Tausyiah275
August 27, 2007
Malam Nisfu Sya’ban, Bid’ah-kah?
Masuk Kategori: Fiqh, Ensiklopedia Islam, Seri Kesalahan2, Sholat, Lain-lain
Aku yakin artikel ini akan mengundang pro kontra, karena semua pihak akan merasa dirinya yg paling benar. Namun walau sudah tahu akibatnya, aku tetap akan turunkan artikel ini, karena ini merupakan ilmu pengetahuan yg berguna bila disebarkan.
Nisfu artinya setengah atau seperdua, dan Sya’ban adalah bulan kedelapan dari tahun Hijriyah. Nisfu Sya’ban secara harfiyah berarti hari atau malam pertengahan bulan Sya’ban atau tanggal 15 Sya’ban. Jika aku merujuk ke kalender Hijriyah, insya ALLOH besok kita akan tiba di malam ke-15 (pertengahan) dari bulan Sya’ban.
Sudah sejak lama aku mendengar keutamaan bulana Sya’ban ini. Diriwayatkan bahwa Rasululloh SAW bersabda “Bulan Sya’ban itu bulan yang biasa dilupakan orang, karena letaknya antara bulan Rajab dengan bulan Ramadhan. Ia adalah bulan diangkatnya amal-amal oleh Tuhan. Aku menginginkan saat diangkat amalku aku dalam keadaan sedang berpuasa.” (HR Nasa’I dari Usamah)
Riwayat lain yg serupa menuliskan: Dari Usamah bin Zaid berkata: Saya bertanya: “Wahai Rasululloh SAW, saya tidak melihat engkau puasa disuatu bulan lebih banyak melebihi bulan Sya’ban”. Rasul saw bersabda:”Bulan tersebut banyak dilalaikan manusia, antara Rajab dan Ramadhan, yaitu bulan diangkat amal-amal kepada Rabb alam semesta, maka saya suka amal saya diangkat sedang saya dalam kondisi puasa” (Ahmad, Abu Dawud, An-Nasa?i dan Ibnu Huzaimah).
Dari Aisyah ra. berkata,” Saya tidak melihat Rasululloh SAW menyempurnakan puasanya, kecuali di bulan Ramadhan. Dan saya tidak melihat dalam satu bulan yang lebih banyak puasanya kecuali pada bulan Sya’ban.” (HR Muslim)
Dari hadits2 di atas, TIDAK DISEBUTKAN/TIDAK DICONTOHKAN Rasululloh SAW ‘memperingati’ malam nifsu sya’ban secara khusus.
Sedangkan hadits2 berikut:
“Wahai Ali, barang siapa yang melakukan sholat pada malam Nisfu Sya’ban sebanyak 100 rakaat, ia membaca setiap rakaat Al fatihah dan Qul huwallah ahad sebanyak sepuluh kali, pasti Allah memenuhi segala kebutuhannya … dan seterusnya.
Dari Ali bin Abi Tholib Radhiyallahu ‘anhu : jika datang malam Nisfu Sya’ban bersholat malamlah dan berpuasalah pada siang harinya **lengkapnya adalah sebagai berikut: Hadis yang diriwayatkan daripada Ali ra: ((Apabila tiba malam Nisfu Sya’ban, maka bangunlah kamu (menghidupkannya dengan ibadah) pada waktu malam dan berpuasalah kamu pada siangnya, karena sesungguhnya ALLOH SWT akan turun ke langit dunia pada hari ini bermula dari terbenamnya matahari dan berfirman: “Adakah sesiapa yang memohon ampun daripada-Ku akan Ku ampunkannya. Adakah sesiapa yang memohon rezeki daripada-Ku, akan Ku kurniakan rezeki kepadanya. Adakah sesiapa yang sakit yang meminta penyembuhan, akan Ku sembuhkannya. Adakah sesiapa yang yang meminta daripada-Ku akan Ku berikan kepadanya, dan adakah begini, adakah begitu dan berlakulah hal ini sehingga terbitnya fajar))..**
update: sumber hadits ini lemah:Hadis ini adalah maudhu’, diriwayatkan oleh Ibn Majah dan al-Baihaqi di dalam Syu’ab al-Iman. Rujuk Dhaifah al-Jami’ dan Silsilah al-Dhaifah oleh al-Albani, Dhaif Ibn Majah.
“Seratus rakaat pada malam Nisfi sya’ban (dengan membaca surah) Al ikhlas sepuluh kali (pada setiap rakaat) bersama keutamaan keutamaan yang lain”, diriwayatkan oleh Ad Dailami dan lainya.
Diriwayatkan daripada Ibn Umar ra bahwa Rasululloh SAW bersabda: ((Barang siapa membaca seribu kali surah al-Ikhlas dalam seratus rakaat solat pada malam Nisfu Sya’ban ia tidak keluar dari dunia (mati) sehinggalah ALLOH SWT mengutuskan dalam tidurnya seratus malaikat; tiga puluh daripada mereka mengkhabarkan syurga baginya, tiga puluh lagi menyelamatkannya dari neraka, tiga puluh yang lain mengawalnya daripada melakukan kesalahan dan sepuluh lagi akan mencegah orang yang memusuhinya)).
update: sumber hadits ini lemah:Hadis ini menurut Ibn al-Jauzi adalah Maudhu’. (Rujuk Ibn al-Jauzi, al-Maudhu’at, Dar al-Fikr, cet. 1983, 2/128). Imam al-Daruqutni pula meriwayatkan hadis ini daripada Muhamad bin Abdun bin Amir al-Samarqandi dan dia mengatakan bahwa Muhamad adalah seorang pendusta dan pembuat hadis. Pendapat ini juga sama seperti yang disebut oleh Imam al-Zahabi bahawa Muhamad bin Abdun terkenal sebagai pembuat hadis.
Diriwayatkan daripada Ja’far bin Muhammad daripada ayahnya berkata: ((Sesiapa yang membaca pada malam Nisfu Sya’ban seribu kali surah al-ikhlas dalam sepuluh rakaat, maka ia tidak akan mati sehingga ALLOH SWT mengutuskan kepadanya seratus malaikat, tiga puluh menyampaikan khabar gembira syurga kepadanya, tiga puluh menyelamatkannya dari neraka, tiga puluh akan mengawalnya dari berbuat salah dan sepuluh akan menulis mengenai musuh-musuhnya)).
update: sumber hadits ini lemah:Ibn al-Jauzi turut menghukum hadis ini dengan maudhu’
Semua hadits itu adalah PALSU/LEMAH, dengan kata lain TIDAK SHAHIH. Dari beberapa literatur, aku dapatkan bahwa Al-Qadhi Abu Bakar Ibnul Arabi mengatakan bahwa tidak ada satu hadits shahih pun mengenai keutamaan malam nisfu Sya’ban. Begitu juga Ibnu Katsir telah mendha’ifkan hadits yang menerangkan tentang bahwa pada malam nisfu Sya’ban itu, ajal manusia ditentukan dari bulan pada tahun itu hingga bulan Sya’ban tahun depan. **penulis: siapa yg bisa menjamin ajal manusia ditentukan dari bulan itu hingga bulan Sya’ban tahun depan? benar2 suatu kebohongan besar…!!**
Sayangnya, banyak kaum muslim yg mengerjakan hal2 yg TIDAK DICONTOHKAN RASULULLOH SAW, diantaranya:
- membaca surat Yasin,
- shalat sunnah dua raka’at dengan niat minta dipanjangkan umur, shalat dua raka’at dengan niat agar dimurahkan rezeki dan seterusnya.
- membaca lafaz do’a-do’a khusus yang -entah bagaimana- telah tersebar di banyak negeri meski sama sekali bukan berasal dari hadits/contoh Rasululloh SAW
(ketiga contoh di atas dirangkum dari Dr. Yusuf al-Qaradawi, jilid 1, m.s. 382-383, cetakan: Dar Uli al-Nuha, Beirut).
Kesimpulan:
- Rasululloh SAW hanya mencontohkan untuk MEMPERBANYAK PUASA/SHAUM di bulan Sya’ban (dg catatan, di bulan2 lain kita juga menyempatkan diri puasa. Jadi, BERPUASA TIDAK HANYA DI BULAN SYA’BAN)
- Rasululloh SAW TIDAK MEMBERIKAN CONTOH IBADAH LAIN di bulan Sya’ban, terutama MALAM NIFSU SYA’BAN
Intinya, jika TIDAK SESUAI DENGAN CONTOH RASULULLOH SAW, maka ibadah tersebut digolongkan bid’ah. Tanggapan pro dan kontra, aku tunggu di sini.
Berbagi artikel ini8261
208 Komentar »
URI untuk TrackBack artikel ini: http://tausyiah275.blogsome.com/2007/08/27/malam-nisfu-syaban-bidah-kah/trackback/
terima kasih atas share ilmunya…. menurut saya sich tidak perlu ada yg di perdebatkan ataupun menjadi pro kontra dengan masalah nisfu sya’ban (karena yg berhak menilai amal ibadah seseorang bukan manusia tetapi Allah Swt. bukankah amal ibadah itu bukan untuk di perdebatkusirkan tetapi untuk di KERJAKAN )
Komentar oleh oki irawan — August 28, 2007 @ 8:17 am
Nice. Ibadah mesti ada tuntunannya. Ga bisa kita hanya berpatokan pada : Inamal a’malu binniyah (cmiiw).
Jika caranya salah, bukannya pahala, tp malah dosa yg didadapat :)
Toh Rasulullah mencontohkan cara sholat yg benar yg salah satu tujuannya utk mengingat Alloh. Tidak seperti Islam Kejawen yg merasa cukup dengen Eling ing Gusti Alloh, tp tidak sholat dan tidak puasa…
saya setuju dengan pendapat anda, mas Aji :)
Komentar oleh aji — August 28, 2007 @ 10:16 am
Aneh juga ya, gak ada tuntunan malah dilakukan, tapi yang gak ada tuntunan malah dilakukan sebagai ibadah dengan dalih bid’ah hasanah
betul sekali mbak(?) Bela
Komentar oleh bela — August 28, 2007 @ 10:28 am
gak nyebutin dr kitab ama nih Mi?
ataukah Google masih menjadi Dewa
Komentar oleh Luthfi — August 28, 2007 @ 11:01 am
kayaknya gak terlalu banyak pro kontra di koment ini mas.
soalnya gak banyak yg ngelakonin plus tahu ilmunya…hehe
Komentar oleh sumi — August 28, 2007 @ 1:03 pm
terus terang saya masih bngung,berarti selama ini yg saya kjakan salah ya…
(saya slalu mngerjakan sholat sunah 2 rakaat dan baca yaasin pd mlm nisfu syaban)saya hanya mengikuti apa yg orng2 sekitar saya kjakan tanpa tau hadistnya shahih/tidak.
hehe…maklum….,msh mesti bnyk bljar tnyata.
Komentar oleh knit — August 28, 2007 @ 1:50 pm
maap sebelumnya, anda mengatakan bahwa semua hadits tersebut palsu/tidak shahih. Apa alasannya anda berkesimpulan begitu??? Sedangkan anda sendiri tidak mencantumkan perawi2 hadits2 tersebut.
Kalo menurutku, apabila bener termasuk bid’ah, maka hukumnya seperti shalat tarawih yang rakaatnya melebihi 8 rakaat.
Sedangkan kita tahu siapa yang petama kali mengerjakan shalat tarawih kayak gitu. mereka adalah orang2 pilihan dan panutan banyak orang2 islam.
Sekali lagi maap bila pernyataan saya salah.
Komentar oleh Syaiful — August 28, 2007 @ 3:02 pm
Sebelumnya maaf…,mungkin penulis bisa menjelaskan lebih detail mengapa anda menuliskan “Semua hadits itu adalah PALSU/LEMAH, dengan kata lain TIDAK SHAHIH. “
Komentar oleh Lye's — August 28, 2007 @ 3:22 pm
kalau menurut saya sih ngak masalah kita mau melakukan amalan2 seperti membaca yasin atau sholat 100 rakat.kalau memang mampu toh itu kan termasuk amalan.ya yang berhak menilainya hanya allah s.w.t.Tapi kalau masalah minta dipanjang kan umur itu saya tidak setuju karena itu usan allah…saya juga ingin menanyakan hal yang sama… yaitu bagai mana kita bisa menilai suatu hadist itu lemah atau palsu?apakah hadist yang dianggap soheh/kuat itu harus yang diriwayatkan oleh muslim,bukhori,ibnu majah?
Komentar oleh susanto — August 28, 2007 @ 8:42 pm
kalo saya sih setuju sama pendapat mas susanto,amalan yang bisa mendekatkan kita pada allah s.w.t itu tidak ada salahnya,kecuali hal itu memang tidak mengandung unsur2 apapun.janganlah berpikiran pendek..allah lah yang berhak menilai semuanya
Komentar oleh arie — August 29, 2007 @ 12:31 am
pertanyaan saya mengacu pada, ” atas dasar pemikiran apa anda mengatakan semua hadits yang anda sebut di atas ‘maudhu’????anda tidak menyebutkan hadits yang anda percayai kebenarannya.”tolong disebutkan.
tetapi bukannya apabila kita membaca yasiin atau yang lain-lain itu malah bagus??? menambah amal kita bukan??tapi kembali pada penilaian ALLAH SWT.
maaf apabila ada kata yang kurang berkenan.
Komentar oleh fauziyah — August 29, 2007 @ 11:11 am
Nishfu Sha’ban bagi saya pribadi hal yang sangat baik dan bermanfaat sekali, karena malam itu memang bener bener malam yang baik pula untuk berdo’a. Apa salahnya Surat Yasin dibaca, surat itu kan ada di al-qur’an berpahala kalau dibaca sekaligus diamalkan. Janganlah mudah mengatakan hal itu bid’ah, lebih baik waktumu gunakan untuk beribadah wajib maupun sunnah daripada digunakan nonton TV atau nontn gosip. Cermatilah hal itu.
Komentar oleh Gus Olies — August 29, 2007 @ 2:27 pm
Ass.Kalo memang mengerjakan sholat pada malam nisfu sya’ban bid’ah,mengapa para kyai dari nahdiyin melakukannya
Komentar oleh woro — August 29, 2007 @ 2:37 pm
wah seru nih, semakin banyak orang wahabi di indonesia
Komentar oleh johan — August 29, 2007 @ 4:42 pm
Setuju dengan pak Johan, memang akhir-akhir ini, banyak mualaf yang belajar islam dari koran dan majalah, dan kutip pendapat ulama selembar dua lembar, kemudian berfatwa dan menjadi hakim pemutus, ini bid’ah, ini haram, ini masuk neraka, ngeriiiii
Komentar oleh ujang — August 29, 2007 @ 4:48 pm
Bener Pak ujang, tapi kayanya mualaf itu bukan hanya mereka yang baru masuk islam aja, tapi juga orang islam yang baru belajar agama, pas ketemu gurunya yang sok tahu, yang kerjaannya tiap ari nyalahin orang mulu, mencela sana sini, ini bid’ah itu bid’ah, padahal kita ikutin ibadahnya orang sholih yang udah puluhan tahun jadi Kyai, berbudi pekerti mulia, kagak makan yg sembarangan, kagak banyak ngomong, siang puasa, malam baca quran dan sholawat Nabi, masa ngikutin ajaran orang seperti itu masuk neraka ???? Kalo bukan orang soleh yang kita ikuti, lantas mau ikut siapa ?????
Komentar oleh dede — August 29, 2007 @ 5:06 pm
Bagi yang mengatakan bahwa Nisfu Sya’ban berasal dari rasululloh shallallahu’alaihi wa sallam dan bagian dari agama. Maka dia telah berbuat bid’ah dan berbohong atas nama rasululloh shallallahu’alaihi wa sallam.
Dalilnya tentang bulan Sya’ban rasululloh hanya lebih banyak dalam puasa sunnah, tidak dijelaskan bahwa hanya pada tanggal 15 saja. Dan sungguh orang yang telah melakukan yang tidak dicontohkan oleh rasululloh shallallahu’alaihi wa sallam yaitu dengan mengkhususkan maka dia telah berbuat bid’ah. Wahai saudaraku hindarilah bid’ah ini, karena bid’ah ini adalah perkara yang dilarang.
Komentar oleh exblopz — August 29, 2007 @ 5:21 pm
Sebenernya apa sih bid’ah. Menurut saya, ibadah itu tidak mengenal tempat dan waktu. Ibadah hanya mengenal niat dan pelaksanaan. That is. Jadi, kalau seseorang melakukan ibadah hanya karena suatu fenomena alam itu berarti ada kesan bahwa ada sesuatu yang dia khawatirkan atau takut akibat kejadian itu. Padahal, orang islam or muslim kan hanya takut kepada Allah SWT.
Komentar oleh iwibawa — August 29, 2007 @ 5:46 pm
sesama muslim tidak perlu saling menyerang apalagi beraninya di udara (cuma obral omongan). setiap pendapat, kita harus hargai, tinggal bagaimana sikap terhadap artikel2 yang ada, mau hanya mencemooh yang tidak sesuai dengan pendapat kita ato justru kita merasa tertantang untuk menggali lagi ilmu agama kita yang belum lengkap, dan hanya ikut2an. jangan bangga kalo hanya ikut2an karena rujukan yang kita sudah jelas Quran dan Hadits. kalo semuanya bersikap apatis terhadap semua perbedaan, apa gunanya silaturahmi. semoga Allah mengampuni kita. Dan semoga Allah memberi petunjuk bagi ‘penyusup’ yang ingin memecahbelah silaturahmi antarmuslim
Komentar oleh iwan — August 29, 2007 @ 10:20 pm
no comment
Komentar oleh satya — August 30, 2007 @ 10:33 am
Kawan-kawan semua…Sebenarnya IBADAH APAPUN itu HARAM hukumnya, sampai ada perintah dari Allah untuk menjalankannya. Semoga hal ini bisa dimengerti oleh kawan-kawan semua. Sekali lagi Ibadah apapun itu haram hukumnya, sampai ada perintah dari Allah.
Komentar oleh Agus — August 30, 2007 @ 1:23 pm
Sy menjumpai sebuah hadis dari Abi Hurairah, Nabi bersabda: Jibril mendatangiku pada malam nisfu Syaban, dan berkata: Wahai Muhammad, ini adalah malam dibukakan pintu langit dan pintu kasih sayang, berdiri dan shalatlah, tengadahkan kepala dan angkat tanganmu ke langit…dst”; bagaimana pendapat anda? apakah hadis ini juga tertolak? Salam damai.
Komentar oleh Maman — August 31, 2007 @ 5:38 am
saya mau tanya sama yang buat komentar no. 21, yang katanya semua ibadah haram kalo ngak ada perintah. saya minggu lalu panen jeruk dikebon saya, sebagai syukur kepada Allah, sebelum metik jeruk saya baca Yasin dulu di tengah kebun secara berjamaah, apakah itu haram juga, karena ngak ada dalilnya baca Yasin di tengah kebun ?
Komentar oleh qomar — August 31, 2007 @ 8:45 am
ass.wr wb, amal tanpa ilmu tertolak
amal dengan ilmu tanpa ikhlas juga tertolak so ilmu dan amal yg ikhlas wajib kita laksanakan,untuk mendapatkannya yaitu dengan cara melaksanakan perintah2 ALLAH SWT dng cara dan contoh Rasullah saw.
Komentar oleh hoddy — August 31, 2007 @ 1:53 pm
Semua amalan dapat dikatakan sebagai ibadah yang diterima bila memenuhi dua syarat, yaitu Ikhlash dan mutaba’ah (mengikuti tuntunan Nabi shollallohu ‘alaihi wassalam). Kedua syarat ini terangkum dalam firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala, yang artinya: “…Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang sholih dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.” (QS: Al Kahfi: 110).
Dan seluruh kebaikan telah diajarkan Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam, tidak tersisa sedikit pun. Tidak ada dalam kamus ibadah sesorang melaksanakan sesuatu karena menganggap ini baik, padahal Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mencontohkan. Sehingga tatkala ditanya, “Mengapa engkau melakukan ini?” lalu ia menjawab, “Bukankah ini sesuatu yang baik? Mengapa engkau melarang aku dari melakukan yang baik?” Saudaraku, bukan akal dan perasaanmu yang menjadi hakim baik buruknya. Apakah engkau merasa lebih taqwa dan sholih ketimbang Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya? Ingatlah sabda Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam, yang artinya:“Barangsiapa yang melakukan satu amalan (ibadah) yang tiada dasarnya dari kami maka ia tertolak.” (HR: Muslim)
Apakah Ibadah kita telah sesuai dengan tatacara Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam dalam beberapa hal berikut ini:
Sebabnya. Ibadah kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala dengan sebab yang tidak disyari’atkan, maka ibadah tersebut adalah bid’ah dan tidak diterima. Contoh: Ada orang melakukan sholat tahajjud pada malam dua puluh tujuh bulan Rojab, dengan dalih bahwa malam itu adalah malam Mi’roj Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam (dinaikkan ke atas langit). Sholat tahajjud adalah ibadah tetapi karena dikaitkan dengan sebab yang tidak ditetapkan syari’at maka sholat karena sebab tersebut hukumnya bid’ah.
Jenisnya. Artinya ibadah harus sesuai dengan syariat dalam jenisnya, contoh seseorang yang menyembelih kuda untuk kurban adalah tidak sah, karena menyalahi syari’at dalam jenisnya. Jenis binatang yang boleh dijadikan kurban adalah unta, sapi dan kambing.
Kadar (bilangannya). Kalau ada seseorang yang sengaja menambah bilangan raka’at sholat zhuhur menjadi lima roka’at, maka sholatnya bid’ah dan tidak diterima, karena tidak sesuai dengan ketentuan syariat dalam jumlah bilangan roka’atnya. Dari sini kita tahu kesalahan orang-orang yang berdzikir dengan menenentukan jumlah bacaan tersebut sampai bilangan tertentu, baik dalam hitungan ribuan, ratusan ribu atau bahkan jutaan. Mereka tidak mendapatkan apa-apa kecuali capek dan murka Alloh Subhanahu wa Ta’ala.
Kaifiyah (caranya). Seandainya ada seseorang berwudhu dengan cara membasuh tangan dan muka saja, maka wudhunya tidak sah, karena tidak sesuai dengan cara yang ditentukan syariat.
Waktunya. Apabila ada orang menyembelih binatang kurban Idul Adha pada hari pertama bulan Dzulhijjah, maka tidak sah, karena syari’at menentukan penyembelihan pada hari raya dan hari tasyriq saja.
Tempatnya. Andaikan ada orang beri’tikaf di tempat selain Masjid, maka tidak sah i’tikafnya. Sebab tempat i’tikaf hanyalah di Masjid.
Marilah kita wujudkan tuntutan dua kalimat syahadat ini, yaitu kita menjadikan ibadah yang kita lakukan semata-mata hanya untuk Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan kita beribadah hanya dengan syari’at yang dibawa oleh Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam dalam setiap tarikan nafas dan detik-detik kehidupan kita, semoga dengan demikian kita semua menjadi hamba-Nya yang bersyukur, bertaqwa dan diridhoi-Nya. Wallohu a’lam bish showaab.
Komentar oleh mysalman — August 31, 2007 @ 2:30 pm
Dan banyak lagi hadits-hadits yang mengingkari perbuatan bid’ah dan memperingatkan agar dijauhi.
Al-’Allaamah Syaukani menulis dalam bukunya, Al-Fawaaidul Majmu’ah, sebagai berikut: Hadits:
“Wahai Ali, barangsiapa melakukan shalat pada malam Nisfu Sya’ban sebanyak 100 rakaat; ia membaca setiap rakaat Al-Fatihah dan Qul Huwallahu Ahad sebanyak sepuluh kali, pasti Allah memenuhi segala kebutuhannya… dan seterusnya.”
Hadits ini adalah maudhu’, pada lafazh-lafazhnya menerangkan tentang pahala yang akan diterima oleh pelakunya adalah tidak diragukan kelemahannya bagi orang berakal, sedangkan sanadnya majhul (tidak dikenal). Hadits ini diriwayatkan dari jalan kedua dan ketiga, kesemuanya maudhu’ dan perawi-perawinya majhul.
Dalam kitab “Al Mukhtashar” Syaukani melanjutkan : Hadits yang menerangkan shalat Nisfu Sya’ban adalah batil. Ibnu Hibban meriwayatkan hadits dari Ali radhiallahu ‘anhu: Jika datang malam Nisfu Sya’ban bershalat malamlah dan berpuasalah pada siang harinya, adalah dhaif. Dalam buku Allaali’ diriwayatkan bahwa: Seratus rakaat dengan tulus ikhlas pada malam Nisfu Sya’ban adalah pahalanya sepuluh kali lipat. Hadits riwayat Ad Dailamiy, hadits ini maudhu’ tetapi mayoritas perawinya pada jalan ketiga majhul dan dhaif (leman). Imam Syaukani berkata: Hadits yang menerangkan bahwa dua belas rakaat dengan tulus ikhlas pahalanya adalah tiga puluh kali lipat, maudhu’. Dan hadits empat belas rakaat … dan seterusnya adalah maudhu’ (tidakbisa diamalkan dan harus ditinggalkan, pent).
Para fuqaha’ banyak tertipu dengan hadits-hadits di atas, seperti pengarang Ihya’ Ulumuddin dan lainnya juga sebagian dari mufassirin. Telah diriwayatkan bahwa, shalat pada malam ini, yakni malam Nisfu Sya’ban yang telah tersebar ke seluruh pelosok dunia itu, semuanya adalah bathil/tidak benar dan haditsnya adalah maudhu’.
Anggapan itu tidak bertentangan dengan riwayat Tirmidzi dari hadits Aisyah bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam pergi ke Baqi’ dan Tuhan turun ke langit dunia pada malam Nisfu Sya’ban untuk mengampuni dosa sebanyak jumlah bulu domba dan bulu kambing. Sesungguhnya perkataan tersebut berkisar tentang shalat pada malam itu, tetapi hadits Aisyah ini lemah dan sanadnya munqathi’ (terputus) sebagaimana hadits Ali yang telah disebutkan di atas mengenai malam Nisfu Sya’ban, jadi dengan jelas bahwa shalat malam itu juga lemah dasarnya.
Al-Hafizh Al-Iraqi berkata: Hadits (yang menerangkan) tentang shalat Nisfu Sya’ban maudhu’ dan pembohongan atas diri Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Dalam kitab Al Majmu’, Imam Nawawi berkata: Shalat yang sering kita kenal dengan shalat Raghaib ada (berjumlah) dua belas raka’at dikerjakan antara Maghrib dan Isya’ pada malam Jum’at pertama bulan Rajab; dan shalat seratus rakaat pada malam Nisfu Sya’ban. Dua shalat itu adalah bid’ah dan mungkar. Tak boleh seseorang terpedaya oleh kedua hadits itu hanya karena telah disebutkan di dalam buku Quutul Quluub dan Ihya’ Ulumuddin. Sebab pada dasarnya hadits-hadits tersebut batil (tidak boleh diamalkan). Kita tidak boleh cepat mempercayai orang-orang yang menyamarkan hukum bagi kedua hadits, yaitu dari kalangan Aimmah yang kemudian mengarang lembaran-lembaran untuk membolehkan pengamalan kedua hadits, dengan demikian berarti salah kaprah.
Syaikh Imam Abu Muhammad Abdurrahman Ibnu Ismail al Muqadaasiy telah mengarang sebuah buku yang berharga; Beliau menolak (menganggap batil) kedua hadits (tentang malam Nisfu Sya’ban dan malam Jum’at pertama pada bulan Rajab), ia bersikap (dalam mengungkapkan pendapatnya) dalam buku tersebut, sebaik mungkin. Dalam hal ini telah banyak pengapat para ahli ilmu; maka jika kita hendak memindahkan pendapat mereka itu, akan memperpanjang pembicaraan kita. Semoga apa-apa yang telah kita sebutkan tadi, cukup memuaskan bagi siapa saja yang berkeinginan untuk mendapat sesuatu yang haq.
Dari penjelasan di atas tadi, seperti ayat-ayat Al-Qur’an dan beberapa hadits serta pendapat para ulama, jelaslah bagi pencari kebenaran (haq) bahwa peringatan malam Nisfu Sya’ban dengan pengkhususan shalat atau lainnya, dan pengkhususan siang harinya dengan puasa; itu semua adalah bid’ah dan mungkar tidak ada dasar sandarannya dalam syariat ini (Islam), bahkan hanya merupakan pengada-adaan saja dalam Islam setelah masa hidupnya para shahabat radhiallahu ‘anhu. Marilah kita hayati ayat Al-Qur’an di bawah:
“Artinya : Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Kuridhoi Islam sebagai agama bagimu.”[Al-Maidah : 3]
Komentar oleh mysalman — August 31, 2007 @ 2:54 pm
kalau memang disunnahkan berpuasa yang kita kerjakan, apa salah kalau kita baca Al Qur’an (surat yasin) atau yang kita inginkan dan juga sholat malam, inipun juga ibadah. malah kita diajurkan setiap saat baca Al Qur’an dan kalau bisa sholat malam, pokok perbanyak ibadah. Tidak perlu diperdebatkan. terima kasih. wasallamu’alaikum wr. wb
Komentar oleh sjamsul anam — August 31, 2007 @ 9:27 pm
“Artinya : Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Kuridhoi Islam sebagai agama bagimu.”[Al-Maidah : 3]
Islam agama yang sudah sempurna, tidak diperlukan lagi suatu penambahan apa pun. Apakah kita menganggap Islam belum sempurna?
Bid’ah merupakan suatu bentuk ibadah yang tidak dicontohkan, dilebih2kan atau pun dikurang2kan, dan menganggap hal itu sebagai suatu syari’at yang ditetapkan.
Pertanyaan: Siapakah yang berhak menetapkan suatu syari’at?
Komentar oleh Hamba Allah — September 1, 2007 @ 1:50 pm
Intinya, jika TIDAK SESUAI DENGAN CONTOH RASULULLOH SAW, maka ibadah tersebut digolongkan bid’ah.
–> dimanakah posisi dari IJTIHAD???
Komentar oleh wahyu — September 1, 2007 @ 7:44 pm
Ijtihad hanya terjadi pada masalah-masalah yang bersifat Ijtihadiyah dan tetap mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah.
Kita tetap berusaha mengikuti perintah Allah sesuai yang dicontohkan Rasulullah.
Komentar oleh Hamba Allah — September 1, 2007 @ 11:15 pm
kalau memang yang anda kutarakan hadist itu lemah. yah tidak ada salahnya kalau kita amalkhan. karna di dalamnya pun sangat bagus ( intinya kita beribadah kepada Allah SWT )karna malem nifsu syaban itu malam sakral di mana malem di kumpulkan nya amal ibadah kita selama 1 tahun ke khadirito Allah Azawazala dan di masukan ke Buku induk Allah SWT. apa salahnya pada malam itu kita beribadah kepada Allah SWT. dari pada kita tidur.
Komentar oleh hamba Allah — September 2, 2007 @ 9:40 am
mengutip pernyataan imam safie kurang lebih gini:
Celaka orang yang tidak berilmu…dan celaka orang yang beramal tapi tidak berilmu dan celaka orang yg berilmu tidak beramal dan celakalah orang yang berilmu dan beramal tapi dia tidak ikhlas…
ok mari kita sedikit bahas mengenai ushul fiqh:
Ushul Fiqh (bahasa arab:أصول الفقه) adalah ilmu hukum dalam Islam yang mempelajari kaidah-kaidah, teori-teori dan sumber-sumber secara terinci dalam rangka menghasilkan hukum Islam yang diambil dari sumber-sumber tersebut. [1]
Sumber-sumber hukum islam
Dalam yurisprudensi Islam dikenal empat sumber utama yakni :
1. Al Qur’an , kitab suci agama Islam
2. Sunnah, sikap, tindakan, ucapan dan cara atau tradisi Nabi Muhammad
Sunnah (kependekan dari kata Sunnaturrasul, berasal dari kata sunan yang artinya garis) dalam Islam mengacu kepada sikap, tindakan, ucapan dan cara Rasulullah menjalani hidupnya atau garis-garis perjuangan / tradisi yang dilaksanakan oleh Rasulullah. Sunnah merupakan sumber hukum kedua dalam Islam, setelah Al-Quran. Narasi atau informasi yang disampaikan oleh para sahabat tentang sikap, tindakan, ucapan dan cara Rasulullah disebut sebagai hadits. Sunnah yang dilaksanakan oleh Allah disebut Sunnatullah.
3. Ijtihad adalah sebuah usaha yang sungguh-sungguh, yang sebenarnya bisa dilaksanakan oleh siapa saja yang sudah berusaha mencari ilmu untuk memutuskan suatu perkara yang tidak dibahas dalam AlQuran maupun hadis dengan syarat menggunakan akal sehat dan pertimbangan matang.
Namun pada perkembangan selanjutnya, diputuskan bahwa ijtihad sebaiknya hanya dilakukan para ahli agama Islam.
Tujuan ijtihad adalah untuk memenuhi keperluan umat manusia akan pegangan hidup dalam beribadah kepada Allah di suatu tempat tertentu atau pada suatu waktu tertentu.
a. Ijma, kesepakatan antara para ulama
Ijma’ artinya kesepakatan yakni kesepakatan para ulama dalam menetapkan suatu hukum hukum dalam agama berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits dalam suatu perkara yang terjadi.
b. Qiyas, pengkiasan dengan perkara yang telah diketahui hukumnya
Qiyas artinya menggabungkan atau menyamakan artinya menetapkan suatu hukum suatu perkara yang baru yang belum ada pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan dalah sebab, manfaat, bahaya dan berbagai aspek dengan perkara terdahulu sehingga dihukumi sama.
Dalam Islam, Ijma dan Qiyas sifatnya darurat, bila memang terdapat hal hal yang ternyata belum ditetapkan pada masa-masa sebelumnya
c. Istihsân
• Beberapa definisi Istihsân
1. Fatwa yang dikeluarkan oleh seorang fâqih (ahli fikih), hanya karena dia merasa hal itu adalah benar.
2. Argumentasi dalam pikiran seorang fâqih tanpa bisa diekspresikan secara lisan olehnya
3. Mengganti argumen dengan fakta yang dapat diterima, untuk maslahat orang banyak.
4. Tindakan memutuskan suatu perkara untuk mencegah kemudharatan.
d. Mushalat murshalah
Adalah tindakan memutuskan masalah yang tidak ada nashknya dengan pertimbangan kepentingan hidup manusia berdasarkan prinsip menarik manfaat dan menghindari kemudharatan.
e. Sududz Dzariah
Adalah tindakan memutuskan suatu yang mubah menjadi makruh atau haram demi kepentinagn umat.
f. Istishab
Adalah tindakan menetapkan berlakunya suatu ketetapan sampai ada alasan yang bisa mengubahnya.
g. Urf
Adalah tindakan menentukan masih bolehnya suatu adat-istiadat dan kebiasaan masyarakat setempat selama kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan aturan-aturan prinsipal dalam Alquran dan Hadis.
Komentar oleh mysalman — September 3, 2007 @ 10:47 am
saya pernah baca juga di bukunya fiqh prioritas karang Yusuf Qardhawi :
” Amal tanpa ilmu itu tertolak”
teman2..seiman..mungkin dari diskusi ini…kita ambil hikmahnya saja..perbedaan dalam islam itu sannatullah..
hikmahnya kita mudah2an jadi terpacu untuk terus mengupgrade ilmu kita yg sekarang menuju yang lebih baik…terus juga akhirnya mengupgrade amalan kita jauh lebih mulia..
Ilmu-> amal-> ikhlas
setelah bahasan tentang ushul fiqh bahasan selanjutnya adalah tentang struktur hadist…
bisah lihat di blog ku..
http://mysalman.wordpress.com/
Komentar oleh mysalman — September 3, 2007 @ 11:04 am
berkumpul bersama keluarga di malam nishfu sya’ban sambil membaca surat yasin adalah perbuatan yang baik, dibanding dengan main gaplek atau catur, atau bahkan main judi. ‘Tul kan?
Komentar oleh Atho — September 5, 2007 @ 5:53 am
Setuju dengan oki irawan, ibadah bukan untuk diperdebatkan tetapi untuk dikerjakan dengan NIAT IKHLAS dan SESUAI SUNNAH RASULULLAH Shalallahu alaihissalam.
Komentar oleh Rizal — September 6, 2007 @ 10:06 am
Ibadah itu ada tata cara dan tata tertibnya,tidak sembarangan kita beribadah..
Jika kesimpulannya ingin memperbanyak ibadah,shalat aja lebih dari 5 waktu…ya kan..katanya lebih baik daripada main gaplek or dll…
Ibadah apa sich artinya…………
ada yang tahu detailnya…………
Komentar oleh Chandra — September 8, 2007 @ 12:58 am
COBA LIHAT KITAB AL-ITTIKHAF SARAH IHYA
Komentar oleh hendar — September 10, 2007 @ 12:24 am
Ya Allah… Anda tau sedikit koko malah bicara banyak!!!
Segala Amal Ibadah kalo ga ada tuntutannya HARAM? tapi ibadah yang bgmn dulu coey?ibadah MAHDLOH apa ibadah umum lainnya? tolong renungkan dan kaji kitab2 lain2…oke!
saya pancing ajalah dengan sebuah cerita sejarah rasul,,,
“ketika rasul menjadi imam sholat sedang berjama’ah bersama para sahabat, pada saat i’tidal ada seorang sahabat yang membaca doa yang belum pernah diajarkan ataupun diperintahkan oleh rasul sebelumnya. ketika sholat usai, rasul bertanya kepada,’siapa tadi yang membaca doa panjang ketika i’tidal?saya ya rasul,jawab sahabat tadi.kemudian rasul bersabda : “Allah telah mengabulkan Doamu”
dari sini ada banyak hal yang bisa kita petik sebgai pelajaran. dan salah satunya adalah bahwa, TIDAK SEMUA PERKARA yang tidak diajarkan atau diperintahkan oleh rasul adalah haram hukumnya!!! jadi tolong diliat sumber2 hukum yang lainnya,oke!!
Komentar oleh you_dinz — September 11, 2007 @ 2:58 pm
anda tau bahwa syaikh Al bany menshahihkan riwayat hadits tentang nisfu sya’ban ??
belajar lebih dalam dikit lah…….
salam
ade
Komentar oleh ade — September 11, 2007 @ 6:00 pm
Maksud saya dengan “dibanding dengan bermain gaplek”, artinya jika pengajian itu yang sifatnya sunnat dibandingkan dengan perbuatan lain yg tdk ada manfaatnya, maka itu perbuatan sunnah itu adalah lebih baik karena ia mendatangkan pahala. Bukankah begitu? Jadi bukan diukur dengan perbuatan2 yang sifatnya wajib. Itulah yg tdk boleh ditambah atau dikurangi. Sedangkan membaca surat yasin di malam nishfu sya’ban sambil berdoa supaya dipanjangkan umur itu kan amalan sunnat, dan tidk ada salahnya, malah dapat dikategorikan sebagai perbuatan yang baik. Itulah maksud saya, wallahu a’lamu bissawaab.
Komentar oleh Atho — September 13, 2007 @ 7:49 am
-Berdosakah membaca Yaasin pada malam nishfu sya’ban..??
-Berdosakah sholat 2 rakaat lalu memmohon pada Allah agar dipanjangkan umur di malam nishfu sya’ban ??
Teman saya membaca Yaasiin tiap pagi..berdosakah teman saya..??
Berdosakah ??? (ya udah, gw maen game aja dah klo gitu di malam nishfu sya’ban, daripada dapet dosa… :p )
Komentar oleh orang_awam — September 13, 2007 @ 12:42 pm
Pada dasarnya kita lebih mengutamakan ibadah yang sudah diperintahkan Allah SWT yang sudah ditetapkan dalam Alqur’an…Mengenai hadist,kita harus lebih banyak belajar lagi dech biar ga salah2 mentafsirkannya
Komentar oleh FIDRI — September 14, 2007 @ 1:57 pm
temen-temen… nyang penting pada nisf sya’ban mesti ada sirr (rahasia)nya. kalo mo sholat ya sholat aja… paling juga sirr nya kecanthol..ndak usah di niatin sholat nisf sya’ban jg ga papa.. mo puasa sunah jg boleh.. ga usa di niatin buat nisf sya’ban.. GITU AJA REPOT
Komentar oleh nabawea — September 15, 2007 @ 11:25 pm
Emang di Alquran cuma ada surat yasin doank? Jangan yang macem2 lah, klo memang Rasul ga mencontohkan ya jangan di ikuti, hindari daripada Bid’ah
Komentar oleh Nixell — September 18, 2007 @ 11:05 am
Perdebatan kuno lagi. Ini milis jgn2 corong aliran tertentu ya. kok terus-terusan mengkampanyekan aliran wahabi ya. saya setuju tuh baca kitabnya banyakan dikit. ‘ala kulli hal belajar dari sejarah dinasti-dinasti khilafah di zaman lampau, jangan campur adukkan agama dengan kepentingan politik, karena kayaknya ada indikasi ini aliran diimpor untuk nyuksesin partai tertentu.
Komentar oleh ahmad — September 19, 2007 @ 2:38 pm
Jangan ngomong-ngomong Wahabi lagi. yang mau laksanakan laksanakan, yang tidak juga ga apa-apa, emang ga ada dalilnya, jangan fanatik aliran. Islam tidak mengenal sekte, asal syahadatnya sama, Tuhan, NAbi dan Kitab sucinya sama itu saudara kita…
Jangan pula bicara atas nama Rasulullah, kalau Rasulullah tidak mengatakannya. Itu kebohongan, kita harus mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah dan Beliau di akhirat.
Bagi yang tidak melaksanakan, karena takut bid’ah itu masuk akal. karena bid’ah memang sangat dilarang dalam islam. para imam yang empatpun sepakat akan hal itu. coba buka kitab-kitab imam syafi’i. kalau tidak percaya. Bicara sunah itu tidak sembarangan, sunah itu ada tiga macam, fi’liyah (perbuatan rasul), qauliyah(ucapan Rasul), dan taqrir (apa yang dilakukan sahabat tetapi disetujui rasul, bahkan dianjurkan)
Bagi yang melaksanakan juga mungkin ada dalilnya, disamping merupakan tradisi leluhur yang dihormati.
Hanya orang yang benar-benar beriman dan bertaqwa kepada Allah sajalah yang bisa membedakan mana benar dan salah, tidak cuma itu orang yang beriman dan bertakwa harus mampu menjauhi apa yang salah dan melaksanakan yang benar (baik menurut manusia belum tentu benar menurut Allah SWT).
Makanya ngaji, setiap waktu pada semua guru (Persis, NU, Muhammadiyah) sama saja. termasuk mari kita kaji apa yang salah dengan pemikiran Imam Wahabi yang keras, tanpa kompromi.
AGAMA ITU MUDAH, JANGAN DIPERSULIT
Komentar oleh asep — September 20, 2007 @ 1:50 pm
Intinya orang beragama itu adalah keyakinan. Klo memang yakin dengan kebenaran apa yang kita kerjakan, silahkan.
Hati-hati bid’ah .., jangan menyamakan kebiasaan (adat) dari buyut kita dengan apa yang disunnahkan oleh Rasulullah;/
Komentar oleh eMDe — September 21, 2007 @ 9:42 am
klo mnurut gw yg bilang bid’ah perlu dibersihkan lg hatinya, krn menurut gw ga merugikan koq klo kita melakukan nisfu syaban malah setahu gw kita melaksanakan nisfu syaban ga ada yg menyesatkan yg kita lakukan waktu nisfu syaban, kita malah mengagungkan Allah, dan ber-shalawat kepada rasulullah, kita baca yassin apakah bid’ah???
yassin itu bagian dr Al-quran!!!
sedangkan klo ada yg menganggap itu bid’ah brarti melecehkan Al-quran donk???? tolong untuk direnungi…
Komentar oleh rama — September 24, 2007 @ 2:43 pm
Ass Wr Wb.
Saya punya catatan sedikit selama saya mengikuti pengajian yang mungkin berguna untuk kita saudara muslim sekalian.
TENTANG WAHABI
Wahabi dibangun oleh Muhammad bin Abdul Wahhab yang merupakan murid Ibn Qayyimal-Jauziyah dan murid dari Ibn Taimiyah yang menggenggam erat mazhab Hambali.
Imam Ahmad Hambali adalah Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hambal bin Hilal Al-Syaibani lahir di Baghdad (Irak) tahun 780 M dan meninggal tahun 855 M.
Dalam pengembaraan mencari ilmu dia pernah bertemu dengan Imam Syafi’i di Basrah dan memiliki guru-guru antara lain: Yusuf al Hasan bin Ziad, Husyam, Umair, Ibn Humam dan Ibn Abbas.
Dari silsilah inilah kita tahu bahwa ajaran Wahabi itu sebenarnya bersumber dari mazhab Hambali.
Imam Ahmad bin Hambal berhasil mengarang kitab hadits yang terkenal dengan nama Musnad Ahmad Hambali dan beliau dikenal sebagai Imam mazhab yang cukup ketat berpegang pada nash, karena banyak meriwayatkan hadits yang sudah pasti kesahihannya namun kitab Musnad-nya tidaklah termasuk dalam “kutubus sittah” (enam kitab hadits terkemuka).
Beliau pernah dipenjara karena sependapat dengan opini yang mengatakan bahwa Al-quran adalah mahluk maka, sebagian golongan meragukannya sebagai ahli fiqih, dan sebagai ahli hadits pun masih banyak yang mempertanyakan.
Dalam ilmu kalam Imam Ahmad bin Hambal dikelompokkan sebagai penganut paham salafiyah; sebuah paham yang sebenarnya banyak berbeda dengan paham Asy’ariyah, dari sini pula kita bisa mengerti mengapa Muhammadiyah dan NU terlihat sangat susah untuk “bertemu”.
Dari sejarah singkat inilah bisa disimpulkan bahwa Wahabi itu bukanlah sebuah mazhab tapi hanyalah sebuah organisasi yang memegang erat mazhab Hambali.
Saudara muslim sekalian jelas sudah bahwa bahasan masalah “Malam Nisfu Sya’ban” tidak berhubungan dengan kelompok atau mazhab tertentu dan bahasan masalah “Bid’ah”pun di temukan pada semua imam mazhab.
TENTANG HUKUM
Hukum dalam Islam adalah pasti dan tidak ada keragu-raguan didalamnya, Contoh:
WAJIB, secara bahasa adalah sesuatu perbuatan yang apabila dikerjakan berpahala dan barang siapa yang meninggalkan mendapatkan dosa, artinya Allah swt telah menetapkan sesuatu tugas kepada umatnya dengan keharusan untuk menjalankannya,Misalnya Shallat.
Shallat suatu pekerjaan yang diharuskan oleh Allah swt bagaimanapun keadaan kita, baik dalam keadaan sehat maupun sakit, tua ataupun muda, pria maupun wanita, dimanapun kita berada.
Dalam ritual pelaksanaannya Allah swt memberikan bebarapa syarat keringanannya dalam shalat untuk orang yang sakit (tidak mampu), namun demikian Allah telah memberikan Label Wajib untuk Shallat
HARAM, secara bahasa berarti sesuatu pekerjaan / perbuatan yang apabila kita mengerjakan akan mendapatkan dosa, artinya Allah swt memberikan suatu ketetapan untuk menghindari perbuatan ini,Misalnya memakan daging Babi.
Seorang anak berkata kepada ayahnya “Mengapa daging Babi diharamkan untuk dimakan?”
Ayahnya menjawab “karena Babi memakan dari makanan yang kotor (Jorok) maka dagingnya akan terkontaminasi oleh apa yang dimakannya itu, sehingga bila kita memakannya akan menyebabkan penyakit pada tubuh kita, itulah sebabnya memakan daging Babi diharamkan.”
Sang anak mengelak “bagaimana kalau seandainya Babi diternakkan dan diberi makanan yang baik dengan kandungan gizi yang cukup lalu setelah dipotong dicek kandungan toxin yang ada dalam dagingnya setelah itu dimasak dengan cara yang higienis, apakah akan merubahnya menjadi halal?”
Jawabnya adalah tidak, daging Babi sebaik apapun bentuknya, tetap haram karena Allah swt telah memberikan label haram untuknya.
BID’AH, berarti menciptakan sesuatu dan memulainya tanpa contoh sebelumnya.
Namun para ulama berbeda pendapat dalam mengartikan bid’ah ini.
Kelompok pertama mengartikan bid’ah dengan segala sesuatu yang baru setelah masa nabi Muhammad saw baik yang bersifat terpuji maupun tercela.
Kelompok kedua mengartikannya dengan Bid’ah terjadi apabila tertentangan dengan sunah nabi.
Rasulullah saw besabda:
“Tidak datang kepada manusia suatu tahun, kecuali mereka membuat bid’ah didalamnya dan mematikan sunah hingga bid’ah hidup dan sunah mati” (HR. Ibn Abbas, ra)
“ikutilah dan janganlah kalian menciptakan bid’ah karena apa yang diberikan kepada kalian telah cukup” (HR. Ibn Mas’ud)
“Hai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul(Nya) dan ulil amri di antara kamu. Kemudian, jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia pada Allah (Al-quran) dan Rasul (sunahnya), jika kamu benar benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya” (QS. An-Nisa: 59)
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Kuridhoi Islam sebagai agama bagimu.” (Al-Maidah: 3)
“Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia menerangkan yang sebenarnya dan dia pemberi keputusan yang paling baik” (Al-Anaam: 57)
Sekarang terserah anda label bid’ah ini akan ditempatkan?
Karena sesungguhnya hukum bid’ah itu jelas tanpa keragu-raguan.
TENTANG NISFU SYA’BAN
Perayaan nisfu sya’ban ini memang banyak kontrofersi yang terjadi, selain hadits-hadts yang sudah ditulis diatas juga saya temukan satu hadits yaitu:
Rasulullah bersabda: “Jika memasuki pertengahan bulan sya’ban, maka janganlah kalian berpuasa” (diriwayatkan dari Abu Hurairah)
Diriwayatkan pula pada Kitab Ash-Shaum, Abu Daud Hadits no.2431, bab puasa, An-nasai Hadits no.2337, bab puasa, At-Tirmidzi hadits no.735.
Mengenai shalat nisfu syah’ban, pertama kali dilaksanakan oleh seorang yang bernama Ibn Abu Hamra dari Nablis (kota di palestina berjarak 20 kaki dari baitul maqdis)
Beliau biasa shalat pada malam hari di masjid Al-Aqsha dengan bacaan Qur’an yang sangat bagus sehingga beberapa penduduk menjadi makmumnya
Pada malam nisfu syahban tahun tahun berikutnya diikuti oleh orang banyak dan diikuti pula oleh masjid masjid disekitarnya dan mereka menamakannya dengan shalat sunah Alfiyah.
KESIMPULAN
1. Dalam membahas perayaan nisfu sya’ban saya berharap untuk tidak membawa satu golongan atau menjelek-jelekan golongan yang lain karena hal ini akan memecah belah persatuan umat.
2. Hukum Islam itu pasti tidak ada keragu-raguan didalamnya maka silahkan saja saudara memberikan label bid’ah pada posisi yang mana?, karena hukum bid’ah itu ada dan diriwayatkan oleh semua imam mazhab.
3. Jumhur ulama sepakat bahwa shalat Afiyah pada malam nisfu sya’ban adalah bid’ah
Untuk memberikan jawaban tentang perayaan nisfu syaban saya pribadi berkesimpulan bid’ah, bila ada diantara saudara muslim sekalian ingin merayakannya dengan dalil ibadah silahkan saja, namun demikian saya menyarankan untuk tidak membawa masalah ini kepada kaum muslim yang buta pengetahuan tentangnya atau melakukannya sendiri, tapi jika saudara muslimku ragu-ragu terhadap hal ini maka tinggalkanlah.
Terima Kasih
Wasalam Wr. Wb.
Komentar oleh Waluyo E — September 26, 2007 @ 3:00 pm
mas Waluyo…. (waliyulloh ???)
Tolong di cek lagi, apa benar faham wahabi ini bermadzhab Hanbali ? Terima kasih ulasannya.
Komentar oleh nabawea — October 26, 2007 @ 2:27 am
ass.saya merasa bahwa artikel ini bukanlah untuk dijadikan sebagai ajang kontradiksi bagi kita. nisfu sya’ban dan amalan yang telah dianggap bid’ah telah ada sejak kita belum lahir. di tambah lagi hal ini menjadi sebuah kebudayaan yang berakar dalam pikiran masyarakat. tak perlu kita menyalahkan siapapun, apapun ceritanya, semua ini dianggap sebagai itikad baik dari ulama terdahulu. hadis dhaif dan maudhu jangan dianggap sebagai hadis palsu. mereka hadis yang kurang sempurna. namun jika sanad tersebut tersusun dalam hakikat ibadah yang baik buat manusia, kenapa gak dicoba dan dijadikan amalan tambahan. kontroversi saat ini telah menjalin aliran baru. kita bersejajar dan berbaris membuat pemikiran baru untuk menentukan dan mengunggulkan bahwa kita benar. apa ini juga disebut pengikut rasul.ada baiknya kita cermati setiap langkah keseharian kita. kita telah disibukkan dengan berbagai pahala, dosa, bid’ah, haram dan sebagainya.tapi kita gak pernah melihat sisi baik.
toh amalan yang dilaksankan belum mencapai merusak dan merubah aqidah seseorang.kita terlalu banyak bicara esensi tapi, sebenarnya cara yang salah.kalau amalan tersebut telah merusak tatanan akidah saya sangat setuju untuk diperdebatkan.semoga kita selalu dalam ridho ALLAH.amin
Komentar oleh Buya Dedi — November 20, 2007 @ 2:27 pm
Ass…
Pada bulan syaban seperti hadist yang dikutip penulis mensyariatkan kita untuk memperbanyak ibadah puasa sebab pada bulan itulah amal2an diangkat oleh Allah SWT.
Adapun tentang nifsyu syaban dan lainnya saya pikir sudah disebutkan pula bahwa hadistnya maudhu. Ini masalah keyakinan saja. selama saya yakin hadits itu shahih (min hasan)saya kerjakan dan jika tidak saya tinggalkan. Apa yang kita kerjakan harus sesuai tuntunan Rasululloh SAW.
Komentar oleh asep — August 1, 2008 @ 1:28 pm
http://darussalaf.org/stories.php?id=330
http://blog.vbaitullah.or.id/2005/09/12/630-riwayat-seputar-nishfu-syaban-hukum-merayakannya/
Komentar oleh asep — August 1, 2008 @ 1:30 pm
kayaknya link ini yang cukup menarik http://al4mien.multiply.com/journal/item/22
Komentar oleh asep — August 1, 2008 @ 1:36 pm
Alhamdulillhah, ternyata banyak juga pro dan kontranya, itu berarti masih banyak umat yang perhatian terhadap permaslahan islam
Komentar oleh meiby — August 3, 2008 @ 8:35 pm
Bid’ahkan Amalan di bulan Sya’ban dan Nishfu Sya’ban?
Belakangan ini beredar tulisan yg mengatakan dhaif dan palsu hadis2 ttg keutamaan bulan Sya’ban dan amalannya, keutamaan Nishfu Sya’ban dan amalannya. Padahal sejatinya, tidak akan mengatakan dhaif apalagi palsu dan bid’ah ttgnya kecuali org yang dangkal ilmunya ttg ilmu hadis, dan tidak akan mengikutinya kecuali orang2 yang berilmu sempit ttg hadis dan ilmu hadis, ditambah wawasan keislaman yang terbatas.
Kalau kita mau mengkaji secara mendalam ttg ilmu hadis dan sejarah ketokohan hadis, sejarah sejarah Islami, kita akan jumpai hadis2 yang dijadikan dasar utk mendhaifkan dan memawdhu’kan hadis2 ttgnya, sejatinya hadis2 itu sendiri yang dhaif dan mawdhu’, lalu dikaji secara dangkal oleh orang2 yg tak mendalam ilmunya, lalu diikuti oleh orang2 yg awam ttg Islam dan ilmu hadis, ditambah pemikiran yang sempit dan logika yg dangkal.
Padahal sdr2ku, jika Anda mau meluangkan waktu utk membaca buku2 hadis dan ilmu hadis secara lebih mendalam, tentu Anda akan berkesimpulan bahwa hadis ttgnya banyak sekali melebihi tingkat kemutawatiran, dan telah diteliti oleh ulama2 besar ilmu hadis yg dapat dipercaya, berwawasan luas ttg keislaman, memiliki pemikiran dan logika yang sangat dalam.
Cobalah luangkan waktu utk membaca buku2 hadis dan ilmu hadis secara lebih dalam, agar kita tidak ikut2an tanpa ilmu dan dasar, dan tidak berpegangan pada kesimpulan informasi yg tidak diteliti secara mendalam. Cobalah sekarang kita bandingkan secara objektif di antara para peliti hadis dan ilmu hadis. Insya Allah kita akan mendapatkan ilmu dan informasi baru tentangnya, tidak itu2 saja dari dulu hingga sekarang.
Berikut ini salah satu hadis ttgnya:
حدثنا علي بن أحمد بن عبد الله بن أحمد بن أبي عبد الله البرقي عن أبيه عن جده عن ابن فضال عن مروان بن مسلم عن الصادق جعفر بن محمد عن أبيه عن آبائه ع قال قال رسول الله ص شعبان شهري و رمضان شهر الله فمن صام من شهري يوما وجبت له الجنة و من صام منه يومين كان من رفقاء النبيين و الصديقين يوم القيامة و من صام الشهر كله و وصله بشهر رمضان كان ذلك توبة له من كل ذنب صغير أو كبير و لو من دم حرام
(Fadhail Al-Asyhur: 35, hadis ke 32)
حدثنا أبو محمد عبدوس بن علي بن العباس الجرجاني في منزله بسمرقند قال أخبرنا أبو العباس جعفر بن محمد بن مرزوق السعراني قال حدثنا عبد الله بن سعيد الطائي قال حدثنا عباد بن صهيب عن هشام بن حيان عن الحسن بن علي بن أبي طالب ع قال قالت عائشة في آخر حديث طويل في ليلة النصف إن رسول الله ص قال في هذه الليلة هبط علي حبيبي جبرئيل ع فقال لي يا محمد مر أمتك إذا كان ليلة النصف من شعبان أن يصلي أحدهم عشر ركعات في كل ركعة يتلو فاتحة الكتاب و قل هو الله أحد عشر مرات ثم يسجد و يقول في سجوده اللهم لك سجد سوادي و جناني و بياضي يا عظيم كل عظيم اغفر ذنبي العظيم و إنه لا يغفر غيرك يا عظيم فإذا فعل ذلك محا الله عز و جل اثنين و سبعين ألف سيئة و كتب له من الحسنات مثلها و محا الله عز و جل عن والديه سبعين ألف سيئة
(Fadhail Al-Asyhur: 65, hadis ke 47)
Jika telah meyakini keshahihan hadis ttg keutamaan bulan Sya’ban dan amalannya, keutamaan Nishfu Sya’ban dan amalannya, maka amalan dan doa2nya dapat kita kopi dari:
http://islampraktis.wordpress.com
Wassalam
Ifadah
Komentar oleh Ifadah — August 11, 2008 @ 6:48 am
Saya sangat minim ilmu hadis, ilmu tafsir, bahkan ilmu agama, karena memang tidak punya dasar dari sononya. Untuk mendalami ilmu-ilmu tersebut rasanya tidak akan nyampe 10% meskipun nanti sampai dipanggil Yang Kuasa. Namun dengan ilmu ekonomi yang saya punyai, saya bisa ambil keputusan khususnya untuk diri saya sendiri, tolong sdr2-ku agar dapat meluruskan yang salah. Saya tidak menyalahkan pendapat-pendapat yang sudah dilengkapi dengan dalil-dalil tersebut tetapi sikap saya sebagai berikut:
1. Saya akan mengerjakan urusan/bisnis/amalah untuk menghindari yang sudah jelas risikonya: misalnya sholat wajib, puasa romadhon, membayar zakat, dll yang jika tidak dikerjakan pasti masuk neraka.
2. Saya memilih bisnis yang sudah pasti untungnya dan tidak ada risikonya: sholat berjamaah di masjid, sholat rawatib yang muakadah, sholat tahajud, sodakoh, dll (tidak ada pertentangan di antara ulama bahwa itu amalan sunah yang berpahala)
3. Saya menghindari amalah yang ada risiko salah (neraka) meskipun dijanjikan pahala yaitu amalah yang sebagian ulama mengatakan sunah sedangkan ulama lain mengatakan bid’ah.
Butir ke 3 ini yang banyak diperdebatkan termasuk pada topik yang sekarang ini. Saya menyarankan sdr2ku untuk melakukan amalah butir 2 (yang tidak ada perbedaan pendapat ulama) terlebih dulu secara penuh, sebelum mengamalkan butir 3 yang masih diperdebatkan
Saya nggak tahu apakah ilmu bisnis saya ini dapat diterima?
Wassalam.
Komentar oleh wiharto — August 11, 2008 @ 1:16 pm
Opo2 kok bid’ah? emang artine bid’ah ki opo? coba dipelajari lebih lanjut? mas membaca surat yasin kok tidak dicontohkan tho? padahal surat yasin kan bagian dari alqur’an,
Komentar oleh hambaallah — August 14, 2008 @ 8:57 am
ass
ya allah kenapa apa2 bid’ah, klo bid’ah trus kapan kita bs beribadah dengan baik, gini ajalah apa yang kita anggap baik kerjakan asal tidak menyeleweng dari agama islam dan apa yang kita anggap tidak baik tidak usah di kerjakan semua boleh berijtihad tetapi jgn menggangu ijma orang lain
mohon maaf jika ada kata2 yang tidak baik, wassalam
Komentar oleh rizqi — August 14, 2008 @ 8:32 pm
Yang menjadi pemicu bagi orang yang membid’ahkan itu adalah masalah nisfu sya’bannya. Ok ini bid’ah karena tidak ada di zaman Rasul. Tetapia ketika mengatakan baca yasin, shalat dll itu bida’ah, hati-hati Anda mengakatan ini. jangan2 ketika ada orang mau melaksanakan bacaan quran dan shalat sunnah ketika dicap oleh Anda sebagai bid’ah pada saat itu Anda sudah mencegah orang berbuat ma’ruf ….
Sama seperti membid’ahkan tahlil, alih2 membid’ahkan tahlil. Padahal tahlil asal kata dari hallala yuhallilu tahlilan. Saat mengatakan itu dilarang, maka orang membaca kalimat tauhid di larang oleh Anda. Jadi mohon dipisahkan antara tidak suka dengan bahasa dengna perbuatan peribadatannya… kalau memang tidak suka dengan nisfu sya’ban yaa katakan nisfu sya’bannya bukan bacaan quran atau shalatnya yang dibid’ahkan…
Sebab Rasulullah saw menyerahkan masalah sunnah itu dikerjakan sebanyak apapaun… kecuali shalat wajib dikerjakan sesuai dengan perintah..
demikian afwan jika diskusi dan pendapat sya kurang berkenan,
wassalamu’alaikum wr. wb.
Komentar oleh Kurt — August 16, 2008 @ 3:24 pm
Assalamualaikum Wr. Wb :
Perlu kita ketahui bahwa hukum asal IBADAH adalah HARAM, kecuali ada Hadistnya, setahu saya apa yang telah diuraikan diatas sudah benar, tks
Komentar oleh Ridwan CA — September 8, 2008 @ 9:45 am
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Semua jenis ibadah itu tertolak kecuali ada daasarnya,jika terjadi perbedaan di antara umat islam kembalilah ke Kitabullah dan assunnah sahihah pasti selamat,masalah nisfu sya’ban saya sependapat klo emangnya ngga ada dasar dari hadits yang sohih akan lebih baik di tinggalkan ,dan ngga perlu cari cari alasan untuk membenarkan yang udah terlanjur mengerjakan,yang tidak sependapat dgn nisfu sya’ban karena memang ngga ada dasar yg kuat,jadi jangan di nisbatkan kepada wahabiyah atau lainya oke …!
Komentar oleh hanif — October 15, 2008 @ 4:03 pm
awan ana ikut nimbrung dikit, ana sungguh sangat setuju dengan semua pendapat antum, tapi yang perlu antum ketahwi adalah bahwa : kalau antum mau memaparkan hadist sebaik nya antum tuliskn perawinya, sanad2 nya, agar para penyebar syubhat itu tidak ada celah untuk mematikan sunnah dan berusaha menyebarkan syubhat - syubht dan kebid’ahan mereka.
terus berdakwah akhi….. doa kami tetap menyertai antum.afwan kalu ada kalimat yang salah.
Komentar oleh hasan — October 24, 2008 @ 12:09 am
amalan membaca Al-qur’an bukankah di anjurkan kapanpu. menurut saya ya tidak apa2 untuk ,elakukan tadarus yasiin 3x .
Komentar oleh tajuddin — July 13, 2009 @ 12:12 pm
Jangan maen asal bid’ah lah lemah lah palsu lah. Celana Panjang yang ente pake itu juga bid’ah kalo ente mengartikan bod’ah itu seperti itu. Dan buat pembaca yang terpesona dgn tulisan ini, ya masa gak balik nanya ke ulamanya masing2 bisa jadi yang nulis ini yang salah, Ulama kalian juga bukan orang sembarangan. Mereka mempraktekkan Amalan juga bukan langsung praktek.
Komentar oleh mandegar — July 14, 2009 @ 3:45 pm
Melihat hadis panjang komentar No 56, nampaknya amalan nishfu sya’ban adalah tradisi Imam-Imam Ahlu Bait Nabi saw. Lihatlah di dalamnya ada Ja’far Ash-Shadiq yang meriwayatkan dari Muhammad Al-Baqir dst ke atas.
Boleh jadi di kitab-kitab hadits Sunni tidak ditemukan, karena perawinya tidak ada yang dekat dengan Ahlu Bait Nabi saw.
Bid’ah menurut Sunni, karena memang tidak ditemukan di Kitab hadits rujukannya.
Bukan bid’ah menurut para pengikut Ahlu Bait Nabi saw, karena ditemukan dari hadits-hadits beliau.
Saya kira hanya masalah memilih siapa yang dijadikan rujukan.
Komentar oleh eko darwiyanto — July 18, 2009 @ 12:28 pm
tanya dong bro,
qiyamul lail, di bulan romadhon, sehabis isya, berjamaah, termasuk bid’ah apa kagak bro?
tolong pencerahannya
Komentar oleh aan1123 — July 24, 2009 @ 1:45 pm
Konsep sebuah amal adalah di dasari dengan ilmu dan keyakinan,
Tanpa ada ilmu dan keyakinan itu tidak akan terjadi sebuah amal.
Yang melaksanakan rangkaian kegiatan di bulan sya’ban, berupa puasa, meritualkan malam nisfu sya’ban pasti punya landasan ilmu yang mendorong munculnya keyakinan untuk terciptanya sebuah amal.
Bagi saudara-saudaraku yang melaksanakan semoga terus mengkaji landasan ilmunya dengan landasan yang syar’i yaitu al-qur’an & hadist yang telah di syarikan di kaji oleh para sahabat & para ulama.
Dan bagi saudara-saudarku yang pandai menghukumi semua amal yang dilakukan dengan orang lain. yakinkan anda sudah menjadi seorang yang mempunyai syarat menjadi seorang Mujtahid (ahli ijtihad) dan Fuqoha (ahli hukum). karena kalo hanya pandai mencutat dari tumpukan2 sampah google yang berserakan dengan mengatas namakan sebuah hujah (pendapat) atau rujukan sebuah kitab (yang padahal baca kitab aslinya belom bisa dan sangat nai’f kalo mengambil rujukan kitab yangbelum sama sekali di baca dan tau wujudnya.
Hati-hati dalam menghukumi orang lain kalo baru punya ilmu hasil nemu di jalanan karena boleh jadi yang batil diri kita sendiri
“Wahai orang2 yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok2 kaum yang lain karena boleh jadi mereka itu lebih baik dari yang mengolok2, dan jangan pula wanita2 mengolok2 wanita2 yang lain karena boleh jadi wanita2 yang diolok2an lebih baik dari yang mengolok2.” (QS Al Hujurat: 11)
Komentar oleh Ibnu_hibban — July 29, 2009 @ 11:07 am
Assalamu’alaikum semua saudaraku seiman dan seaqidah,
Buat masyarakat umum seperti kita kalo melakukan ibadah tanpa dalil yang jelas akan dihukum bid’ah, haram, dosa, sia-sia & masuk neraka. Tapi kalo dilakukan oleh orang-orang yang tertentu di kalangan mereka itu kagak harom malah jadi panutan seluruh dunia walaupun kagak ada nas quran dan hadith.
CONTOH:
1. Kapan Rasulullah s.a.w. mengimamkan shalat Tarawih komplit sepanjang romadhan seperti dilakukan di Masjidil Harom & Nabawi + Qiam ramadhan berjamaah selepas 15 Ramadhan?
2. Kapan Rasulullah s.a.w. memimpin shalat berjamaah menghabiskan 1 juz & lebih setiap malam dalam shalat tarawih?
3. Kapan Rasulullah s.a.w. mengkhatamkan Alquran setiap malam 28 Ramadhan di dalam solat tarawih berjamaah?
4. Kapan Rasulullah s.a.w. membaca DOA KHATAM Alquran DI DALAM shalat tarawih berjamaah SEBELUM RUKU’ sedangkan doa qunut / nazilah dilakukan sewaktu I’tidal???
Semua perkara di atas dilakukan setiap tahun di Makkah & Madinah sehingga menjadi panutan umum seantero dunia.
Mohon penjelasan & pencerahan
Akhi Fillah
Nuri Bingung
Komentar oleh Nuri — July 29, 2009 @ 1:41 pm
Assalamu a’laikum semuanya
saya termasuk orang yang suka melaksanakan shalat shalat sunnah, seperti salat rajab, nisfu sya’ban dan mungkin yang lainnya, tapi saya tdk pernah mempermasalahkan bagi orang yang tdk melaksanakan dan tidak fanatik saya pernah mendengar dari teman saya yang langsung bertanya sama kakeknya dan jelas ini bukanlah sebuah hadits hanya saya bisa merenungi dan mentafakuri perkataannya kakek tersebut, kalo bid’ah yang kita ketahui itu khan sesuatu yang tdk ada dari Rosulnya kakek tersebut mengatakan “BID’AH ITU SEPERTI SENDAL JEPIT, KALO DIPAKE BUAT KEMESJID BUAT SEHABIS BERWUDHU BIAR TDK KOTOR ITU BAGUS BISA JADI PAHALA, TAPI KALO DI TAMPARKAN KE MUKA ORANG LAIN YA DOSA” silahkan anda mentafakuri perkataan kakek tersebut
nah bagi yang suka melaksanakan janganlah berkecil hati takut dosa nanti masuk neraka, Insya Alloh ada dasar keterangannya, silahkan teruskhan, para ulama pun mngerjakan dan dasarnya ada di kitab Ghaniyah karangan Syeikh Abduk Qodir Jaelani dan kitab Khojiinatul Asror, beliau melaksanakannya, berani kita mengatakan bahwa kita lebi baik dari beliau (Syeikh Abd Qodir) sedangkan beliau termasuk salah seorang keturunan Rosulullah dan beliau termasuk pemimpin para Wali2 Alloh. dan apakah yakin kita lebih baik dari mereka dan para ulana dalam hal ibadah. dan yang tdk melaksanakan andapun bisa mengamalkan amalan yang baik yang lainnya contoh rajinlah salat berjama’ah, ajaklah orang yang belum mau shalat dan belum mau kemesjid, bukan kah begitu,karna kalau masalah perbedaan pasti ada dalam hal apapun kecuali yang Qot’i (pasti) Jangan lah mudah memutuskan sesuatu secara tergesa-gesa, tanya sama yang pro dan kontra dari para ulama, mari kita ibadah bersama-sama berdasarkan madzhab kita masing masing, Buat yang mau silaturahmi ke saya boleh kirim e mail nya ke alamat “supriatna_cece@yahoo.co.id” sekedar informasi saya ngaji di pesantren selama 12 tahun, mungkin hanya dapat seujung jari dari ilmu guru saya, eeeee alhamdulillah dapat jodo
terima kasih
Wassalam
Komentar oleh cece supriatna — July 29, 2009 @ 10:27 pm
saat ini memang sudah banyak ulama & ustad ciptaan baru yang gunanya untuk menghancurkan umat Islam dalam tubuh Islam itu sendiri. serta mempengaruhi umat yang tidak memiliki ilmu dan tdk memiliki uang, tdk punya jabatan, dan lemah iman. yang tujuan lainnya menjauhkan ibadah/ membelokan ibadah. contoh hasil karya mereka adalah kaum nasrani.
so take care with them…!
Komentar oleh BIANG — July 31, 2009 @ 1:15 pm
dari sekian banyak perselisihan tentang amalan nisfu sya’ban ko’ gak ada sih yang mencanumkan hadist nabi yang melarang nisfu sya’ban, dikit-dikit bid’ah, inget donk qoidah ushul fiqh yang berbunyi: Al ashlu fil asyya’ al ibahah artinya segala sesuatu pada asalnya boleh. Selagi ada dalil yang menyatakan halal dan haram. wong ibadah ko’ dilarang, mang sampean tuhan apa.
Komentar oleh mardjuki — August 2, 2009 @ 11:34 pm
Saya jadi geli membaca komentar2 diatas, Singkatnya: Mari kita beribadah endekatkan diri kepada Allah Sholat sunah perbanyak, puasa juga baca Quran..terutama pada waktu tempat yang baik. Malam NIsfus Sya’ban juga baik, Yang haram bila sunnah itu dijadikannya wajib.
Komentar oleh ade — August 3, 2009 @ 10:24 am
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Bagi ikhwan yang suka melakukan “ritual ibadah” yang khusus pada malam nisfu sya’ban, teruskan saja. Tentu dengan keyakinan bahwa bahwa itu semua dilakukan dengan hanya mengharap ridho Allah, tanpa harus dikaitkan dengan ritual nisfu sy’ban yang biasa dilakukan dan hilangkan pikiran akan dapat ini dan itu dari Allah, apa lagi bersandar pada hadits yang masih diperselisihkan keshohihannya. Lakukan itu seperti kita melakukan baca qur’an dan sholat sunnat sehari-hari yang sudah ada contoh tatacaranya dari Rasulullah SAW, seperti sholat sunnat Hajat, shalat tahajud, witir . Surat yang dibaca tidak harus surat yaasiin, silahkan untuk membaca dari seluruh ayat/surat yang ada di al-quran sekemampuan ikhwan. Bagi ikhwan yang jarang melakukan baca qur’an dan sholat sunnat dalam kesehariaanya , jadikanlah malam nisfu sya’ban sebagai awal untuk mendawamkan/membiasakan melakukan amal-amal solih untuk baca qur’an, memperbanyak solat sunnat) pada malam-malam berikutnya. Wa’allah ‘alam
Komentar oleh uden winajat — August 3, 2009 @ 10:46 am
Untuk renungan,kenapa malam nisfu sya’ban kita tahu akan kedatangannya tetapi kenapa, malam lailatul kadar tidak?(hanya suatu malam disepuluh malam yang terakhir dibulan Ramadhan.
Komentar oleh fadhli — August 4, 2009 @ 4:33 pm
Tausyiah275, mencari keuntungan sendiri dalam menggalang agar pemuda yang masih lemah dalam agama islamnya, itulah trik dia.
Saran saya sebagai anggota NU wahai pemuda filterlah untuk kebaikan mu kelak, jangan gampang menyikapi definisi Bid’ah, Datangi Ulamamu setempat atau di lingkungan Pndok Pesantren
Komentar oleh Guslies — August 5, 2009 @ 8:33 am
Kalo menurut aq jangan terburu-terburu mengatakan bid’ah,sesat,amalannnya ga diterima dsb. sebelum kita mengkaji lebih dalam mengenai suatu hal. karena kita harus jujur bahwa diri kita belum ada apa-apanya bila dibandingkan dengan para ulama terdahulu.
sebaiknya kita belajar lebih banyak, jangan hanya mengandalkan analisa kita yang masih serba terbatas.
Untuk Johan (yang mengatakan makin banyak wahabi di indonesia)… saya prihatin kenapa anda koq punya otak sekerdil itu…. sisihkan sedikit waktu anda untuk belajar jangan hanya duniawi saja yang kamu urus, kalo mau sesat jangan ngajak-ngajak orang…
Komentar oleh mpm — August 5, 2009 @ 9:36 am
kok kamu sok banget seakan-akan semua tingkah laku KAMU dah kayak rasulullah.. gampangv baget ngecap orangf dengan kata nid’ah!!!
Komentar oleh IMRON — August 5, 2009 @ 11:32 am
emang hasdist yg beredar di umat ada berapa sih? lo apal semuanya ngga tuh hadist? hadist yg dihapal imam2 terdahulu itu beratus-ratus ribu hadist….yang ada di bukukan ada berapa? mungkin lo bilang bid’ah itu krn ilmu nya elo yg masih cetek……
Komentar oleh purelunacy — August 5, 2009 @ 12:08 pm
Ass. Jangan menstempel semua amalan yang tidak ada dalilnya sebagai bid’ah, semua itu tergantung niatnya.Bahkan ada orang yang mengatakan ziarah ke makam wali itu Bi’ah, karena orang mati tidak bisa memberi manfaat, tapi kalau kita tengok bahwa Rasulullah menerima perintah sholat 50x, namun atas anjuran Nabi Musa akhirnya menjadi 5 x sehari, padahal Nabi Musa jauh lebih dulu tiada,tapi beliau bisa bermanfaat bagi umat Muhammad SAW,Nah apakah ini termasuk bid’ah, lebih baik kita ikuti amalan para salafunasholihin, para auliya’ dan orang - orang alim di sekitar kita, ingat! ilmu untuk diamalkan bukan untuk menghukumi dan berdebat. terima kasih
Komentar oleh Medi — August 5, 2009 @ 12:22 pm
Biarkan semua orang melakukan malam nisfu sya’ban, yang penting mereka minta kepada Allah bukan kepada yang lainnya. Anda jangan melarang dan “mengecap” Bid’ah, belum lagi masyarakat dicekoki hal yang mengatakan ziarah kubur haram,tawassul haram,tarawih 20 rakaat bid’ah,Manaqib haram dll. Lebih baik jangan ngurusi yang lain, jangan jadi kyai dadakan,masih banyak kyai, ulama’ yang lebih dekat kepada Allah, itulah mereka yang bagaikan mutiara di dunia ini. ingat!!!
Komentar oleh Medi — August 5, 2009 @ 12:35 pm
sederhana dalam sunnah lebih baik daripada bersungguh-sungguh dalam bid’ah
gue setuju tuh sama “orang bisnis”. tinggalkan yang berresiko.
wallahu a’lam
Komentar oleh penuntut ilmu — August 5, 2009 @ 2:37 pm
Gue setuju kalo Mbaca Yasin pada malam nisfu sya’ban dibilang Bid’ah… Biar gak ada Orang yang Mbaca Alquran lagi..
Gue Senang kalo elo Pada maen Judi & Mabok-2 an..
Biar nanti gue banyak teman… Saling memaki lah antar kalian sesama muslim…
Setan Ifrit
Komentar oleh Setan Ifrit... — August 5, 2009 @ 4:31 pm
Gitu aja koq REPOT…..
1. Duduk di Mesjid Pahala
2. Baca Qur’an Pahala
3. Silaturahim Pahala, Panjang Umur, Murah Rezeki, enteng jodoh bagi yang belon
4. Berdoa’a ” Ud’uni astajib lakum ”
5. masih banyak yang laennye
Gampang Kan —-> LEBIH CEPAT LEBIH BAEK
Komentar oleh Adhiet Cyber — August 5, 2009 @ 4:34 pm
kita udah terlalu sering mempertentang amal2 yang dikerjakan oleh saudara semuslim yang pada akhir berujung pada pemecah belahan umat, orang2 kafir semakin tersenyum dengan kita seperti ini, sekarang alangkah baiknay kita berpikir secara komprehensif dan beberapa sudut pandang pemikiran….ato jangan kita yang ga benar gara terlalu sering komentar….ya kan….?
Komentar oleh mujadi — August 5, 2009 @ 4:48 pm
setiap amalan manusia akan diperhitungkan sendiri sesuai apa yang dilakukan manusia itu sendiri, jadi gak perlu di perdebatkan, karna semua Alloh SWT lah yang menilai perbuatan manusia,
Komentar oleh ira — August 5, 2009 @ 4:57 pm
Kalian semua bodoh! ngurusin yang udah dipikirin ulama yang baca kitab nya 1 meter tebalnya! pikirin tuh orang kafir yang ngebunuh orang islam. dasar bego luuu!
Komentar oleh setan — August 5, 2009 @ 5:01 pm
“Barangsiapa membuat buat hal baru yg baik dalam islam, maka baginya pahalanya dan pahala orang yg mengikutinya dan tak berkurang sedikitpun dari pahalanya, dan barangsiapa membuat buat hal baru yg buruk dalam islam, maka baginya dosanya dan dosa orang yg mengikutinya dan tak dikurangkan sedikitpun dari dosanya” (Shahih Muslim hadits no.1017, demikian pula diriwayatkan pada Shahih Ibn Khuzaimah, Sunan Baihaqi Alkubra, Sunan Addarimiy, Shahih Ibn Hibban dan banyak lagi).
Dan perlu ente inget imam syafi’i, maliki, hanbali, hanafi…ga pernah berdebat sesama islam….kalo mau debat…debat orang kafir…beraninya cuma sama sesama islam
Komentar oleh Hasan — August 5, 2009 @ 5:25 pm
@83
gue suka gaya lo, hehehe….
Komentar oleh noname — August 5, 2009 @ 6:16 pm
mudah-mudahan anda benar dan mudah-mudahan saya tidak salah..faidza A’zamta fatawakkal a’lallah……subhanallah walhamdulillah walaillahailallah allahu akbar….
Komentar oleh udayana — August 5, 2009 @ 6:39 pm
syarat amal ibada dapat diterima Allah subhanahu wa ta’ala hanya 2 : 1. Ikhlas karena Allah 2. Sesuai syariatNya.
Ibdah yang dikerjakan harus ada dalim naqli, baik Al Qur’an maupun Sunnah Rasulullah. Back to Allah and Sunnah
Komentar oleh rolly — August 5, 2009 @ 6:47 pm
klo menurut ana sih, point yang di perdebatkan sudah mulai melenceng dari hal pokoknya.
Hal pokoknya adalah apakah perayaan malam nisfu sya’ban bidah?
Pada hadist diatas (yang di contohkan Rasulullah saw) adalah memperbanyak ibadah di bulan sya’ban. Jadi pada malam nisfu sya’ban kita baca yasin, sholat sunnah dua rokaat boleh saja. bahkan klo perlu ditambah yang lain, sholat malam, sedekah kepada tetangga dll.
cuma yang tidak diperbolehkan adalah kita tidak boleh menetapkan (mewajibkan) pada malam nisfu sya’ban harus membaca yasin (3x),sholat sunnah dan berdo’a sekian dan sedemikian rupa yang tidak pernah di contohkan oleh Rasulullah saw (kenapa pada malam-malam atau hari yang lain gak dilakukan).
Demikian pendapat ana.
Semoga Allah memberikan Rahmat dan Ilmu-Nya kepada kita semua agar tetap dituntun untuk berjalan di jalan yang lurus.
Amiin..
Komentar oleh Zainal — August 5, 2009 @ 7:03 pm
aslm,,,,, mav mas2 mbak2 smw nya dari comment2 yang saya baca smwnya mengandung hikmah hanya saja ini tak perlu diperdebatkan dan diributkan, masalh bid’ah ato tidak mari kita gali lagi ilmu agama islam lebih dalam lagi dan jangan mengambil kesimpulan terlebih dahulu sebelum benar2 faham apa maksud ayat ataw hadis itu…. sekian wassalam,
Komentar oleh Liah — August 5, 2009 @ 7:33 pm
Ana setuju sekali dengan pembahasan ini, karena ana juga bingung dengan kegiatan ini {nisfu sya’ban}karena ana belum membaca satu hadist pun mengenainya jadi ana tidak mengukutinya, semoga apa yang dicontohkan oleh Rasulullah tetal bersemi sepanjang masa hingga akhir zaman amin……
Komentar oleh Ahmad_yudiaien — August 5, 2009 @ 7:48 pm
sy setuju ma tu artikel. bener pisan,
Komentar oleh euis soerya — August 5, 2009 @ 7:53 pm
Gak ada sholat nisfu sya’ban. Yang ada sholat sunah di malam nisfu sya’ban. Hadish Dhoif/Lemah??? Ente tau arti hadist? Ente mau bilang Nabi Dhoif/Lemah? Belajar nahwu dulu. Mungkin Perawinya yg lemah. tapi selemah-lemahnya tuh perawi, masih lebih afdhol segala2-nya dari ente. Ad-dienu mabniyu alan nuqul Laa alal uqul!!!
Komentar oleh alpha gear — August 5, 2009 @ 7:58 pm
Assalamualaikum…
Subhanallah.. begitu indahnya agama Islam yg kita cintai ini..
semuanya Insyaallah jadi ilmu yg bermanfaat bagi kita..
semua ini adalah karunia kasih sayang Allah..
Alhamdulillah..
Komentar oleh Fatah — August 5, 2009 @ 8:04 pm
Sebaiknya tidak diperuncing segala perbedaan ini.perbedaan itu baik.
Kita lakukan saja ibadah ibadah dalam bulan syaban ini, dengan usaha sebagai ajang pelatihan dalam menghadapi bulan ramadhan yang suci. bulan yang kita sedih di tinggalkannya, bulan yang selalu kita nanti nanti sepanjang tahun. semoga dalam bulan syaban ini, kita bisa lebih baik mempersiapkan diri untuk menghadapi ramadhan. kita tingkatkan amalan amalan yang biasa kita lakukan, shalat sunah, tilawah, muasabah, infaq, etc. so ketika datang bulan ramadhan, kita tidak terkaget kaget, karena kita sudah latihan sebelumnya. wallahualam bishawab.
- Practice makes better :D -
Komentar oleh adi hartono — August 5, 2009 @ 8:04 pm
Ha..x konyol juga tuh setan ifrit @83…
btw, kira2 klo Rosul S.A.W pada liat ente adu urat begini, apa komentar beliau ya..??
Prasaan yg di atas rame2in yg ente ributin smalem dah..
Barokumullah wa baroka jamiy’il muslimin wa muslimat…
Komentar oleh selendangNabi — August 5, 2009 @ 8:44 pm
ngapain pd ribut,,, mw ibadah kok diperdebatkan??? menurut aku sih ibadah itu hrs dari hati yg ikhlas, tnp mnghrpkan apa2. sbgmn saidina ali berkata” aku solat bukan krn mencari pahal, atu surganya ALLah. tp aku solat krn hatiku ihlas mengerjakanx” trms
Komentar oleh WIRO — August 5, 2009 @ 9:05 pm
menurut saya … mengapa kebanyakan dari kaum muslimin khususnya indonesia,lebih banyak memperdebatkan hal-hal yang bersifat khilafiyah … dan mengerjakan sesuatu amalan yang Nabi Saw. tidak mencontohkan … seperti malam nisfu sya’ban berbondong-bondong ke mesjid dan melakukan amalan2 yang tidak ada dalil yang kuat … sedangkan yang jelas-jelas ada dalil yang kuat dan dicontohkan dengan sejelas-jelasnya sering ditinggal bahkan tidak dikerjakan … contoh sholat 5 waktu …..
mungkin ada nilai positif disosialnya yaitu sebagai ajang silahturahmi walaupun musiman ….
alangkah indahnya jika yang dikerjakan dan ditunggu-tunggu adalah amal ibadah yang wajib dan sunnah … yang sebetul-betulnya sunah ….
semoga dapat menjadi renungan bagi kita semua, khususnya diri saya pribadi …
salam kenal dan selamat menanti bulan yang penuh berkah ….
Allahu Akbar …
Komentar oleh moslem — August 5, 2009 @ 9:14 pm
afwan y mas …
sy cma mau ngomentari bahwa apa yg anda tulis trlalu berlebih .. hal ini terlihat ktika anda menuliskan hruf besar tntang hadis dhaif atau palsu seakan-akan anda seperti menjadi hakim …
klo pun hadis itu palsu atau lemah bagi sya tidak jelek, selama apa yg terkandung dihadis itu baik apalagi menyarankan kita untuk beribadah, walaupun rasullah tdak mencontohkan, akan tetapi saya yakin rasullahpun akan merasa senang apabila melihat umatnya beribadah dibulan sa’ban sebagaimana rasullah pun beribadah pada bulan sa’ban, dan hal ini pula lebih baik bahkan sangat baik apabila umat muslim mengisi malam nisfu sa’ban ny dengan membaca surah yasin dan lainya ketimbang melakukan hal yg tak menghasilkan pahla. saya khawatir ketika anda mengeluarkan tulisan anda banyak kaum muslimin yg lain terpengaruh dgn ucapan sehingga membuat mereka tidak mau lagi melakukan ibadah pada bulan sa’ban karena tulisan anda yg menggunakan kata2 yg bgitu meyakinkan. dan membuat kaum muslimin melakukan hal yg tidak mendapat pahala. tinggal anda fikirkan, lebih baik membiarkan kaum mulimin yg lain beribadah pada malam nisfu sa’ban yg tetntunya akan mendapatkan pahala daripada membiarkan kaum muslimin melakukan hal yg tidak berguna sama sekali pada malam ter sebut ????
dan bagi anda apabila ingin berdiskusi gunakanlah kata2 yg lebih lembut agar yg lain tdak bgitu menilai anda terlalu otoriter,
syukron katsir …
Komentar oleh Mohamad Farizal — August 5, 2009 @ 9:41 pm
Ana barusan ikut pengajian nisfu sya’ban untuk pertama kalinya dalam hidup Ana. n Anehnya pak Kyainya bilang “Kalo dibilang bid’ah ya emang ini bid’ah karena Rosulullah tidak pernah mencontohkan, tapi marilah kita niatkan ini sebagai ibadah sebagaimana ibadah dihari2 lain, boleh awal bulan, boleh tengah bulan boleh akhir bulan, pagi petang kapanpun termasuk malam ini” begitulah kira2 ucapan beliau. Andaikan orang2 semua mengerti sebagaimana pak Kyai tadi, tentu kita semua yang kontra dengan ritual nisfu sya’ban akan bisa menerima. Karena yang dipermasalahkan bukan baca yasin n berdoa namun mengkhusukannya pada malam nisfu sya’ban ini lo yang jadi masalah, karena tidak ada hadis yang shohih yang bisa dijadikan hujjah bahwa malam nisfu sya’ban adalah malam yang mulia gituh mas mbak.
Kalo memang malam itu adalah malam yang mulia(baca : baik) sesuai dengan Hadis Shohih, udah pastilah umat islam berlomba2 memperbanyak amalannya dimalam itu, sebagai contoh pada malam lailatul Qodar. Tapi masalahnya hadis shohih yang menunjukkan khusus malam nisfu sya’ban ini ndak ada. itu aja mas mbak.
Jadi mohon jangan lebay.. dalam menanggapi yang kontra terhadap perayaan nisfu sya’ban okey
Komentar oleh Hafid Mukhlasin — August 5, 2009 @ 9:42 pm
Pada pengajian nisfu sya’ban tadi yang saya ikuti.. jamaah masjid itu jadi membludak kawan.. Alhamdulillah, biasanya sih cuman sebaris tapi malam itu jadi 3 atau 4 baris karena malam nisfu sya’ban. Aku jadi tersenyum sendiri.. andai saja ulama dulu mengatakan bahwa semua malam dalam setahun adalah malam yang mulia dst pasti masjid2 penuh semua tiap harinya hehehe betul ndak? itulah kawan yang dipertanyakan oleh yang kontra jadi mohon jangan lebay/
Komentar oleh Hafid Mukhlasin — August 5, 2009 @ 9:50 pm
astaga,,,,aku malah ngak yahu malam nisfu sya’ban itu..sudah jauh sekali aku darinyA,,,,masya Allah…..Unttung ada artikel ini…thanks…
Komentar oleh vina — August 5, 2009 @ 9:50 pm
ada malam lailatul qadar yg d dlam nya lbih baik dri seribu malam … beraati dalam setahun ada malam yg lbih mulya ga sama smua …
mgkn kta2 lebay bs di perhalus dgn ‘jgn berlebihan’…
Komentar oleh Mohamad Farizal — August 5, 2009 @ 10:04 pm
@Mohamad Farizal
Betul mas, malam lailatul qadar adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan. ehm aku menggunakan kata lebay biar dikira anak muda hehehe peace
Komentar oleh Hafid Mukhlasin — August 5, 2009 @ 10:12 pm
apapaun ibadah yang kita lakukan asal memenuhi tuntunan yang diajarkan oleh islam meskipun tidak dicontohkan oleh nabi, menurut aku adalah baik, entah baca yasin, surat lainnya, puasa. Kita hanya berusah dekat sama Allah swt, apapun yang diberikan oleh allah kepada kita, kita harus ikhlas menerimanya
Komentar oleh heni — August 5, 2009 @ 10:33 pm
assalamualaikum wr. wb.
setelah saya baca blog ini berikut komentar-komentarnya,
saya sepakat dengan komentar nomor 92. yang tertulis sebagai berikut :
#
klo menurut ana sih, point yang di perdebatkan sudah mulai melenceng dari hal pokoknya.
Hal pokoknya adalah apakah perayaan malam nisfu sya’ban bidah?
Pada hadist diatas (yang di contohkan Rasulullah saw) adalah memperbanyak ibadah di bulan sya’ban. Jadi pada malam nisfu sya’ban kita baca yasin, sholat sunnah dua rokaat boleh saja. bahkan klo perlu ditambah yang lain, sholat malam, sedekah kepada tetangga dll.
cuma yang tidak diperbolehkan adalah kita tidak boleh menetapkan (mewajibkan) pada malam nisfu sya’ban harus membaca yasin (3x),sholat sunnah dan berdo’a sekian dan sedemikian rupa yang tidak pernah di contohkan oleh Rasulullah saw (kenapa pada malam-malam atau hari yang lain gak dilakukan).
Demikian pendapat ana.
Semoga Allah memberikan Rahmat dan Ilmu-Nya kepada kita semua agar tetap dituntun untuk berjalan di jalan yang lurus.
Amiin..
Komentar oleh Zainal — August 5, 2009 @ 7:03 pm
Bagi yang mau komentar lagi, sebelum mencaci dan mencerca orang lain sebaiknya BLOG ini dibaca secara menyeluruh.
Wassalamualaikum.
Komentar oleh inung — August 5, 2009 @ 10:44 pm
Wuuiiihhh…..banyak banget commentny. Jd cape’ mbacanya.
Allahu a’lam bishowab. Al haqqu min robbikum. Idza jaa’akum faasiqun binaba’in fatabayyanuu.
Ya Allah, jadikan aku hamba-Mu yg mengikhlaskan segala amal ibadah hanya untuk mencari ridho-Mu. Dan berilah aku petunjuk dan peringatan jika amal, ibadah dan tindak tandukku tidak berkenan di hadapan-Mu, Amin.
Komentar oleh Mac — August 5, 2009 @ 11:22 pm
Emg nnti di akhirat kita boleh membela diri dengan amalan2x kita sm malaikat ya?, “saya menjalankan nisfu syaban dan amalan saya seharusnya tinggi dong”, “saya tidak melakukan nisfu syaban berati amalan saya rendah dong karena saya ga tau hukumnya apa, trus saya masuk surga atau tidak”….HAHAHAHA…kembali ke hati nurani masing2 aja lah, yg mau jalankan silahkan yang ga mau menjalankan juga ga ad paksaan.
“Sesungguhnya Allah Maha Tahu & Maha Adil”…Peace…!!!
Komentar oleh andy — August 5, 2009 @ 11:55 pm
Ada baiknya kita baca jawaban Ustadz Sigit Pranowo, Lc.mengenai hukum nisfu sya’ban dalam era muslim:
Nisfu Sya’ban berarti pertengahan bulan sya’ban. Adapun didalam sejarah kaum muslimin ada yang berpendapat bahwa pada saat itu terjadi pemindahan kiblat kaum muslimin dari baitul maqdis kearah masjidil haram, seperti yang diungkapkan Al Qurthubi didalam menafsirkan firman Allah swt :
سَيَقُولُ السُّفَهَاء مِنَ النَّاسِ مَا وَلاَّهُمْ عَن قِبْلَتِهِمُ الَّتِي كَانُواْ عَلَيْهَا قُل لِّلّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ يَهْدِي مَن يَشَاء إِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ
Artinya : “Orang-orang yang kurang akalnya diantara manusia akan berkata: “Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka Telah berkiblat kepadanya?” Katakanlah: “Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus”. (QS. Al Baqoroh : 142)
Al Qurthubi mengatakan bahwa telah terjadi perbedaan waktu tentang pemindahan kiblat setelah kedatangannya saw ke Madinah. Ada yang mengatakan bahwa pemindahan itu terjadi setelah 16 atau 17 bulan, sebagaimana disebutkan didalam (shahih) Bukhori. Sedangkan Daruquthni meriwayatkan dari al Barro yang mengatakan,”Kami melaksanakan shalat bersama Rasulullah saw setelah kedatangannya ke Madinah selama 16 bulan menghadap Baitul Maqdis, lalu Allah swt mengetahui keinginan nabi-Nya, maka turunlah firman-Nya,”Sungguh kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit.”. Didalam riwayat ini disebutkan 16 bulan, tanpa ada keraguan tentangnya.
Imam Malik meriwayatkan dari Yahya bin Said dari Said bin al Musayyib bahwa pemindahan itu terjadi dua bulan sebelum peperangan badar. Ibrahim bin Ishaq mengatakan bahwa itu terjadi di bulan Rajab tahun ke-2 H.
Abu Hatim al Bistiy mengatakan bahwa kaum muslimin melaksanakan shalat menghadap Baitul Maqdis selama 17 bulan 3 hari. Kedatangan Rasul saw ke Madinah adalah pada hari senin, di malam ke 12 dari bulan Rabi’ul Awal. Lalu Allah swt memerintahkannya untuk menghadap ke arah ka’bah pada hari selasa di pertengahan bulan sya’ban. (Al Jami’ Li Ahkamil Qur’an jilid I hal 554)
Kemudian apakah Nabi saw melakukan ibadah-ibadah tertentu didalam malam nisfu sya’ban ? terdapat riwayat bahwa Rasulullah saw banyak melakukan puasa didalam bulan sya’ban, seperti yang diriwayatkan oleh Bukhori Muslim dari Aisyah berkata,”Tidaklah aku melihat Rasulullah saw menyempurnakan puasa satu bulan kecuali bulan Ramadhan. Dan aku menyaksikan bulan yang paling banyak beliau saw berpuasa (selain ramadhan, pen) adalah sya’ban. Beliau saw berpuasa (selama) bulan sya’ban kecuali hanya sedikit (hari saja yang beliau tidak berpuasa, pen).”
Adapun shalat malam maka sessungguhnya Rasulullah saw banyak melakukannya pada setiap bulan. Shalat malamnya pada pertengahan bulan sama dengan shalat malamnya pada malam-malam lainnya. Hal ini diperkuat oleh hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah didalam Sunannya dengan sanad yang lemah,”Apabila malam nisfu sya’ban maka shalatlah di malam harinya dan berpuasalah di siang harinya.
Sesungguhnya Allah swt turun hingga langit dunia pada saat tenggelam matahari dan mengatakan,”Ketahuilah wahai orang yang memohon ampunan maka Aku telah mengampuninya. Ketahuilah wahai orang yang meminta rezeki Aku berikan rezeki, ketahuilah wahai orang yang sedang terkena musibah maka Aku selamatkan, ketahuilah ini ketahuilah itu hingga terbit fajar.”
Syeikh ‘Athiyah Saqar mengatakan,”Walaupun hadits-hadits itu lemah namun bisa dipakai dalam hal keutamaan amal.” Itu semua dilakukan dengan sendiri-sendiri dan tidak dilakukan secara berjama’ah (bersama-sama).
Al Qasthalani menyebutkan didalam kitabnya “al Mawahib Liddiniyah” juz II hal 259 bahwa para tabi’in dari ahli Syam, seperti Khalid bin Ma’dan dan Makhul bersungguh-sungguh dengan ibadah pada malam nisfu sya’ban. Manusia kemudian mengikuti mereka dalam mengagungkan malam itu. Disebutkan pula bahwa yang sampai kepada mereka adalah berita-berita israiliyat. Tatkala hal ini tersebar maka terjadilah perselisihan di masyarakat dan diantara mereka ada yang menerimanya.
Ada juga para ulama yang mengingkari, yaitu para ulama dari Hijaz, seperti Atho’, Ibnu Abi Malikah serta para fuqoha Ahli Madinah sebagaimana dinukil dari Abdurrahman bin Zaid bin Aslam, ini adalah pendapat para ulama Maliki dan yang lainnya, mereka mengatakan bahwa hal itu adalah bid’ah.
Kemudian al Qasthalani mengatakan bahwa para ulama Syam telah berselisih tentang menghidupkan malam itu kedalam dua pendapat. Pertama : Dianjurkan untuk menghidupkan malam itu dengan berjama’ah di masjid. Khalid bin Ma’dan, Luqman bin ‘Amir dan yang lainnya mengenakan pakaian terbaiknya, menggunakan wangi-wangian dan menghidupkan malamnya di masjid. Hal ini disetujui oleh Ishaq bin Rohawaih. Dia mengatakan bahwa menghidupkan malam itu di masjid dengan cara berjama’ah tidaklah bid’ah, dinukil dari Harab al Karmaniy didalam kitab Masa’ilnya. Kedua : Dimakruhkan berkumpul di masjid untuk melaksanakan shalat, berdoa akan tetapi tidak dimakruhkan apabila seseorang melaksanakan shalat sendirian, ini adalah pendapat al Auza’i seorang imam dan orang faqih dari Ahli Syam.
Tidak diketahui pendapat Imam Ahmad tentang malam nisfu sya’ban ini, terdapat dua riwayat darinya tentang anjuran melakukan shalat pada malam itu. Dua riwayat itu adalah tentang melakukan shalat di dua malam hari raya. Satu riwayat tidak menganjurkan untuk melakukannya dengan berjama’ah. Hal itu dikarenakan tidaklah berasal dari Nabi saw maupun para sahabatnya. Dan satu riwayat yang menganjurkannya berdasarkan perbuatan Abdurrahman bin Zaid al Aswad dan dia dari kalangan tabi’in.
Demikian pula didalam melakukan shalat dimalam nisfu sya’ban tidaklah sedikit pun berasal dari Nabi saw maupun para sahabatnya. Perbuatan ini berasal dari sekelompok tabi’in khususnya para fuqaha Ahli Syam. (Fatawa al Azhar juz X hal 31)
Sementara itu al Hafizh ibnu Rajab mengatakan bahwa perkataan ini adalah aneh dan lemah karena segala sesuatu yang tidak berasal dari dalil-dalil syar’i yang menyatakan bahwa hal itu disyariatkan maka tidak diperbolehkan bagi seorang muslim untuk menceritakannya didalam agama Allah baik dilakukan sendirian maupun berjama’ah, sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan berdasarkan keumuman sabda Rasulullah saw,”Barangsiapa yang mengamalkan suatu amal yang tidak kami perintahkan maka ia tertolak.” Juga dalil-dalil lain yang menunjukkan pelarangan bid’ah dan meminta agar waspada terhadapnya.
Didalam kitab “al Mausu’ah al Fiqhiyah” juz II hal 254 disebutkan bahwa jumhur ulama memakruhkan berkumpul untuk menghidupkan malam nisfu sya’ban, ini adalah pendapat para ulama Hanafi dan Maliki. Dan mereka menegaskan bahwa berkumpul untuk itu adalah sautu perbuatan bid’ah menurut para imam yang melarangnya, yaitu ‘Atho bin Abi Robah dan Ibnu Malikah.
Sementara itu al Auza’i berpendapat berkumpul di masjid-masjid untuk melaksanakan shalat (menghidupkan malam nisfu sya’ban, pen) adalah makruh karena menghidupkan malam itu tidaklah berasal dari Rasul saw dan tidak juga dilakukan oleh seorang pun dari sahabatnya.
Sementara itu Khalid bin Ma’dan dan Luqman bin ‘Amir serta Ishaq bin Rohawaih menganjurkan untuk menghidupkan malam itu dengan berjama’ah.”
Dengan demikian diperbolehkan bagi seorang muslim untuk menghidupkan malam nisfu sya’ban dengan berbagai bentuk ibadah seperti shalat, berdzikir maupun berdoa kepada Allah swt yang dilakukan secara sendiri-sendiri. Adapun apabila hal itu dilakukan dengan brjama’ah maka telah terjadi perselisihan dikalangan para ulama seperti penjelasan diatas.
Hendaklah ketika seseorang menghidupkan malam nisfu sya’ban dengan ibadah-ibadah diatas tetap semata-mata karena Allah dan tidak melakukannya dengan cara-cara yang tidak diperintahkan oleh Rasul-Nya saw. Janganlah seseorang melakukan shalat dimalam itu dengan niat panjang umur, bertambah rezeki dan yang lainnya karena hal ini tidak ada dasarnya akan tetapi niatkanlah semata-mata karena Allah dan untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Begitu pula dengan dzikir-dzikir dan doa-doa yang dipanjatkan hendaklah tidak bertentangan dengan dalil-dalil shahih didalam aqidah dan hukum.
Dan hendaklah setiap muslim menyikapi permasalahan ini dengan bijak tanpa harus menentang atau bahkan menyalahkan pendapat yang lainnya karena bagaimanapun permasalahan ini masih diperselisihkan oleh para ulama meskipun hanya dilakukan oleh para tabi’in.
Wallahu A’lam
Komentar oleh nur — August 5, 2009 @ 11:58 pm
Selama bid’ah itu adalah bid’ah khasanah, apa salahnya sih,
yang penting bermanfaat buat mendekatkan diri kepada Yang Maha Pencipta.
Komentar oleh Iberri Lallo — August 6, 2009 @ 12:39 am
Aku khawatir kita terjebak pada ibadah yang sia-sia dengan melakukan nishfu sya’ban, apalagi membawa pundi-pundi air untuk diletakkan untuk harapkan berkah. Rasulullah tidak pernah mengadakan nishfu sya’ban ini.
Komentar oleh achmad jamil — August 6, 2009 @ 1:19 am
mas aku mau tanya. tolong dijawab yah.
kalau main inteternet itu bid’ah. engga?
kalu aku berangkat kerja, anakku berangkat sekolah istriku pergi kepasar kalau naik mobil, bukanya naik onta bid’ah engga?
terus kalau kita makan pakai sendok, dan makannya di atas meja bid’ah apa engga?
jika ada salah satu surau atau masjid memakai alat pengaras suara/speaker, bid’ah apa engga?
Komentar oleh deachuruts — August 6, 2009 @ 7:03 am
mas kalo baca kitab jangan hanya satu macam bacalah kitab2 yang lain agar wawasan kita bisa bertambah dan tidak hanya menyalahkan orang lain, apalagi kalau rujukannya hanya dari innu jauzi saja, mohon ma’af bila kata2 saya banyak menyinggung anda
Komentar oleh ibnu suud — August 6, 2009 @ 7:41 am
saya gak bnyk tau ttng hadist.Tp statement anda Semua hadits itu adalah PALSU/LEMAH, dengan kata lain TIDAK SHAHIH, menunjukkan anda org yng merasa diri anda plng bnr, ada kesombongan dlm dr anda dan tdk ada alasan kenapa anda berkt demikian.bukankah kt adalah fakir, maka hanya kepada Allah kt meminta. dan hanya Allah yg bisa menilai
Komentar oleh sapta — August 6, 2009 @ 8:11 am
Pada dasarnya pendapat ana, kita tidak bisa menyalahkan orang yang melaksanakan amalan di malam nisfu sya’ban tapi kita juga tidak boleh mengkhususkan amalan pada malam nisfu sya’ban (bahkan mewajibkannya).
Pahala dan niat hanya Allah swt yang tahu.
tapi kita jangan sampai membuat ibadah baru (yg tidak sesuai syariah).
Dan semua juga pasti tahu bahwa Agama Islam tidak suka dengan perpecahan dan kita adalah kaum pertengahan.
Ana harap semua dapat menyikapinya dengan hati yang jernih.
Semoga dengan ini minat kita untuk menggali lebih dalam lagi mengenai ilmu Islam semakin besar.
Amiin.
Komentar oleh Zainal — August 6, 2009 @ 8:44 am
Ana setuju dengan pendapat akh zainal
Komentar oleh deni — August 6, 2009 @ 9:00 am
Amal Ibadah manusia hanya Allah SWT yang berhak menentukan diterima atau tidak amalan tersebut, yang penting selama hidup ini KITA PERBANYAK AMALAN YANG BAIK ! jadi ngga penting bagi kita manusia yang serba tidak sempurna ini “menghakimi” suatu amalan itu Bid’ah atau tidak!!
Komentar oleh gun — August 6, 2009 @ 10:31 am
ibadah adalah apa yang diperintakahn oleh Allah, bukan apa yang tidak dilarang Allah, jadi ibadah itu harus ada tuntunannya, manusia memang tidak berhak menentukan diterima atau tidak suatu amalan, tetapi wajib saling mengingatkan sesuatu yang salah
Komentar oleh hfa — August 6, 2009 @ 10:59 am
apakah beramaliyah pada malam sya’ban dilarang??? apakah menghidupkan syi’ar islam dilarang??? apakah menghidupkan dan mengunjungi masjid juga dilarang??? apakah membaca yasin (al-qur’an) pada malam hari dilarang??? apakah sholat sunnat setiap pada malam hari dilarang??? apakah berdo’a memohon kepada ALLAH SWT pada malam dilarang??? KALAU INI ADA LARANGAN BERARTI ANDA MELARANG PELAKSANAAN AMALIAYAH DALAM AGAMA ISLAM DAN TIDAK MENGAKUI REFERENSI YANG DIGUNAKAN UNTUK BERAMALIYAH SEPERTI SURAH YASSIN, SHOLAT SUNNAT, BERDO’A….SEBAGAIMANA YANG DILAKUKAN PADA MALAM NISFU SYA’BAN DAN PADA MALAM-MALAM LAINNYA….YANG HARUS KITA INGAT BAHWA AMALIYAH PADA MALAM NISFU SYA’BAN BAIK DIMASJID DLL ATAUPUN DIRUMAH-RUMAH TIDAK DIWAJIBKAN…KALAU ANDA MENGATAKAN BAHWA ADA DO’A-DO’A YANG TIDAK BERASAL DARI RASULULLAH SAW…..SARAN SAYA: COBALAH ANDA MENGIKUTI JALANNYA PELAKSANAAN AMALIYAH NISFU SYA’BAN DAN MENDENGARKAN DO’A-DO’A YANG DI BACAKAN YANG TENTUNYA JUGA BERASAL DARI ALQUR’AN DAN HADIST…..MUDAH-MUDAHAN PERBEDAAN PANDANGAN TERHADAP PELAKSANAAN AMALIYAH NISFU SYA’BAN INI TIDAK MENJADI SUMBER PERPECAHAN…..
Komentar oleh dani — August 6, 2009 @ 11:11 am
Hati-hati berbicara masalah bidah, apakah kita seudah memahami hadist semua, bagaimana bila pada jaman Rasululloh tidak ada, tapi sekarang banyak dilakukan, contoh tahlil, dsb
Komentar oleh Kusnadi — August 6, 2009 @ 11:54 am
kok ruwet ya hadis ada sokeh doip dll, kayaknya hadis2 itu disesuikan alirannya, kalau gak sesuai alirannya dicari-carikan jalan doip. agama ini dibikin ruwet dan di acak-acak oleh pakar2nya sendiri, akibatnya awamnya saling celah mencelah. mereka yg suka celah mencela itu tanggung jawabnya kepada Allah dan Rasul-Nya takutlah, jangan selalu merasa paling benar. lebih baik memperbaiki amal masing-masing. kok ada saja zaman kayak bigini aliran mencela aliran lain
Komentar oleh Syaihu — August 6, 2009 @ 2:27 pm
anda jangan pernah men Judge bahwa suatu hadist itu lemah atau palsu atau tidak sahih. pendalaman agama anda itu masih cetek bung! anda awam terhadap islam. jadi jangan pernah berani buat statement mutlak gitu. pelajari lg lebih dalam, lebih banyak,baru buat statement yg benar. dituntut pemuka agama tau rasa loe..
Komentar oleh Joni — August 6, 2009 @ 2:44 pm
Perlu anda ingat semua bahwa barangsiapa yang melakukan amalan ibadah diluar perintah nabi, maka ibadahnya tertolak..(Hadits shohih muslim, dari ibu aisya radhiyallahu anha)
Bagi yang mau NGAWUR dalam beribadah, silakan karena Penilaian Allah sudah jelas terhadap ibadah2 yang NGAWUR… A’uudzubillahi minasy syaithaani arrajiimi WAMAA ATAA KUM ARRASUULU FA KHUDZUUHU WA MAA NAHAA KUM ‘ANHU FANTAHU
Komentar oleh Ubaidillah — August 6, 2009 @ 3:11 pm
Cuma punya obeng udah mau bikin bengkel motor… baru samar2 denger klo bikin kue itu pake terigu, mentega, telor, dll, udh berani bikin kue…. yg kyk gini nih…. baru belajar agama, tau dikit, itu juga kata orang lain atau mungkin dari buku/internet.. udah berani2nya berkoar ttg hukum agama…. masya ALLAH….
Berikut ini ada satu hadits, tp saya tidak bermaksud ber-dalil dengan hadits ini.
Dari Sa’id bin Jubair dari Ibni Abbas ra, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Takutlah (berhati-hatilah) kalian mengenai hadits yang berasal dariku kecuali apa yang kalian ketahui (bahwa itu memang hadits Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam), barang siapa yang berdusta atas namaku (membuat hadits palsu) maka silahkan ambil tempatnya di Neraka dan barang siapa berkata/berpendapat/menafsirkan apa yang ada di dalam Qur’an dengan akal/pendapatnya sendiri (tanpa ilmu) maka hendaklah ia mengambil tempatnya di Neraka.” (Sunan Tirmidzi, Musnad Ahmad dan Jami Ahadits), hadits Hasan.
Komentar oleh Evri Nugraha — August 6, 2009 @ 4:09 pm
assalamualaikum ana mu nanya mang diperbolehkan yasinan pada malam itu dan bagman klo hnya bredo’a pasrah minta kpd Allah karena tdk tau cara menjalankan malam nifsu sah’ban ? Wa’alaikum salam
Komentar oleh Eghi Adriansyah — August 6, 2009 @ 4:51 pm
walah, ini kenapa jadi rame sekali ya.
Begini saja kalau saya boleh saran.
kita coba simpulkan ya, jangan jauh2 kemana mana, ilmu kita masih sedikit lo.
1. Membaca yasin [ bagus ]
2. Membaca Alquran [ Bagus ]
3. Membacai air dengan yasin / Alquran [ Tidak bagus ]
3. Menghidupkan masjid [ Bagus ]
4. Shalat wajib maupun sunah [ Bagus ]
5. Menghidupkan bulan Syaban [ Bagus ]
6. Menghidupkan Nisfu syaban (1 hari dalam 1 bulan syaban) [ Tanggung bagusnya ]
6. Persiapan ramadhan di bulan syaban [ Bagus ]
7. Puasa sebulan penuh dalam bulan ramadhan [ Bagus ]
8. Puasa 10 hari terakhir dalam rangka mencari lailatul qadar saja [ @#$%^&*??? ]
9. Amalan shoheh [ Bagus ]
10.Amalan bid’ah khasanah [ Bagusan point #9 ]
11.Amalan bid’ah dhalalah [ Tidak bagus ]
Gmana? yang lain silahkan di komentari.
=======================================================
bagus = *****, kurang bagus = ***, tidak bagus = !!!!!, ragu2 = !!!
=======================================================
Komentar oleh adi hartono — August 6, 2009 @ 5:14 pm
Apakah dasar sesuatu itu dikatakan bid’ah hanya dari dicontohkan atau tidak dicontohkannya suatu amal oleh Rasulullah SAW???
Segala sesuatu yang tidak ada pada jaman Rasulullah kemudian ada pada jaman sekarang dikatakan Bid’ah???
Klo iya, berarti orang mengumandangkan adzan dengan menggunakan speaker (pengeras suara) juga dikatakan bid’ah?
Makan dengan menggunakan sendok juga bid’ah karena Rasulullah menggunakan 3 jari??
kemudian menggosok gigi menggunakan pasta gigi dan sikat gigi juga bid’ah,karena Rasulullah menggunakan siwak???
Menurut saya tidak ada jeleknya saat nisfu sya’ban digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan berdzikir,membaca yasin,membaca wirid2,..daripada digunakan untuk kegiatan yang tidak berguna,atau hanyan sekedar mencela orang - orang yang merayakan nisfu sya’ban…!!
Mudah2n Kita masih termasuk orang - orang yang diberi petunjuk oleh Allah SWT.
Amin…!!
Komentar oleh Zulfikar — August 6, 2009 @ 7:58 pm
boleh hug ur wife n that ‘tut’ hmm
Komentar oleh Guz Temon Perez — August 6, 2009 @ 11:57 pm
Assalamu’alakum Ikhwanul Muslimin !
Setelah saya baca banyak komentar, al-hamdulillah banyak para ikhwanul muslim yang peduli dengan ilmu.
Tapi ayooo kita dahulukan akhlaq… ok !
kita belajar ngomong yang santun,….yaa…
JANGAN KITA SEMUA MENJADI HAKIM TERHADAP AMALAN YANG DILAKUKAN SAUDARA KITA SESAMA MUSLIM !
karena yang sepaham (menjalankan) nisfu sya’ban : mempunyai dasar. dan yang tidak sepaham juga punya dasar.
jangan sampai ESensi ibdah kita terkontaminasi dengan rasa Dengki…. karena saling membenarkan pendapt masing-masing………. setuju…kan ?
Mari kita bersama-sama saling menghargai, jangan saling mencari kekurangan sesama saudara.
karena masih banyak hal-hal yang urgen yang harus kita bahas…! kita jangan membahas tentang khilafiah antar muslim……….. itu udah dibahas para ulama pendahulu kita.
tinggal saudara-saudara cenderung ikut yang mana ?
ok
Wasskum
Komentar oleh Muhammad — August 7, 2009 @ 1:34 am
memang semua hadis tsb lemah,so kita hrus gmn?
Komentar oleh Aslam — August 7, 2009 @ 10:28 am
Kalau sudah tahu ilmunya,mendingan amalin sendiri-sendiri aja n ga usah aduh argument.
Niysu Sahban….NO THANKS
Komentar oleh Ibrahim — August 7, 2009 @ 5:07 pm
Inilah perbedaan… Alloh maha segala-galanya.. Alloh Maha Mampu untuk MEMBUAT PIKIRAN SEMUA MANUSIA SAMA.. sehingga diantara kita tidak ada perbedaan pemikiran.. Tapi kenapa Alloh membuat pemikiran kita berbeda..? Mungkin Alloh menyuruh kita membaca, mempelajari, menggali Ilmu tentang semua hal, termasuk yang kita diskusikan ini.. Oleh karena itu marilah kita mempelajari hal tersebut diatas. Jangan hanya percaya kepada pendapat & perkataan Ulama, Kyai, Ustad, dll.. mereka semua hanyalah manusia biasa.. bisa saja salah bisa saja benar.. Wallahualam
Komentar oleh Reza — August 7, 2009 @ 10:37 pm
Maaf kita berbeda pendapat. Silakan kerjakan apa yang anda yakini, dan saya mengerjakan apa yang saya yakini. Kita akan tahu nanti di akhirat siapa yang beruntung.
Komentar oleh Suharto — August 8, 2009 @ 12:19 am
saya pernah satu kos sama seseorang yang katanya “mengerti dan mendalami” alquran dan hadist. tapi setelah berjalannya waktu ternyata dia ‘KULIAH” di sekolah agamanya selain islam dan berusaha untuk memindahkan individu islam untuk pindah ke agamanya. hati2x dgn org ini.
Komentar oleh maeka_24 — August 24, 2009 @ 1:55 pm
ya sudah kalau itu bid’ah menurut anda, ya boleh aja, silahkan, asal anda tau, ada pertanyaan saya buat anda: berarti kyai kyai yg sdh sepuh sepuh yg hafal banyak kitab itu pengamal bid’ah ya? bid’ah dholalah n kecemplung naar, berarti semua kyai itu ahli neraka dong? sedang kita sibuk nonton MTV insomnia, room 412 dll sampe hampir pagi, ente ga pernah bahas itu, itu lebih parah bro, itu haram, ya ngak
Komentar oleh tony — August 27, 2009 @ 2:41 pm
jangan anggap… diri kita paling benar coba baca lagi dech dari pemikiran ulama-ulama yang salafussolihin.
karena hakekat kebenaran hanya Alloh. terimakasih
Komentar oleh Acep — August 31, 2009 @ 1:25 pm
saudara yg baik pendapat anda benar untuk anda dan yg sependapat dg anda, kalau mengutip hadist harus jelas sanad nya, anda jg harus pahami arti bidah itu yg sebenarnya sepengetahuan ane bidah itu MELEBIH LEBIHKAN IBADAH, saudara kita yg melakukan nisfu syaban BAIK sebab mereka baca quran, sholat sunnah dan berdoa. ENTE BACA QURAN, SHOLAT SUNNAH DAN BERDOA TIDAK ?
Komentar oleh ira — July 13, 2010 @ 9:51 pm
Heran ya dah dibilang hadistnya lemah masih aja cari perkataan untuk pembenaran, apa salahnya…kalo buat kebaikan gak apa dan yg paling lucu adalah kalimat pake internet,tlp, hp dll dijaman nabi kan gak ada…dasar para pengikut habib mata duitan…
Komentar oleh bukanu — July 16, 2010 @ 2:08 pm
hei salafi, berantas tuh kemaksiatan!!!!! berani ga lohh??? dasar bencos. beraninya luh sama muslim, ma orang kafir lu mencreet…. sana tinggal di arab aja!! ama onta,
Komentar oleh amat — July 18, 2010 @ 1:32 pm
kalau ga ada habib, indonesia sekarang masih hindu… bahlul. para salafi bisa masuk, karena udah ada muslim di indonesia, coba ga muslim, lu pade digorok duluan ama hindu,
Komentar oleh amat — July 18, 2010 @ 1:35 pm
ya akhi, kalo ngomong pake akhlaq, ga boleh jelek2in orang. mari kita bersatu, kumpulkan para alim ulama, bahas tuh tentang nisfu sya’ban, dialog dong, jangan saling mengecam ok.
Komentar oleh ihsan — July 18, 2010 @ 1:38 pm
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri (sesama muslim) dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”
(Q.S Al-Hujaraat : 11)
jangan saling mencela… sekang kita perhatikan yang mana dalil/keterangan yang lebih kuat… soalnya di ilmu ushul fiqh,,, hukum dari perkara ibadat itu asal mula hukumnya ialah haram,, keuali kalo ada perintahnya dari qur’an dan hadist shahih… jadidiskusinya pake dalil ya,, jangan pake hinaan…
Komentar oleh muhammad hassan — July 20, 2010 @ 5:44 pm
Assalamu’alaikum.. membaca surah yasin ataupun berpuasa ya silahkan saja tapi yang jadi masalh disini ya ketika membaca surah yasin dan berpuasanya disini ya adanya pengkhususan waktu yaitu pada malam nishfu syahban.. Kalau Rasulullah tdk pernah melakukannya atau melakukan kegiatan itu ya kenapa harus dilakukan, kalau hal ini dilakukan berarti menunjukkan kita tidak percaya dan yakin kalau Rasulullah sebagai suri tauladan yang baik karena melakukan kegiatan yang sama sekali tdk pernah dilakukan beliau.. Wallahu A’lam.. Wassalam.
Komentar oleh Sandi — July 23, 2010 @ 1:40 pm
a
Komentar oleh gusti dewata agung — July 24, 2010 @ 8:23 pm
yang menyalahkan sholat sunnah,dan membaca surat yasiin apa namanya? apa ga’ lebih dari orang yang ga’ mau mempelajari ilmu pengetahuan dari sumber lain hanya berdasarkan dari satu sumber saja berarti kuper !!!!!!!!
Komentar oleh mahfudz assihab — July 24, 2010 @ 8:29 pm
Penulis bodoh yg terlalu berani, siapa kau yg hanya mengandalkan 1 org perawi untuk menghukum mjd hadits maudhu’, belajar lbh bnyk lg n jangan menulis di forum umum sebelum menyadari tingkat kepandaianmu.
Komentar oleh fatahillah — July 24, 2010 @ 11:56 pm
astgfirulloh…sodara2 semuslim….sy stuju dg#144,mari kita tunjukan ahlak dr kata2,tidak baik mengeluarkan kata2 kotor…
Saya setuju dg artikel ini,meskipun ilmu saya pas2an sprti hasil membaca buku,majalah,mp3 ….tp sy dan (mgkn penulis)berhusnudon karena yg menghukumi suatu hadits kebanyakan berasal dr ulama salafusolih(ulama terdahulu yg soleh) ….., sbnrnya ibadah sholat malam n ngaji ga ada masalah malahan itu sangat baik,yang masalah itu pengkhususan harinya dimana dg iming2 janji Alloh yg blm jls keshohihan haditsnya. Bagi org awam amalan nisfu syaban ini bs menjadi amalan instan ….mendak2 masjid menjadi ramai deh…
Komentar oleh fadly — July 25, 2010 @ 8:08 pm
ngg usah nyalahin orang bung,yang pentingkan ada nilai ibadahnya,drpd ngg ada ibadah sama sekali dibulan tersebut…urus aja diri sendiri…
Komentar oleh farhan — July 25, 2010 @ 10:27 pm
Ibadah yg tidak dicontohkan Rasul Muhammad SAW tidak akan bernilai di sisi Allah, itu jelas karena Rasul Nya yg amat dicintai oleh Allah tdk pernah melakukan seperti itu, klopun seandainya Allah mengharuskan ibadah sprti yg ada di masyrakat stiap Nifsu Syaban sudah dapat di PASTI kan bahwa Rasulpun akan menjalankan, sama seperti tradisi Tahlilan-grebeg maulud-ritual malam satu suro dll.. Jadi klo kita mengaku sbgai umat islam-umatnya Rasulullah Muhammad SAW, ya mudah saja. Ikuti aja tuntunan Rasulnya!! Kenapa hrs pusing?!. Apakah kita sudah beribadah semaksimal mungkin sprti yg diajarka Rasul SAW? Apakah selepas dari bulan Syaban atau bulan Ramadhan kita msh menjalankan ibadah dgn ikhlas krn Allah?? Yuk..sama2 berjihad dgn cara meningkatkan keimanan kita..
Komentar oleh glen Eykendorp — July 26, 2010 @ 12:27 am
Astagaa.. rempong bgt ya. Sampe pusing bacanya. Ada yg pake2 bahasa arab segala, membahasakan diri “awan ana”, “antum”, “akhi” kyk hidup di arab aja, bahasa Indonesia-nya sendiri sudah bener belum Mas?
Besok Nisfu Sya’ban, bertepatan dgn malam ulangtahun saya. Saya disarankan shalat malam dan baca yasin, ada juga yg menyarankan puasa. Saya coba cari2 hukumnya, eeh dimana2 ketemu org berantem.. Memalukan.
Sibuk2 berantem soal bid’ah bukan bid’ah, ibadah siapa yg paling benar, pernah mikirin nasib orang miskin di luar sana ga? Pernah mikirin hasil nyata ‘ibadah’ kalian yg paling benar itu ga? Tidak ada satupun komentar di setiap forum yang saya baca, menjelaskan secara gamblang (bukan hanya berkoar2 berulang2 mengucapkan hadits namun tidak menjelaskan maknanya secara mendalam) apa ruginya mengerjakan ibadah nisfu sya’ban terhadap diri kita sendiri, sehingga dapat dikatakan haram untuk dikerjakan. Maksud saya adalah begini: contohnya, kita diharamkan makan babi, dan terbukti DNA babi sangat mirip DNA manusia sehingga penyakit sangat mudah ditularkan! Nah, berdasarkan logika Anda saja, apa ruginya mengerjakan ibadah Nisfu Sya’ban terhadap diri kita sendiri sampai2 ibadah tersebut Anda berani nyatakan haram?
Besok saya akan tetap shalat malam dan baca yasin, sebagai wujud rasa syukur saya kpd Allah, atas setiap detik yg telah saya lalui dalam hidup saya. Bid’ah ataupun bukan, hanya Allah yg bisa menilai. (Adakah satu saja dari Anda semua yg pernah bertemu Rasulullah SAW dan mengetahui apa sebenarnya terjadi ribuan tahun lalu?) Saya bukan muslimah yg sering dinilai baik, tapi satu hal yg pasti: saya tidak beribadah untuk pahala, tidak juga hanya karena hal tsb diperintahkan tanpa saya tahu manfaatnya bagi yang melaksanakan, apalagi hanya karena ancaman neraka. Karena saya yakin Allah tidak pernah membutuhkan ibadah saya. Saya-lah yg membutuhkan untuk beribadah kepada-Nya.
Saya percaya pintu maaf Allah adalah Mahaterbuka, seperti juga hanya Allah Yang Mahamengetahui. Apabila besok pintu pengampunan-Nya dibukakan untuk saya, saya ataupun Anda tidak akan pernah mengetahuinya, bukan? Begitu juga dengan hari ini, sebulan yang lalu, atau sepuluh tahun lagi. Bila tidak mengerjakanpun, saya yakin Allah masihlah Yang Mahapengampun. Dan hanya Allah lah yang berhak menilai suatu dosa maupun pahala, dan kita manusia terlalu fana untuk mengetahuinya.
Jangan lah berpikiran picik, wahai kaum muslim! Sadar lah dunia terlalu luas untuk kalian yang berpikiran pendek! Pakai otakmu, karena untuk itu lah Allah mengaruniaimu dengannya! Bukan hanya sekadar “si Anu bilang tidak boleh, maka tidak boleh! Kalau dilanggar saya masuk neraka!” atau “si B bilang kerjakan, maka kerjakan! Supaya saya diberi pahala” tanpa mengetahui sebab akibat dan untung ruginya. Apakah Anda semua disini adalah anak TK, yang mengerjakan hal2 berdasarkan “reward” dan “punishment”?? Apabila kalian sadari, hal2 seperti ini lah yang menjatuhkan Islam..
Komentar oleh perempuan — July 26, 2010 @ 1:30 am
hati2 dalam menghakimi benar dan salah. jika karena tulisan kacangan anda (tausyiah 275) ini, kemudian para kaum muslim yang masih bingung menjadi enggan beribadah….anda tidak takut dosa anda yang akan berkepanjangan?? gimana kalau “KORBAN-KORBAN” anda itu meneruskan nasehatnya ke keturunan mereka?? anda tidak takut “DOSA ATAS PENCEGAHAN IBADAH KEPADA ALLAH” hanya karena statement seperti itu. buruan solat taubat, dan hentikan menjadi “yang paling benar”.
siapa yang mampu, mau, dan ikhlas silahkan sholat sunah 2 rokaat dan membaca yasin nanti ba’dha magrib.
yang sudah merasa paling suci dan maha benar, ya tidak usah mencela yang masih mau mengamalkan ibadah-ibadah tersebut…
salam persaudaraan,
Gitawati
Komentar oleh gitawati — July 26, 2010 @ 2:55 pm
gini aja…..kl ga mau lakuin baca yasin atau sholat hajat dan lain2 setelah sholat magrib……..bangun aja tengah malam terus sholat tahajud….mau sampe brapa rakaat itu bagus…
intinya mudah2an yg tidak menghidupkan malam nisfu sya`ban dengan amalan2 yang biasa dilakukan oleh masyarakat di indonesia, bs mengganti dengan ibadah yg lain….ganti dgn bangun tengah malam trus sholat tahajud….nah mampu ga ???
tidak mau puasa hari nisfu sya`ban juga bs ga puasa senin kamis ??? Nabi kita banyak puasa pada bulan Sya`ban ini….
jadi ga usah kelahi lahhh….sekedar perbandingan terus carikan jalan keluar nya…..
mudah2an kita bukan suka debat tapi malas ibadah okk….
Komentar oleh ibnoe — July 26, 2010 @ 3:23 pm
Tambahan…………Berkata Imam Syafii rahimahullah : “Doa mustajab adalah pada 5 malam, yaitu malam jumat, malam idul Adha, malam Idul Fitri, malam pertama bulan rajab, dan malam nisfu sya’ban” (Sunan Al Kubra Imam Baihaqiy juz 3 hal 319).
Komentar oleh ibnoe — July 26, 2010 @ 3:26 pm
Bwakakakakakaka……..gayanya dah pada kata Tuhan aja, bilang ini bid’ah itu ngga, ini boleh itu ngga…..klo mo ibadah ya ibadah aja, klo mau jalanin iabdah di malam nisfu sya’ban ja jalanin aja klo yang bilang itu bid’ah ya ngga usah dijalanin, sesuai keyakinannya masing-masing aja selese kan…..?
toh yang nentuin amal ibadah kita diterima ato ngga bukan kita………
Komentar oleh easy — July 26, 2010 @ 3:35 pm
hehehe……….pda ngributin paan???? yang penting kita ibadah karena Alloh dan untuk Alloh, masalah baca amalan2 nisfu sya’ban walau bnyak yang mengatakan g ada tuntunannya tp kan jga g ada laranganx lagian yang dbaca jga surut2 Al Qur’an dan doa yang baik jdi g pa2 dong, dari pda cuma benggong atau kluyuran malem2. yang jelas semua di billahkan ( laa haula walaa quwwata illa billah)…
Komentar oleh joy — July 26, 2010 @ 3:52 pm
Subhanallah, saudaraku…
Sungguh banyak perbedaan pendapat mengenai hal ini, namun janganlah jadikan hal tersebut menjadikan kita saling menggerutu sesama muslim. Islam mengajarkan tutur bahasa yang benar, sopan dan lemah lembut. Janganlah kita nodai dengan perbedaan pendapat yang berujung menjadikan penyakit hati.
Yang dimaksud dengan memuliakan bulan syaban itu memperbanyak melakukan ibadah puasa dan ibadah lainnya, dimana manusia lalai darinya antara Rajab dan Ramadhan. Jadi bukan khusus tanggal 15 Syaban saja, melainkan perbanyaklah berpuasa di bulan ini sebelum berpuasa satu bulan penuh di Bulan Suci Ramadhan… Karena puasa yang paling utama setelah Bulan Ramadhan adalah puasa di Bulan Syaban…
Silahkan merujuk ke http://www.perpustakaan-islam.com/index.php?option=com_content&view=article&id=255:seputar-bulan-syaban&catid=39:fikih (sebagai informasi)
Mudah-mudahan seluruh amalan kita diterima oleh Allah SWT, dan kita dijauhkan dari hal-hal yang menyebabkan kita menjadi orang yang zholim. Amin
Komentar oleh Zura — July 26, 2010 @ 4:15 pm
hah……… smua bid,ah
smua taklik buta ter hadap pengetahuannya
smua meyakini prinsipnya
bicaralah pada golongan kalian masing2
ini dbat tak brujung
bukan nambah ilmu buat aku yang awam
cuma nambah bingung
.smua pintar
smua ikt alqur,an dn hadis
smua ngopy di gogel
smua ikut menetapkan hukum
smua kayak ulama
hmmmmmmmf
=yang mu pake siapa
yang mu mendengar siapa
… bilang ulama siapa yang melarang malam itu di rayakan
dan ulama siapa yang memperbolehkan
kalau ikut kalian mah sama aja ku ikut gogel;hhehhehhe
ada hadis keluar hukum …. bukankah islam udah dari dulu
sedang dulu lebih banyak yang hafal hadist ama rowinya ktimbang sekarang …….dan sejak kapan itu ada patut di pertanyakan
bukan karena hadis ini dan itu kita mengeluarkan fatwa
… memangnya mui
ada yang minta fatwanya
kalau tidak mah pakek sendiri aja dulu pengetahuannya ,,, hehhheh
Komentar oleh didik rusdianto — July 26, 2010 @ 5:42 pm
terimakasih atas artikel yang sudah anda tempel, dan share2 yang anda-anda argumentasikan..
semua bagiku adalah guru..
Komentar oleh ahnad fabregas — July 26, 2010 @ 9:00 pm
Hadits tentang Nisfu sa’ban memang dhoif, dan klo memang mw beramal di mlm nisfu sa’ban dgn membaca surah Al,Qur’an knp harus Yasin saja kan banyak surah2 yg lain yg sama2 punya keutamaan…
Komentar oleh nesha — July 26, 2010 @ 9:33 pm
Ya Allah, Ya Allah Astagfirllohal “Adhim. kenapa dengan Saudara-saudaraku seiman dan setakwa ini, kita harusnya saling Ingat mengingatkan, bukannya malah saling salah menyalahkan.
(BUAT YANG NGOTOT BID’AH) , YANG DISEBUT BID’AH ITU MENGADA-ADA HAL BARU DALAM IBADAH (MENDEKATKAN DIRI KEPADA ALLAH)SEPERTI SHOLAT YANG TIDAK PERNAH ADA CONTOH DARI RASULLULLAH , KALO DALAM HAL LAIN SEPERTI NAIK SEPEDA MOTOR UNTUK PERGI KE MASJID YA JELAS BUKAN BID’AH. BID’AH ITU HANYA KHUSUS DALAM HAL BERIBADAH.
BERHATI-HATILAH DALAM MENJALANKAN AGAMA ISLAM INI, SESUNGGUHNYA SETAN ITU AKAN SELALU MENGAJAK MANUSIA MASUK NERAKA, SETAN JAUH LEBIH BERPENGALAMAN.
SAUDARA-SAUDARAKU PIKIRKANLAH DAN RENUNGKANLAH
DALAM ISLAM TIDAK YANG INSTAN
SEMUA IBADAH YANG TERBAIK ADALAH YANG ISTIQOMAH
WALAUPUN HANYA SEDIKIT
BUKANNYA SAK BREG, SAK YET TERUS MASUK SURGA, KOK ENAK???
ALANGKAH BAIKNYA JIKA SETIAP HARI KITA BERTAUBAT KEPADA ALLAH
ALANGKAH BAIKNYA JIKA SETIAP HARI KITA SHOLAT BERJAMAAH DI MASJID
ALANGKAH BAIKNYA JIKA SETAHUN PENUH KITA BISA BERPUASA SENIN KAMIS DAN PUASA TANGGAL 13,14,15 SETIAP BULANNYA.
UMAT INI TELAH TERPECAH MENJADI 73 GOLONGAN SEMUA MASUK NERAKA HANYA 1 YANG MASUK SURGA,
DIMANAKAH KITA?……….
SIAPKAH KITA MASUK NERAKA?……….
SERINGAN-RINGAT SIKSA NERAKA ADALAH BARA API YANG ADA DITELAPAK KAKI YANG MAMPU MEMBUAT OTAK DIKEPALA MENDIDIH.
THINK ABOUT IT MY FRIEND….
Komentar oleh huget — July 26, 2010 @ 10:13 pm
copy dari pendapat habib munzir majelis rasulullah
Jumhur seluruh Madzhab memuliakan malam nisfu sya;ban, sebagaimana diejlaskan kemuliaan kemuliaan malam itu pada Tafsir Imam Ibn Katsir, Tafsir Imam Attabari, Tafsir Imam Qurtubi, Tafsir Imam Assuyuthiy, juga pada Fathul Baari Bisyarah SHahih Bukhari oleh Hujjatul Islam Al Imam Ibn Hajar Al Asqalaniy, juga Hujjatul Islam Al Imam Nawawi, juga pada Tuhfatul Ahwadziy Syarah sunan Tirmidziy, Faidhul Qadir, Syarah Sunan Ibn Majah, dan banyak lagi,
kesemuanya mengakui kemuliaan malam nisfu sya;ban dan sunnah memperbanyak doa di malam itu, dengan Alqur;an, dzikir, doa dll.
maka yg mengingkarinya mereka tak punya alasan apa apa,
mengenai yaasin 3X adalah hal yg diajarkan oleh Imam Syafii, maka diteruskan oleh murid muridnya, dan memang dimalam itu tak membaca Yaasin pun tak apa apa, namun tidak salah justru mulia jika kita mengikuti nasihat seorang Imam yg diikuti ribuan ahli hadits dan imam, tentunya ia tidak berfatwa menyesatkan kita, maka kita pun memanutnya, mestilah beliau berfatwa dg hujjah yg tsigah, walaupun hujjah itu tak sampai pada kita, namun jika mungkar mestilah sudah ditentang oleh ratusan pakar hadits sesudah beliau.
hadist shahih riwayat Ibn Hibban bahwa ALlah mengampuni seluruh dosa hamba Nya dimalam nisfu sya’ban, kecuali orang yg menyembah selain Allah dan orang yg suka bermusuhan.
dan saya dapat menampilkan lebih dari 100 hadits mengenai kemuliaan malam nisfu sya;ban, walau banyak yg dhoif, namun hadits dhoif jika didukung dari banyak riwayat maka derajatnya akan menjadi hasan, dan hadits hasan sudah bisa diterima sebagai dalil hujjah
Komentar oleh moeis — July 26, 2010 @ 11:18 pm
Kalau pun itu baik para sahabat terdahulu sudah melakukannya,…. apakah sahabat yang lebih dekat dengan rosul melakukan/ memperingati malam nifsu sa’ban ?
apa rosul ada kekurangan ? jelas tidak,.. jadi kenapa fenomena ini sering terjadi pada umat muslim yang sekarang,.
Komentar oleh sandie — July 27, 2010 @ 12:20 am
Salam ukhuwah.. Untuk semua,
Persatuan Islam akan lumpuh dan hancur dari hal-hal semacam ini.. Sadarlah saudara-saudaraku.. Jangan merasa lebih benar dan menyalahkan pekerjaan orang lain, syiarlah dg jalan ya arif.. Wa salam
Komentar oleh Muzayin — July 27, 2010 @ 1:20 am
Males ah baca… Mending numpangin Komentar disini biar blogku mampang… ntar di kira bid’ah juga? kenapa koq bid’ah din? ya iyalah dulu Nabi kan nggak ngajarin Ane numpang Komentar… (hahahah…)
Komentar oleh Aladin — July 27, 2010 @ 1:59 am
baru tau tentang malam nisfu sya’ban, mending shalat tahajud aja seperti biasa. malam pagi ini malam nisfu sya’ban kah? numpang komentar, heheheh. Eh, ???
http://mardiunj.blogspot.com/
Komentar oleh mardi — July 27, 2010 @ 3:26 am
Bismillah, Setauku sesuatu yang menurut rukun islam atau syareat islam itu disebut “syar’iyah islamiyah” melakukan tradisi kebaikan seperti puasa, baca yasin di nisyfu sya’ban” itu khan tradisi baik…why not?
Komentar oleh Mr Jeff — July 27, 2010 @ 6:10 am
bismilah, hal yg terkait dg rukun islamdisebut Syar’iyah islamiyah (sesuai dgsyareat islam, seperti sholat wajib membaca fatihah) tradisi yg baik disebut syakowiyah islamiyah (sesuatu tradisi kebaikan)spt puas id blan nisfu sya;ban, baca yasin, sholat …..why noy?
Komentar oleh Mr Jeff — July 27, 2010 @ 6:14 am
Tradisi baik? Baik menurut siapa? Manusia atau Allah? Biapun bentuknya spt ibadah tp kl tidak ada perintah atau contoh dari Rasul lebih baik jangan dilakukan.
Komentar oleh X — July 27, 2010 @ 8:27 am
rasanya al maidah ayat 3 cukup menjadi renungan bagi kita….
Komentar oleh erwin setiadji — July 27, 2010 @ 8:41 am
Kalimat terkahir “Tanggapan pro dan kontra, aku tunggu di sini”, ASTAGFIRULLAH
Komentar oleh anthoni — July 27, 2010 @ 2:22 pm
nisfhusyaban tdk ada dsarnya dari ROSUL itu Bid’ah…Astaghfirullah,..ini adlh WAHABi,.selalu mengtakan BID’AH dan BID’AH, pdahl mrka tdk sdar mrka sendiri yang mlakukan BID’AH,. Do’a nisfu sya’ban adalah MULIA, apa yng dminta? Panjang umurrr dlm taat, MOHON maaf atas Segala DOsa, minta WAFAT dlm hu…snul Khotimah, SALAHKAH DO’A Seperti ITU?! akankah Perkumpulan seperti ini DIBUBARKAN & DITENTANG,.jelaslah Rasul SAW tak melarang berupa ide–ide baru yang datang dari iman, selama tidak merubah syariah yang telah ada, apalagi hal itu merupakan kebaikan.Para ulama kita menyarankan untuk membaca surat Yaasiin tiga kali, itu pula haram seseorang mengingkarinya, kenapa dilarang? Apa dalilnya melarang seseorang membaca surat Al-Qur’an?Melarangnya adalah haram secara mutlak.do’a tak bisa dilarang kapan pun dan dimana pun, bila mereka melarang do’a, maka hendaknya mereka menunjukkan dalilnya?
Komentar oleh Denni — July 27, 2010 @ 5:49 pm
Mari kita hargai semangat dan gairah ikhwan dan akhwat dalam beribadah, tanpa adanya janji ganjaran atau pahala tentu akan sangat malas kita melakukannya, meskipun sejatinya kita melakukan amalan hanya semata mengharapkan rahmat dan ridha Allah SWT. Tanpa rahmat dan ridha dari Allah SWT kita tak mungkin nanti bisa masuk ke dalam surganya. Oleh karena itu, ketika di dalam penyampaian dakwah kebenaran usahakan untuk menggunakan kalimat-kalimat yang bil hikmah. Carilah kalimat yang sekiranya tidak akan menyinggung perasaan saudara kita. Namun kita ingat, bahwa dakwah kebenaran selalu dan selalu akan banyak penentangan dimana-mana. Caba bayangkan, seorang Rasul saja yang kita yakin beliau adalah seorang yang ma’sum masih sangat banyak penentangan dan pengingkaran terhadap ajaran beliau. Oleh karena itu teruslah antum berdakwah namun tetap dalam koridor bil hikmah. Dan bagi kita yang mungkin berbeda, maka janganlah secara frontal melakukan penolakan-penolakan padahal dihatimu sendiri sudah ada percaya bahwa itu adalah benar. Janganlah terperangkap masuk ke dalam budaya pengkultusan dan paternalistik ( budaya pengagungan terhadap seorang tokoh tanpa memandang secara jernih siapa tokoh itu dan bagaimana keilmuannya). Jangalah kita termasuk ke dalam orang yang seperti kata Rasul : ‘ Orang sombong itu adalah:
1. orang yang tidak mau menerima kebenaran, dan
2. Orang yang merendahkan sesama
Semoga dakwah kebenaran senantiasa menjadi pencerahan umat yang sudah banyak larut ditengah hiruk pikuknya dunia ini.
Wallahu A’lam
Komentar oleh adly — July 28, 2010 @ 5:44 am
maka kalau ada pertanyaan : “siapakah yg pertama kali mengajarkan Bid’ah hasanah?, maka kita dengan mudah menjawab, yg pertama kali mengajarkannya adalah para Sahabat Rasul saw, karena saat itu Umar ra setelah bersepakat dengan seluruh sahabat untuk jamaah tarawih, lalu Umar ra berkata : “WA NI’MAL BID’AH HADZIH..”. (inilah Bid’ah yg terindah)Umar Ra. adalah manusia yang dijamin syurga oleh ALLAH,Lalu kategori Bid’ah ini pun muncul entah darimana?, membawa hadits : “Semua Bid’ah adalah sesat dan semua sesat adalah di neraka”. Menimpakan hadits ini pada kelompok sahabat. Ah..ah..ah… adakah seorang muslim mengatakan orang yg memanggil nama Allah Yang Maha Tunggal, menyebut nama Allah dengan takdhim, berdoa dan bermunajat, mereka ini sesat dan di neraka?, Orang yg berpendapat ini berarti ia telah mengatakan seluruh sahabat nabi adalah penduduk neraka termasuk Umar bin Khattab ra. subhanallah kalau kita sudah acuh dan khianat dgn ulama (tokoh yg dibilang jernih) ana tdk bisa berkomtr,.Mereka (sekte wahabi) mengatakan bahwa ini tidak teriwayatkan bentuk dan tata cara berdoa dll dlm nishfu syaban, ah..ah?ah.. berdoa ya sudah jelas berdoa.., menyebut nama Allah, mengingat Allah swt, adakah lagi ingin dicari pemahaman lain?,Sahabat Rasul radhiyallahu’anhum mengadakan shalat tarawih berjamaah, dan Rasul saw justru malah menghindarinya, mestinya merekapun shalat tarawih sendiri sendiri, kalau toh Rasul saw melakukannya lalu menghindarinya, lalu mengapa Generasi Pertama yg terang benderang dg keluhuran ini justru mengadakannya dengan berjamaah..,
Sebab mereka merasakan ada kelebihan dalam berjamaah, yaitu syiar,ah..ah..ah.. mereka masih butuh syiar dibesarkan, apalagi kita dimasa ini..,Kita di Majelis Majelis menjaharkan lafadz doa dan munajat untuk menyaingi panggung panggung maksiat yg setiap malam menggelegar dengan dahsyatnya menghancurkan telinga, berpuluh ribu pemuda dan remaja MEMUJA manusia manusia pendosa dan mengelu elukan nama mereka..
Salahkah bila ada sekelompok pemuda mengelu-elukan nama Allah Yang Maha Tunggal?, menggemakan nama Allah?,
apakah Nama Allah sudah tak boleh dikumandangkan lagi dimuka bumi?.??!!
Seribu dalil mereka cari agar Nama Allah tak lagi dikumandangkan.. cukup berbisik bisik..!, sama dengan komunis yg melarang meneriakkan nama Allah, dan melarang kumpulan dzikir..
Adakah kita masih bisa menganggap kelompok wahabi ini adalah madzhab..?!!Kita Ahlussunnah waljama?ah berdoa, berdzikir, dengan sirran wa jahran, di dalam hati, dalam kesendirian, dan bersama sama.
Sebagaimana Hadist Qudsiy Allah swt berfirman : “BILA IA (HAMBAKU) MENYEBUT NAMAKU DALAM DIRINYA, MAKA AKU MENGINGATNYA DALAM DIRIKU, BILA MEREKA MENYEBUT NAMAKAU DALAM KELOMPOK BESAR, MAKA AKUPUN MENYEBUT (membanggakan) NAMA MEREKA DALAM KELOMPOK YG LEBIH BESAR DAN LEBIH MULIA”. (HR Bukhari Muslim).Saran saya, kita doakan saja madzhab sempalan abad ke 20 ini, agar mereka diberi hidayah dan kembali kepada kebenaran.
Wahai Allah, telah terkotori permukaan Bumi Mu dengan sanubari sanubari yg disesatkan syaitan, maka hujankanlah hidayah Mu pada mereka agar mereka mau kembali pd kebenaran, beridolakan sang Nabi saw, beridolakan Muhajirin dan Anshar, berakhlak dengan akhlak mereka, sopan dan rendah hati sebagaimana mereka.
Demi Kemuliaan Ramadhan, Demi Kemuliaan Shiyaam walqiyaam, Demi Kemuliaan Nuzululqur’an, dan Demi Kemuliaan Muhammad Rasulullah saw, amiin.
syukron akhi,.wasalm
Komentar oleh Denni — July 29, 2010 @ 4:14 pm
syukron atas pemaparannya, kami berdua kini merasa lebih yakin bahwa momemt yang mengkhusuuuskan amalan pada malam nisfu sya’ban sebenarnya dan pada hakikatnya tiidak ada.
Komentar oleh a3 feat dewi — August 1, 2010 @ 2:11 pm
tanpa adanya janji ganjaran atau pahala tentu akan sangat malas kita melakukannya,.semua perbuatan kita,.dlm hal apapun,.sebesar biji zarah pun keburukan kita akan dibalas,dan sebesar biji zarah pun kebaikan kita akan dibalas oleh ALLAh Jallajallaluh,..So,,ega usah takut kalau Allah tidak akan membalas semua Amalan Zikir dan Do’a kita..Allah maha kaya atas rahmat dan karunia kepada kita semua,.Syukron akhi,.mohon maaf apabila tidak berkenan,.perbedaan pendapat adalah karunia rahmat dari ALLah,.semoga ukhuwah islamiyah kita tetap terjaga..aminn,,
Komentar oleh Denni — August 1, 2010 @ 3:24 pm
sesuatu ibadah harus ada sumber hadist atau istilah lain adalah sesuatu yg dikerjakan nabi , jadi tidak bisa menganggap baik tapi menurut hadist tidak ada contoh, maka dikatan sesuatu yg diada adakan, walaupun dianggap baik
Komentar oleh misbah — August 7, 2010 @ 1:13 pm
tapi mari kita melihat Ibrahnya, mengajak kepada kebaikan, mengingatkan dll…mungkin hal ini tidak dilakukan Rasulullah,.tp janganlah menganggap hal ini adalah sesuatu yang harus dijauhi malah disarankan untuk meninggalkannya..banyak riwayat yg menceritakan hal sejenis,.,dan Rosulullah pun tidak melarangnya…kita???? subhanAllah…perbedaan pendapat ini memang tiada berujung..krn mempunyai pandangan dan sandaran masing masing..wsslm salam ukhuwah.
Komentar oleh Denni — August 9, 2010 @ 10:43 pm
sempit benar pemahaman orang tentang agama ini. risih melihatnya, serasa sempit bener Islam jika difahami dengan cara seperti itu. Belajar mengaji dengan baik, sehingga bisa memahami makna bid’ah dengan lebih baik..belajar dengan guruguru yang mulia para habaib cucu cucu keturunan Rosulullah dan para guruguru yang jauh lebih faham..para ahli hadits dll. dan TIDAK BERGURU PADA SATU GURU SAJA..berguru pada BUKU dan tdk berdiskusi dengan GURU krn guru ke 2 nya adalah syetan. jatuhnya fanatik terhadap agama ini..ISLAM itu indah mas….maaf mas semakn malam semakin asik berdiskusi disini…afwan…salam ukhuwah..-Denni 1988-
Komentar oleh Denni — August 9, 2010 @ 10:58 pm
menarik………….sayang masiha ada kekurangan,karena anda berani bilang hadist itu palsu tapi anda tidak mencantumkan perawinya……..
Komentar oleh ikhwan — February 27, 2011 @ 9:58 pm
Ikut nimbrung…
Banyak yang menanyakan tentang kedudukan perawinya hadits diatas..Padahal si penulis sudah mencatumkan referensi kitab dan imam-imam yang menyusun kitan tersebut,, maka silahkan buka kitabnya masing-masing dirumah….hehehehe
Komentar oleh yayan — June 10, 2011 @ 9:34 am
setuju,,,
ssungguhnya ibadah yg tdk ad tuntutan dr Nabi(sbgai khalifah) tdk lah boleh d ada2kan cz hal tersebut bs mnimbulkan bid’ah n ssungguhny Allah tdk suka hal yg b’lbihan…
Komentar oleh khoirun nisa' — July 2, 2011 @ 5:54 am
kadang sifat mnsia ada yg AROGAN (merasa paling benar shg dengan memakai dalil2 tertentu dgn mdhnya mnyesat2kan org lain atau gol lain ) PADAHAL yg berhak menyesatkan & memmberi petunjuk itu hanyalah ALLAH SWT Q.S. AN NAHL 125
Komentar oleh silichin — July 6, 2011 @ 10:45 am
sy lebih percaya ulama dengan ilmunya dari pada anak jaman sekarang baru tau ilmu sedikit, itupun baru katanya sudah berani berfatwa seolah sudah membaca semua sumber hukum … pusiiing
Komentar oleh brain — July 9, 2011 @ 9:09 am
Amaliyah tak ada salahnya! jika tak ada dasar, mending gak usah bikin statement… ini yg “Bid’ah”. bkin sensasi bkn pd tempatnya. alasannya: klu’pu hadis2 itu Dhaif, tetap aja it adalah hadis (ingat, dhoif dan maudhu’ berbeda dalam kajian ilmu Hadis. smoga manfaat!!!
Komentar oleh abied — July 11, 2011 @ 3:46 pm
lebih baik ibadah dg khusyuk lilahi ta’ala.dri pada nyalahin orang,ngomongin orang trus,bid’ah atau bkan kmbalikan lg pd Allah,krna di indnesia ini trdiri dri bbrpa madzhab.ya kmbalikan lag pad madzhabnya.beres kan.
Komentar oleh REYZA — July 13, 2011 @ 7:49 pm
Rosulullah saw.ketika sholat fardhu ga pernah pke kopiah,pke jas, pke dasi, pake sarung,ke masjid bawa mobil.tp knpa masyarakat sekarang banyak yg mlakukan itu padahal hal itu ga pernah dilakukan oleh Rosulullah…….bid’ahkah itu.sy sependapat dg yang di atas td nmn lpa nmya.sy lebih baik percya pd ulama dripada sama orng yg baru tau sdikit ilmu sdh coment seolaholah dirinyalah yg paling benar.
Komentar oleh REYZA — July 13, 2011 @ 7:57 pm
Haduuuh … Ente banyak2 ngaji dulu dah baru buat Postingan ye ..
klo mang ente anggap itu Bid’ah n haram ya udah berarti keimanan ente cuma segitu, sedang yang menjalankannya Wallaua’lam Iman dan Ilmu orang tersebut lebih lagi .. itu aja
Komentar oleh irawan — July 14, 2011 @ 2:25 pm
Persetan dg Nisfu sya’ban, bid’ah, yasin..aku gak percaya Islam, yg dulu ku ikuti, aku juga lakuin ritual itu spt org bodoh ritual2an, kebanyakan org Islam banyak cocot tanpa perbuatan nyata, kasian yg gak sekolah, miskin gak ada yg bantu semua pada lomba ibadah sendiri2 cari kekayaan dan kejayaan pribadi, dengan harapan mau jadi konglomerat, koruptor, sorry aku harus keluar Islam yg spt ini dulu, sampai tuhan memberi petunjuk agama yg baik buat semua. Aku mau belajar Islam lagi dari tdk mengerti Islam sampai ngerti Islam yg benar sesuai Al Maidah ayat 3 yg katanya sdh sempurna. Rukun iman dulu trus rukun islam yg smuanya adalah pilar Islam. Persetan dg Kyai, ulama yg selalu bikin ulah bikin fatwa titipan, suka minta upeti dari santrinya (gaya feodal), gak pernah merasa salah dan belajar dg tawaduk, sok sombong padahal dangkal otaknya hanya kebetulan keturunan dulu jadi kyai ada pengikutnya, terutama org NU yg aku ikuti dulu spt bpk, kakek buyutku, yg punya pesantren dan santri banyak…sukanya ngrasani org Muhammadiyah. Gombal semua NU, MD, FPI, Wahabi dll. Santrinya tambah bego kolot adu otot, gak tahu malu omongannya kasar, suka gebukin org. hi…..jijik..deh aku..
Komentar oleh wak bejo — July 15, 2011 @ 9:37 am
Shollu ala Nabi……….
Komentar oleh maulana — July 15, 2011 @ 11:08 am
afwan, apakah antum saat membaca al quran dengan kitab yang ada harokatnya atau gundulan (tanpa harokat)? jika ya, apakah antum tidak termasuk melakukan bid’ah? karena setahu saya di zaman syaidina Muhammad saw, al quran belum dibukukan, jangankan dibukukan, diberi harokatnya saja tidak, al quran baru diberi harokat setelah zaman tabiin, semoga komentar ini dapat mengentikan upaya busuk untuk melemahkan persatuan umat Islam dari golongan orang2 yang sok religuis
Komentar oleh yosef — July 15, 2011 @ 12:53 pm
BulN sya’ban dalam hadis rasuLullah saw jelas dimuliakan terlepas dari shohih atau dhoifnya hadis tersebut, minimal hadis dhaif bisa dijadikan motivasi dalam beribadah, wallahu a’lam
Komentar oleh fahrozi — July 15, 2011 @ 3:18 pm
Daripada saling menyalahkan satu sama lain… lebih baik koreksi diri sendiri… belum tentu ibadah yang mas mas dan mbak2 lakukan itu diterima Allah SWT… hanya Allah yang tau ibadah sesorang itu ditrima apa tidak.. perbaiki diri sendiri saja… hargai setiap pendapat yang ada… klo ingin berdakwah jangan saling menyakiti…
Komentar oleh Andi — July 15, 2011 @ 6:05 pm
diluar sana orang2 kafir lagi menyusun strategi untuk menghancurkan islam, bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh…
Komentar oleh Andi — July 15, 2011 @ 6:08 pm
saya kurang setuju dengan apa yang di paarkan oleh penulis yang mengatakan itu bid’ah.dan lagian bid’ah itu kan ada dua HASANAH(yang baik)dan sayyiah(buruk)kira2 mnurt antum kalau itu bi’ah itu termasuk bid’ah yang mana?TAFAKKAR WATADABBAR.dan jugak ada kan hadist yang diriwayatkan dari imam muslim ttg keutamaan bulan sya’ban dan dr sayyidah a’isyah ttngf malam nisfi sya’ban.dn jugk hadist yang lain,dr bbrp hadist tsbt insyaaallah pasti ada keutamaan tersendiri dalam nisfi sya’ban.tolong perbanyak membaca kutubul ahadiist,usulfiq biar bisa memahami ma’na hadist yang sebenarnya,SYUKRON.udzkur WATAFAKKAR WALILLAHI FA’MAL
Komentar oleh m arif — July 15, 2011 @ 11:17 pm
Dari pada nge download BOXEP
Dari pada nonton SINETRON
Dari pada nge GAME
Dari pada MABOK
Dari pada JUDI
bukan kah mengharap RIDHLO Allah SWT jauh lebih baik ???
“Barangsiapa yang berdo’a kepada-ku, pasti akan ku-kabulkan, dan siapa yang memohon kepada-ku, pasti akan ku-beri,dan siapa yang mohon ampun kepada-ku pasti akan ku ampuni”. (HR.Bukhari, Muslim, Maliki, Tirmidzi )
Astaghfirullahaladzim……
Komentar oleh ARCADE — July 16, 2011 @ 7:59 am
saya teramat setuju dengan pernyataan ini :
saya kurang setuju dengan apa yang di paarkan oleh penulis yang mengatakan itu bid’ah.dan lagian bid’ah itu kan ada dua HASANAH(yang baik)dan sayyiah(buruk)kira2 mnurt antum kalau itu bi’ah itu termasuk bid’ah yang mana?TAFAKKAR WATADABBAR.dan jugak ada kan hadist yang diriwayatkan dari imam muslim ttg keutamaan bulan sya’ban dan dr sayyidah a’isyah ttngf malam nisfi sya’ban.dn jugk hadist yang lain,dr bbrp hadist tsbt insyaaallah pasti ada keutamaan tersendiri dalam nisfi sya’ban.tolong perbanyak membaca kutubul ahadiist,usulfiq biar bisa memahami ma’na hadist yang sebenarnya,SYUKRON.udzkur WATAFAKKAR WALILLAHI FA’MAL
karena dari segi keilmuan kita diharuskan belajar dan mengkaji serta memahami apa yang sedang kita bahas dan lebih lebih jika ingin menguasai suatu keilmuan maka kuasailah ilmu tersebut dengan mempelajari peralatan yang berhubungan denagn ilmu tersebut dan ada baiknay kita memberi saran yang baik bukan sebuah saling mempertahankan argumen, sudah cukup bagi kita semua contoh contoh salafus shalih yang telah mengajarkan tradisi turun temurun yang insya allah hingga yaumul qiyamah, dan perbedaan pada umatku adalah rahmat, alhadits.
Komentar oleh keeptux — July 16, 2011 @ 12:18 pm
salut dgn org-org yg lebih pintar dari ulama-ulama terdahulu..diajak bicara pkai bahasa arabnya aja blepotan..ga usah jauh-jauh..dengerin org arab ngomongnya aja banyak ga ngartosnya!! apalagi smpai nyusun kitab pkai bhs arab, 1 lembar aja jg blum mampu..intinya gini,coba kalau menyikapi sesuatu itu dengan cara yg lebih arif,pintar oke..tapi cerdas itu lebih dihargai oke
Komentar oleh bobo — July 16, 2011 @ 12:29 pm
Ass. saudara-saudaraku, jangan karena perbedaan paham dan keyakinan dalam hal-hal furuiyah menjadikan tali persaudaraan ukhuwah islamiyah menjadi pecah. saya kira apa yang kita kerjakan hanya Allah yang Maha tahu, apakah diterima ataupun tidak. jadi jangan saling menyalahkan orang lain yang tidak sejalan dengan kita. Apakah apa yang kita kerjakan sudah tentu benar !! jalan terbaik mari introspeksi saja masing-masing.
Komentar oleh Nuhrodin — July 16, 2011 @ 2:19 pm
Ngawiti ingsun nglaras syi’iran …. (aku memulai menembangkan syi’ir)
Kelawan muji maring Pengeran …. (dengan memuji kepada Tuhan)
Kang paring rohmat lan kenikmatan …. (yang memberi rohmat dan kenikmatan)
Rino wengine tanpo pitungan 2X …. (siang dan malamnya tanpa terhitung)
Duh bolo konco priyo wanito …. (wahai para teman pria dan wanita)
Ojo mung ngaji syareat bloko …. (jangan hanya belajar syari’at saja)
Gur pinter ndongeng nulis lan moco … (hanya pandai bicara, menulis dan membaca)
Tembe mburine bakal sengsoro 2X …. (esok hari bakal sengsara)
Akeh kang apal Qur’an Haditse …. (banyak yang hapal Qur’an dan Haditsnya)
Seneng ngafirke marang liyane …. (senang mengkafirkan kepada orang lain)
Kafire dewe dak digatekke …. (kafirnya sendiri tak dihiraukan)
Yen isih kotor ati akale 2X …. (jika masih kotor hati dan akalnya)
Gampang kabujuk nafsu angkoro …. (gampang terbujuk nafsu angkara)
Ing pepaese gebyare ndunyo …. (dalam hiasan gemerlapnya dunia)
Iri lan meri sugihe tonggo … (iri dan dengki kekayaan tetangga)
Mulo atine peteng lan nisto 2X … (maka hatinya gelap dan nista)
Ayo sedulur jo nglaleake …. (ayo saudara jangan melupakan)
Wajibe ngaji sak pranatane … (wajibnya mengkaji lengkap dengan aturannya)
Nggo ngandelake iman tauhide … (untuk mempertebal iman tauhidnya)
Baguse sangu mulyo matine 2X …. (bagusnya bekal mulia matinya)
Kang aran sholeh bagus atine …. (Yang disebut sholeh adalah bagus hatinya)
Kerono mapan seri ngelmune … (karena mapan lengkap ilmunya)
Laku thoriqot lan ma’rifate …. (menjalankan tarekat dan ma’rifatnya)
Ugo haqiqot manjing rasane 2 X … (juga hakikat meresap rasanya)
Al Qur’an qodim wahyu minulyo … (Al Qur’an qodim wahyu mulia)
Tanpo tinulis biso diwoco … (tanpa ditulis bisa dibaca)
Iku wejangan guru waskito … (itulah petuah guru mumpuni)
Den tancepake ing jero dodo 2X … (ditancapkan di dalam dada)
Kumantil ati lan pikiran … (menempel di hati dan pikiran)
Mrasuk ing badan kabeh jeroan …. (merasuk dalam badan dan seluruh hati)
Mu’jizat Rosul dadi pedoman …. (mukjizat Rosul(Al-Qur’an) jadi pedoman)
Minongko dalan manjinge iman 2 X … (sebagai sarana jalan masuknya iman)
Kelawan Alloh Kang Moho Suci … (Kepada Alloh Yang Maha Suci)
Kudu rangkulan rino lan wengi ….. (harus mendekatkan diri siang dan malam)
Ditirakati diriyadohi … (diusahakan dengan sungguh-sungguh secara ihlas)
Dzikir lan suluk jo nganti lali 2X … (dzikir dan suluk jangan sampai lupa)
Uripe ayem rumongso aman … (hidupnya tentram merasa aman)
Dununge roso tondo yen iman … (mantabnya rasa tandanya beriman)
Sabar narimo najan pas-pasan … (sabar menerima meski hidupnya pas-pasan)
Kabeh tinakdir saking Pengeran 2X … (semua itu adalah takdir dari Tuhan)
Kelawan konco dulur lan tonggo … (terhadap teman, saudara dan tetangga)
Kang podho rukun ojo dursilo … (yang rukunlah jangan bertengkar)
Iku sunahe Rosul kang mulyo … (itu sunnahnya Rosul yang mulia)
Nabi Muhammad panutan kito 2x …. (Nabi Muhammad tauladan kita)
Ayo nglakoni sakabehane … (ayo jalani semuanya)
Alloh kang bakal ngangkat drajate … (Allah yang akan mengangkat derajatnya)
Senajan asor toto dhohire … (Walaupun rendah tampilan dhohirnya)
Ananging mulyo maqom drajate 2X … (namun mulia maqam derajatnya di sisi Allah)
Lamun palastro ing pungkasane … (ketika ajal telah datang di akhir hayatnya)
Ora kesasar roh lan sukmane … (tidak tersesat roh dan sukmanya)
Den gadang Alloh swargo manggone … (dirindukan Allah surga tempatnya)
Utuh mayite ugo ulese 2X … (utuh jasadnya juga kain kafannya)
(SYAIRNYA GUSDUR)…..!!!!
mohon maaf saya hanya hamba Allah biasa yg masih banyak kurangnya dari pada lebihnya….
PESAN SAYA :
kalo niat melakukan suatu ibadah dan amalan sunnah jangan terlalu pilih-2, tiap hari dilakukan secara total dan istiqomah, ditancapkan dalam hati bukan fikiran kita insya allah kita akan mendapatkan barokah dan ridho allah semuanya, tanpa melihat datangnya malam, bulan dan waktu yang baik dan yang paling baik, insya allah tidak akan terjadi suatu perbedaan dan tidak usah diperdebatkan, janganlah hanya pintar ilmu syareat aja karena hanya pandai bicara, menulis dan membaca….., belajarlah ilmu hakikat, thorekot sampai ma’rifat karena disana tidak ada yang perlu diperdebatkan…..!!!!! amin……!!!!
Komentar oleh arik — July 16, 2011 @ 3:06 pm
Gue setuju kalo Mbaca Yasin pada malam nisfu sya’ban dibilang Bid’ah… Biar gak ada Orang yang Mbaca Alquran lagi..
Gue Senang kalo elo Pada maen Judi & Mabok-2 an..
Biar nanti gue banyak teman… Saling memaki lah antar kalian sesama muslim…
Setan Ifrit
Komentar oleh setan iprittt — July 16, 2011 @ 3:34 pm
syukron katsir ya akh…,,
semoga bermanfaat
Komentar oleh ibnu Hisyam — July 16, 2011 @ 4:42 pm
ibadah kok dibilang bid’ah…..yg buat tausiyah juga berbuat bid’ah tiap hari dengan memakai jam tangan…dulu rosululloh gak mengajarkan pakai jam tangan….gak usah buat hal kalau cuma jadi perdebatan.lebih baik diam,malah jadinya banyak yang mencela….kalau anda benar2 belajar,anda akan tahu…cari terus,jangan baru tahu beberapa kitab sudah merasa paling tahu….
Komentar oleh andi — July 16, 2011 @ 5:02 pm
Asslamualaikum
Sebenernye yg jd mslah perdebtan bkan ibdahnya (shlatnya,ngajinya,doanya) tpi mengkhususkan aplagi mewajibkan ibdah sperti tu hnya di mlam nishfu syaban sedang di malam lain tdak. Sya stuju dngan kmentar yg mengatakan tìnggalkan yg beresiko dan krjakan sunah trlbih dahulu.
Bagi yg mo mngerjakan sbaiknya jgn di mlam nishfu syaban sja,di mlam laen shrusnya jga dong,jd biar ga trkesan cma ibdah satu mlam ja,ga ada kelanjutannya. Bgi yg tdk mengerjakan tdk ap2 krena memag tdk ada contohnya.
Bgi yg mo blag bid’ah silakan asal anda tau n mngerti dalilnya. Bgi yg tdak stju dgn bid’ah anda jg hrus tau n pham dalilnya. Yg pnting jgn sling mencaci,mencela krena perbedaan itu adlah rahmat.
Musuh qta sbenarnya ada dluar sana.
Wallahu bishawab
Wassalam
Komentar oleh Tolooij — July 16, 2011 @ 5:13 pm
yang mengatakan sesuatu bid’ah tanpa dasar itulah yang sebenarnya bid’ah dholalah…
Komentar oleh adi — July 16, 2011 @ 5:13 pm
surat yasin merupakan surat yang memiliki banyak keistimewaan, jadi mau dibaca kapan aja, mau dibaca di malam apa aja, tetap akan mendatangkan kebaikan bagi yang membacanya.
shalat sunat dengan niat untuk mendekatkan diri kepada Allah dan berdoa meminta kepada Allah juga akan mendatangkan pahala bagi yang melakukannya. setiap orang yang berdoa pun akan didengar oleh Allah (dengan memenuhi syarat2 seperti memiliki keyakinan yang kuat kpd Allah dan menjauhi dosa).
semua amalan yang dinyatakan “bid’ah” di tulisan ini merupakan amalan yang apabila dilakukan oleh setiap manusia, KAPAN SAJA, DI MALAM APA SAJA, yang dilakukan dengan keyakinan yang penuh kepada Allah, dengan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, tidak menyekutukan-Nya, dan hanya mengharapkan ridho dan ampunan-Nya, INSYA ALLAH akan mendatangkan kebaikan yang sangat besar bagi yang melakukannya, dan akan mengundang ridho dan ampunan Allah.
Allah tidak hanya menyebarkan rahmatnya pada malam nisfu syaban, namun pada semua malam. Allah tidak hanya mengampuni dosa2 pada malam nisfu syaban, atau malam bulan ramadhan, namun pada semua malam, bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya.
so, baca surat yasin, shalat sunat, dan berdoa, bisa dilakukan kapan saja. dan kalau dilakukan di malam nisfu syaban? YA SAH-SAH saja.
mungkin, malam nisfu syaban diperingati seperti saat ini karena orang-orang shaleh dahulu biasa melakukannya, dan itu sah-sah saja, toh semua amal tersebut juga TIDAK DIWAJIBKAN. jika diwajibkan, sedangkan tidak ada ayat dan hadist yang shahih mengenai hal tersebut, maka kita bisa menyatakan bahwa hal tersebut bid’ah.
dan mungkin juga, malam nisfu syaban diperingati seperti saat ini untuk mendorong setiap orang untuk berdoa kepada Allah, shalat, dan mengingat-Nya, karena biasanya kalo ga ada momen2 kaya gini, kita biasanya lupa untuk mengingat-Nya, berdoa kepada-Nya, apalagi baca quran.
so, malam nisfu syaban? diambil positifnya aja lah ya.. :)
daripada adu pendapat, mendingan sekarang kita sama2 mulai ibadah, baca quran, shalat (dengan khusyu), dan berdoa. insya Allah kita mendapatkan rahmat, berkah, dan ampunan dari Allah SWT. Amin… :)
Komentar oleh Khairunnisa — July 16, 2011 @ 6:19 pm