.” (QS. An-Nahl: 36)
Sebuah materi dakwah yang tidak akan lekang oleh zaman dan terus dibutuhkan oleh siapa saja; orang miskin maupun orang kaya, orang tua maupun anak muda, penduduk kota maupun penduduk desa, pejabat maupun rakyat jelata.
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan ingatlah ketika Luqman memberikan nasehat kepada anaknya: Wahai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya syirik adalah kezaliman yang sangat besar.” (QS. Luqman: 13)
Dari ‘Itban bin Malik radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah mengharamkan api neraka kepada orang yang mengucapkan laa ilaha illallah dengan ikhlas karena ingin mencari wajah Allah.” (HR. Bukhari dalam Kitab ash-Sholah [425] dan Muslim dalam Kitab al-Iman [33])
Dalam suatu kesempatan ceramah, Syaikh Walid Saifun Nashr hafizhahullah -salah seorang murid Syaikh al-Albani rahimahullah- menasehatkan kepada kita untuk selalu memperhatikan masalah tauhid dan tidak menyepelekannya.
Beliau berkata:
Masalah paling besar yang diperhatikan ulama salaf apa? Bukan amalan anggota badan, akan tetapi [amalan] hati dan ikhlas dalam beramal…
Oleh sebab itu, Yusuf bin al-Husain -salah seorang salaf- berkata, “Sesuatu yang paling sulit di dunia ini adalah ikhlas…Betapa sering aku berusaha menyingkirkan riya’ dari dalam hatiku, tetapi seolah-olah ia muncul kembali di dalamnya dengan warna yang berbeda.”
Demikianlah, ia mempermainkan hati, terkadang ia berpaling ke kanan atau ke kiri. Sehingga sulit menggapai keikhlasan.
Sahl bin Abdullah berkata, “Tidak ada sesuatu yang lebih berat bagi jiwa (nafsu) daripada ikhlas. Sebab di dalamnya hawa nafsu tidak mendapat jatah sedikitpun.” Senang dipuji, suka disanjung… Hawa nafsu memang menyimpan banyak keinginan (ambisi)…
Oleh sebab itu, Imam Ahmad rahimahullah berkata, “Syarat -memurnikan- niat itu sangatlah berat.” Semoga Allah merahmati beliau.
Sufyan ats-Tsauri berkata, “Tidaklah aku menyembuhkan sesuatu yang lebih susah daripada niatku… Karena ia sering berbolak-balik.”
Oleh sebab itu semestinya bagi saudara-saudara kami, saya menasehati diri saya sendiri dan juga mereka untuk terus melazimi tauhid, bersemangat di dalamnya, dan terus-menerus berdoa kepada Allah agar mereka tetap istiqomah di atasnya.
Hendaknya mereka memohon kepada Allah jalla wa ‘ala supaya Allah membantu mereka untuk bisa teguh di atas tauhid, dan memberikan taufik kepada mereka untuk itu…
Masalah ini bukan masalah sepele, saudara-saudara sekalian…
Beliau juga menjelaskan:
Manusia, bisa jadi mereka adalah orang yang tidak mengerti tauhid -secara global maupun terperinci- maka orang semacam ini jelas wajib untuk mempelajarinya…
Atau bisa jadi mereka adalah orang yang mengerti tauhid secara global tapi tidak secara rinci… maka orang semacam ini wajib belajar rinciannya…
Atau bisa jadi mereka adalah orang yang telah mengetahui tauhid secara global dan terperinci… maka mereka pun tetap butuh untuk senantiasa diingatkan tentang tauhid…serta terus mempelajarinya dan tidak berhenti darinya…
Jangan berdalih dengan perkataan, “Saya ‘kan sudah menyelesaikan Kitab Tauhid.” atau mengatakan, “Saya sudah menuntaskan pembahasan masalah tauhid.” atau berkata, “Isu seputar tauhid sudah habis. Sehingga kita pindah saja kepada isu yang lain.”
Tidak demikian…
Sebab, tauhid tidaklah ditinggalkan menuju selainnya…tetapi tauhid harus senantiasa dibawa beserta yang lainnya. Kebutuhan kita terhadap tauhid lebih besar daripada kebutuhan kita terhadap air dan udara…
Beliau juga menegaskan:
Jadi, tauhid adalah misi dakwah seluruh rasul dan nabi. Ini adalah manhaj dakwah yang tidak berubah.. Dan kita pun tidak boleh merubahnya, dengan alasan apapun. Semisal, kita katakan, “Demi menyesuaikan dengan tuntutan zaman, dsb.” yang dengan alasan semacam itu kita merubah titik tolak dakwah dan mengganti manhaj dakwah.
Atau mengatakan bahwa semestinya sekarang dakwah kita mulai dengan masalah akhlak, atau sebaiknya kita mulai dengan masalah ini atau itu… Tidaklah demikian. Tidaklah kita memulai dakwah kecuali dengan apa yang dimulai oleh para rasul…
Inilah dakwah para rasul dan para nabi yang semestinya kita -semua- menunaikan tugas [dakwah] ini dengan baik; yang seharusnya kita tetap hidup di atasnya dan mati di atasnya pula. Baarakallahu fiikum.
Demikianlah cuplikan nasehat ulama yang bisa kami sajikan ke tengah pembaca sekalian. Semoga bisa menambah keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah ta’ala.
Sebuah materi dakwah yang tidak akan lekang oleh zaman dan terus dibutuhkan oleh siapa saja; orang miskin maupun orang kaya, orang tua maupun anak muda, penduduk kota maupun penduduk desa, pejabat maupun rakyat jelata.
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan ingatlah ketika Luqman memberikan nasehat kepada anaknya: Wahai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya syirik adalah kezaliman yang sangat besar.” (QS. Luqman: 13)
Dari ‘Itban bin Malik radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah mengharamkan api neraka kepada orang yang mengucapkan laa ilaha illallah dengan ikhlas karena ingin mencari wajah Allah.” (HR. Bukhari dalam Kitab ash-Sholah [425] dan Muslim dalam Kitab al-Iman [33])
Dalam suatu kesempatan ceramah, Syaikh Walid Saifun Nashr hafizhahullah -salah seorang murid Syaikh al-Albani rahimahullah- menasehatkan kepada kita untuk selalu memperhatikan masalah tauhid dan tidak menyepelekannya.
Beliau berkata:
Masalah paling besar yang diperhatikan ulama salaf apa? Bukan amalan anggota badan, akan tetapi [amalan] hati dan ikhlas dalam beramal…
Oleh sebab itu, Yusuf bin al-Husain -salah seorang salaf- berkata, “Sesuatu yang paling sulit di dunia ini adalah ikhlas…Betapa sering aku berusaha menyingkirkan riya’ dari dalam hatiku, tetapi seolah-olah ia muncul kembali di dalamnya dengan warna yang berbeda.”
Demikianlah, ia mempermainkan hati, terkadang ia berpaling ke kanan atau ke kiri. Sehingga sulit menggapai keikhlasan.
Sahl bin Abdullah berkata, “Tidak ada sesuatu yang lebih berat bagi jiwa (nafsu) daripada ikhlas. Sebab di dalamnya hawa nafsu tidak mendapat jatah sedikitpun.” Senang dipuji, suka disanjung… Hawa nafsu memang menyimpan banyak keinginan (ambisi)…
Oleh sebab itu, Imam Ahmad rahimahullah berkata, “Syarat -memurnikan- niat itu sangatlah berat.” Semoga Allah merahmati beliau.
Sufyan ats-Tsauri berkata, “Tidaklah aku menyembuhkan sesuatu yang lebih susah daripada niatku… Karena ia sering berbolak-balik.”
Oleh sebab itu semestinya bagi saudara-saudara kami, saya menasehati diri saya sendiri dan juga mereka untuk terus melazimi tauhid, bersemangat di dalamnya, dan terus-menerus berdoa kepada Allah agar mereka tetap istiqomah di atasnya.
Hendaknya mereka memohon kepada Allah jalla wa ‘ala supaya Allah membantu mereka untuk bisa teguh di atas tauhid, dan memberikan taufik kepada mereka untuk itu…
Masalah ini bukan masalah sepele, saudara-saudara sekalian…
Beliau juga menjelaskan:
Manusia, bisa jadi mereka adalah orang yang tidak mengerti tauhid -secara global maupun terperinci- maka orang semacam ini jelas wajib untuk mempelajarinya…
Atau bisa jadi mereka adalah orang yang mengerti tauhid secara global tapi tidak secara rinci… maka orang semacam ini wajib belajar rinciannya…
Atau bisa jadi mereka adalah orang yang telah mengetahui tauhid secara global dan terperinci… maka mereka pun tetap butuh untuk senantiasa diingatkan tentang tauhid…serta terus mempelajarinya dan tidak berhenti darinya…
Jangan berdalih dengan perkataan, “Saya ‘kan sudah menyelesaikan Kitab Tauhid.” atau mengatakan, “Saya sudah menuntaskan pembahasan masalah tauhid.” atau berkata, “Isu seputar tauhid sudah habis. Sehingga kita pindah saja kepada isu yang lain.”
Tidak demikian…
Sebab, tauhid tidaklah ditinggalkan menuju selainnya…tetapi tauhid harus senantiasa dibawa beserta yang lainnya. Kebutuhan kita terhadap tauhid lebih besar daripada kebutuhan kita terhadap air dan udara…
Beliau juga menegaskan:
Jadi, tauhid adalah misi dakwah seluruh rasul dan nabi. Ini adalah manhaj dakwah yang tidak berubah.. Dan kita pun tidak boleh merubahnya, dengan alasan apapun. Semisal, kita katakan, “Demi menyesuaikan dengan tuntutan zaman, dsb.” yang dengan alasan semacam itu kita merubah titik tolak dakwah dan mengganti manhaj dakwah.
Atau mengatakan bahwa semestinya sekarang dakwah kita mulai dengan masalah akhlak, atau sebaiknya kita mulai dengan masalah ini atau itu… Tidaklah demikian. Tidaklah kita memulai dakwah kecuali dengan apa yang dimulai oleh para rasul…
Inilah dakwah para rasul dan para nabi yang semestinya kita -semua- menunaikan tugas [dakwah] ini dengan baik; yang seharusnya kita tetap hidup di atasnya dan mati di atasnya pula. Baarakallahu fiikum.
Demikianlah cuplikan nasehat ulama yang bisa kami sajikan ke tengah pembaca sekalian. Semoga bisa menambah keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah ta’ala.
Artikel Muslim.Or.Id
Langganan:
Postingan (Atom)