Doa Nabi Daud as Memohon
Cinta Allah
Nabi
Daud ’alihis-salaam merupakan seorang hamba Allah yang sangat rajin
beribadah kepada Allah.
Hal ini disebutkan langsung oleh Nabi Muhammad
shollallahu ’alaih wa sallam.
Nabi Daud ’alihis-salaam sangat rajin
mendekatkan diri kepada Allah.
Beliau sangat rajin memohon kepada Allah agar
dirinya dicintai Allah.
Beliau sangat mengutamakan cinta Allah lebih daripada
mengutamakan dirinya sendiri, keluarganya sendiri dan air dingin yang bisa
menghilangkan dahaga musafir dalam perjalanan terik di tengah padang pasir.
Inilah penjelasan Nabi
Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam mengenai doa Nabi Daud tersebut:
Rasulullah
shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Di antara doa Nabi Daud
’alihis-salaam ialah: “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu cintaMu
dan cinta orang-orang yang mencintaiMu dan aku memohon kepadaMu perbuatan yang
dapat mengantarku kepada cintaMu.
Ya Allah, jadikanlah cintaMu lebih kucintai
daripada diriku dan keluargaku serta air dingin.
” Dan bila Rasulullah
shollallahu ’alaih wa sallam mengingat Nabi Daud ’alihis-salaam beliau
menggelarinya sebaik-baik manusia dalam beribadah kepada Allah.” (HR Tirmidzi
3412)
Setidaknya
terdapat empat hal penting di dalam doa ini.
Pertama,
Nabi Daud ’alihis-salaam memohon cinta Allah. Beliau sangat
faham bahwa di dunia ini tidak ada cinta yang lebih patut diutamakan dan
diharapkan manusia selain daripada cinta yang berasal dari Allah Ar-Rahman
Ar-Rahim (Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang). Apalah artinya seseorang
hidup di dunia mendapat cinta manusia –bahkan seluruh manusia- bilamana Allah
tidak mencintainya. Semua cinta yang datang dari segenap manusia itu menjadi
sia-sia sebab tidak mendatangkan cinta Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Sebaliknya, apalah yang perlu dikhawatirkan seseorang bila Allah
mencintainya sementara manusia –bahkan seluruh manusia- membencinya. Semua
kebencian manusia tersebut tidak bermakna sedikitpun karena dirinya memperoleh
cinta Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Sebab
itulah Nabi Daud ’alihis-salaam tidak menyebutkan dalam awal doanya
harapan akan cinta manusia. Beliau mendahulukan cinta Allah di atas
segala-galanya. Beliau sangat menyadari bahwa bila Allah telah mencntai
dirinya, maka mudah saja bagi Allah untuk menanamkan cinta ke dalam hati
manusia terhadap Nabi Daud ’alihis-salaam. Tetapi bila Allah sudah
mebenci dirinya apalah gunanya cinta manusia terhadap dirinya. Sebab cinta
manusia terhadap dirinya tidak bisa menjamin datangnya cinta Allah kepada Nabi
Daud ’alihis-salaam.
Dari
Nabi shollallahu ’alaih wa sallam beliau bersabda: “Bila Allah
mencintai seorang hamba, maka Allah berseru kepada Jibril: “Sesungguhnya Allah
mencintai Fulan, maka cintailah dia.” Jibrilpun mencintainya. Kemudian Jibril
berseru kepada penghuni langit: ”Sesungguhnya Allah mencintai Fulan, maka
kalian cintailah dia.” Penghuni langitpun mencintainya. Kemudian ditanamkanlah
cinta penghuni bumi kepadanya.” (HR Bukhary 5580)
Kedua,
Nabi Daud ’alihis-salaam memohon kepada Allah cinta
orang-orang yang mencintai Allah. Sesudah mengharapkan cinta
Allah lalu Nabi Daud ’alihis-salaam memohon kepada Allah kasih-sayang
dari orang-orang yang mencintai Allah, sebab orang-orang tersebut tentunya
adalah orang-orang beriman sejati yang sangat pantas diharapkan cintanya.
Hal
ini sangat berkaitan dengan Al-Wala’ dan Al-Bara’ (loyalitas dan
berlepas diri). Yang dimaksud dengan Al-Wala’ ialah
memelihara loyalitas kepada Allah, RasulNya dan orang-orang beriman. Sedangkan
yang dimaksud dengan Al-Bara’ ialah berlepas diri dari kaum kuffar dan
munafiqin. Karena loyalitas mu’min hendaknya kepada Allah, RasulNya dan
orang-orang beriman, maka Nabi Daud ’alihis-salaam berdoa agar dirinya
dipertemukan dan dipersatukan dengan kalangan sesama orang-orang beriman yang
mencintai Allah. Dan ia sangat meyakini akan hal ini.
Sesungguhnya
Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersada: “Ruh-ruh manusia
diciptakan laksana prajurit berbaris, maka mana yang saling kenal di antara
satu sama lain akan bersatu. Dan mana yang saling mengingkari di antara satu
sama lain akan berpisah.” (HR muslim 4773)
Ketiga,
Nabi Daud ’alihis-salaam memohon kepada Allah agar ditunjuki
perbuatan-perbuatan yang dapat mendatangkan cinta Allah. Setelah
memohon cinta Allah kemudian cinta para pecinta Allah, selanjutnya Nabi Daud ’alihis-salaam
memohon kepada Allah agar ditunjuki perbuatan dan amal kebaikan yang
mendatangkan cinta Allah. Ia sangat khawatir bila melakukan hal-hal yang bisa
mendatangkan murka Allah. Beliau sangat khawatir bila berbuat dengan hanya
mengandalkan perasaan bahwa Allah pasti mencintainya bila niat sudah baik
padahal kualitas dan pelaksanaan ’amalnya bermasalah. Maka Nabi Daud ’alihis-salaam
sangat memperhatikan apa saja perkara yang bisa mendatangkan cinta Allah pada
dirnya. Di dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa Allah mencintai Ash-Shobirin
(orang-orang yang sabar). Siapakah yang dimaksud dengan Ash-Shobirin?
Apa sifat dan perbuatan mereka sehingga menjadi dicintai Allah?
Keempat,
Nabi Daud ’alihis-salaam memohon kepada Allah agar menjadikan cinta Allah
sebagai hal yang lebih dia utamakan daripada dirinya sendiri, keluarganya dan
air dingin. Kemudian pada bagian akhir doa ini Nabi Daud ’alihis-salaam
kembali menegaskan betapa beliau sangat peduli dan mengutamakan cinta Allah.
Sehingga beliau sampai memohon kepada Allah agar cinta Allah yang ia dambakan
itu jangan sampai kalah penting bagi dirinya daripada cinta dirinya terhadap
dirinya sendiri, terhadap keluarganya sendiri dan terhadap air dingin.
Mengapa
di dalam doanya Nabi Daud ’alihis-salaam perlu mengkontraskan cinta
Allah dengan cinta dirinya sendiri, keluarganya dan air dingin? Sebab
kebanyakan orang bilamana harus memilih antara mengorbankan diri dan keluarga
dengan mengorbankan prinsip hidup pada umumnya lebih rela mengorbankan prinsip
hidupnya. Yang penting jangan sampai diri dan keluarga terkorbankan. Kenapa air
dingin? Karena air dingin merupakan representasi kenikmatan dunia yang indah
dan menggoda. Pada umumnya orang rela mengorbankan prinsip hidupnya asal jangan
mengorbankan kelezatan duniawi yang telah dimilikinya.
Jadi
bagian terakhir doa Nabi Daud ’alihis-salaam mengandung pesan pengorbanan.
Ia rela mengorbankan segalanya, termasuk dirinya sendiri, keluarganya sendiri
maupun kesenangan duniawinya asal jangan sampai ia mengorbankan cinta Allah. Ia
amat mendambakan cinta Allah. Nabi Daud ’alihis-salaam sangat faham
maksud Allah di dalam Al-Qur’an:
“Katakanlah:
“Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu,
harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya,
dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai
daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah
sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang fasik.” (QS At-Taubah ayat 24)