Berikut beberapa hal yang kurang lebih tertangkap dalam khutbah Rasulullah tsb:
1. Manajemen Ruhiyah
Rasulullah saw. membagi Ramadhan menjadi tiga bagian. Masing-masing berjumlah 10 hari. Di tahap awal Ramadhan, kita perlu memasang target ibadah Ramadhan kita. Setelah 10 hari berlalu, dimuhasabah untuk kemudian diperbaiki dan ditingkatkan di babak kedua dan ketiga. Tensi dan derajat ruhiyah ditingkatkan sampai pada tingkat yang maksimal.
Di awal-awal Syawal, kita melakukan recovery terhadap hati kita yang telah sangat suka dengan ibadah. Hasil yang kita harapkan setelah itu, adalah tercapainya kestabilan ruhiyah sebagai bekal kita untuk menghadapi kehidupan pasca Ramadhan. Kegagalan kita dalam mengurus ruhiyah akan berdampak kepada goyahnya ruhiyah pasca Ramadhan.
2. Manajemen Amal
Di bulan Ramadhan, setiap amalan dilipatgandakan oleh Allah. Untuk amalan sunnah akan bernilai wajib di sisi Allah. Dan amalan wajib akan Allah lipat gandakan menjadi 70 kali ganda. Bahkan amalan yang mubah seperti tidur , jika niatnya benar, pun bernilai ibadah di sisi-Nya.
Di bulan ini kita berbisnis dengan Allah. Makin besar amalan yang kita lakukan, akan makin besar nilainya di sisi Allah. Selain itu juga karena waktu yang hanya terbatas 30 hari; dengan waktu yang sangat singkat ini, kita diharapkan mencapai derajat taqwa. Maka kita harus pandai-pandai menentukan prioritas dalam beramal. Amalan wajib kita dahulukan dari yang sunnah; amalan sunnah kita dahulukan dari yang mubah. Nilai ibadah sunnah yang tertinggi sangat kita utamakan dibanding dengan amalan sunnah yang lain, dan seterusnya.
3. Manajemen Doa
Rasulullah bersabda bahwa waktu yang paling berbahagia bagi orang yang berpuasa adalah ketika berbuka dan ketika bertemu dengan Rabb-nya. Ketika Allah membuka tabirNya dan kita melihat wajah Allah dalam syurga, maka itu adalah waktu bertemunya seorang hamba dengan Allah di akhirat. Dan waktu bertemunya seorang hamba dengan Allah di dunia adalah saat berbuka puasa. Karena saat itulah Allah memberikan hak orang yang berpuasa setelah melaksanakan kewajibannya menahan nafsu di siang hari. Karena do’a yang dilantunkan saat itu adalah do’a yang mustajabah.
Ketika kita berpuasa seharian penuh dan kita tidak berbuka karena Allah; maka saat berbuka tentunya kita ingin membuktikan kebenaran puasa kita padaNya, dan saat itulah Allah ingin memberikan hadiahNya kepada hamba-hamba yang benar-benar dalam puasanya.
TAPI? berapa banyak dari kita yang tidak menyadari hal ini? Berapa banyak dari kita yang melalaikan waktu yang sangat utama ini? Berapa banyak orang yang menyempatkan berdo’a (selain do’a berbuka) ketika berbuka? Berapa banyak orang yang menangis ketika berbuka? Tanpa menyedari bahwa kita telah melepaskan kesempatan berharga memohon kepada Allah terhadap keinginan kita, yang sangat mustajabah itu?
Berapa banyak yang bertafakkur saat berbuka? Dengan tegukan pertama, ia ingat seluruh dosa-dosanya yang telah lalu, dan mengingat seharian penuh dia berpuasa, menahan seluruh nafsunya hanya untuk Allah? dan ketika berbuka, ia meminta haknya, memohon sesuatu pada Allah, dengan do’a yang mustajabah tadi, seraya menangis untuk do’a dan dosanya?
Hari pertama do’anya dikhususkan untuk orangtuanya agar terhindar dari api neraka. Hari kedua, do’anya dikhususkan untuk pengampunan seluruh dosanya yang telah lalu. Hari ketiga do’anya dikhususkan bagi saudara-saudaranya yang sedang berjuang dan syahid di medan laga melawan kaum kuffar durjana, ?? Sehingga setelah keluar dari bulan Ramadhan, seluruh permintaannya telah terpenuhi, kewajibannya dilaksanakan dengan berpuasa, dan haknya dipenuhi Allah dengan makbulnya seluruh do’anya.
Merugilah orang yang tidak menyadari hal ini. Karenanya tentu kita harus melist permohonan kita selama 30 kali kesempatan. Apa keinginan kita di bulan sebelum Ramadhan, maka saat berbukalah keinginan itu kita utarakan. Itulah manajemen do’a.
4. Manajemen Infaq
Jika kita memiliki dana sekian ratus ribu atau sekian juta rupiah misalnya, apa amalan utama yang dapat melipatgandakan dana kita di akhirat dan menjadi berharga di yaumil akhir? Jawabnya adalah memberi makan orang berbuka.Memberi makan orang yang berbuka, dapat melumerkan hati dan memperat tali silaturahmi. Mereka yang kita berikan makanan berbuka akan sangat berterima kasih, dan lunturlah semua kekasatan hati yang pernah ada. Maka perlu manajemen infaq (baca: traktir), terutama bagi kaum fukoro dan masakin.
5. Manajemen Waktu
Tidak lewat setiap detik –dalam bulan Ramadhan, kecuali di dalamnya bernilai ibadah. Namun ada waktu-waktu utama yang dianjurkan untuk melebihkan prioritasnya dibandingkan waktu-waktu yang lain.
Oleh Rasulullah saw., bulan Ramadhan dibahagi tiga bahagian. Awalnya adalah rahmat; pertengahannya adalah maghfiroh; dan bagian akhirnya adalah perlindungan dari api neraka. Waktu-waktu di bagian awal (sepuluh hari pertama), urusan duniawi masih memiliki porsi yang besar. Di bagian kedua, untuk urusan duniawi menurun. Dan di bahagian ke tiga, kita memfokuskan diri meninggalkan kehidupan dunia untuk sibuk dengan urusan akhirat. Mereka yang bersungguh-sungguh dalam hal ini, pasti telah mempersiapkannya jauh-jauh hari.
Bagi mereka yang memiliki pekerjaan tetap, mungkin melokasikan waktu cutinya pada saat terakhir bulan Ramadhan. Mereka yang berdagang, meninggalkan dagangannya untuk sejenak beristirahat dari segala keseronokan dunia. Mereka yang memiliki aktivitas lain, atau kesulitan lain, telah disiapkan sebelum datangnya waktu i’tikaf (misal: banyak tugas; persiapan kuis; laporan yang harus diselesaikan). Sehingga saat beri’tikaf (sepuluh hari terakhir Ramadhan), seluruh permasalahan duniawi tak dapat mengganggu kesempatan ibadah kita ini.
Dalam sehari semalam, Allah membagi waktu siang untuk bekerja, dan waktu malam untuk beribadah, karena beribadah di waktu malam jauh lebih utama (QS. Al-Muzammil). Oleh karenanya, pengaturan waktu harian dibagi berdasarkan panduan ini. (Yang belum, atau tidak pernah buat?rencana harian khusus untuk bulan Ramadhan, dibuat yaa? Sisakan sedikit space buat jaga-jaga kalau ada kegiatan yang tidak terencana, such as: kuliah tambahan tiba-tiba; persidangan atau mesyuarat mengejut, sesak di jalan, dan lain-lain yang unpredictable (yang sulit diramal). Kalau ternyata tidak ada, acara tiba-tiba, space yang kosong itu bisa digunakan untuk, kau tahu yang kau mau. Love Allah, know Islam.
6. Manajemen Hawa Nafsu
Bulan Ramadhan sebagai bulan latihan, menuntut kita untuk bersungguh-sungguh dalam mencapai tujuan/target. Target yang paling rendah adalah diampuninya seluruh dosa. Dan target tertingginya adalah mendapatkan taqwa. Latihan mengendalikan hawa nafsu dari dosa dan kemaksiatan sangatlah penting artinya.
Di bulan ini kita membuat list dosa yang mungkin kita perbuat (misal: tidak bersabar atas kelakuan teman/tetangga, tidak sabar atas keadaan yang terjadi, kesel sama guru yang memberi tugas banyak padahal masih bulan Ramadhan? sabar aja, ya… Yang terasa; maaf yaa?).
Setiap berbuat dosa, beri nilai atau check point pada lembar muhasabah itu. Dan insya Allah kita akan takjub (asal jangan jadi ujub) dengan diri kita sendiri, manakala ini dilakukan dengan benar. Karena di hari-hari awal Ramadhan, ketika mengisi lembar ini, kita sibuk mengucapkan istighfar (dengan lisan dan qalbu) lalu mengevaluasinya. Di akhir Ramadhan, kita periksa ulang. Sehingga paling tidak, jumlahnya sudah banyak berkurang.
7. Manajemen Amal
Di lembar berikutnya, kita buat form amal yang mungkin kita lakukan. Sebenarnya ada banyak, sih. Hanya kadang kita sendiri yang kurang mengeksplore hal ini; atau kurang sering melakukan muhasabah (renungan).Keberhasilan Ramadhan ditunjukkan dengan menaiknya grafik amal dan menurunnya dosa den kemaksiatan. Dan kestabilan ruhiyah yang tercapai sebagai bekal kita untuk menghadapi kehidupan pasca Ramadhan.Marhaban ya, Ramadhan…