Selasa, 20 November 2012

KISAH SAHABAT NABI (UMAR BIN KHATTAB)

UMAR BIN KHATTAB


"Ya Allah...buatlah Islam ini kuat dengan masuknya salah satu dari kedua orang ini. Amr bin Hisham atau Umar bin Khattab." Salah satu dari doa Rasulullah pada saat Islam masih dalam tahap awal penyebaran dan masih lemah. Doa itu segera dikabulkan oleh Allah. Allah memilih Umar bin Khattab sebagai salah satu pilar kekuatan islam, sedangkan Amr bin Hisham meninggal sebagai Abu Jahal.
Umar bin Khattab dilahirkan 12 tahun setelah kelahiran Rasulullah saw. Ayahnya bernama Khattab dan ibunya bernama Khatmah. Perawakannya tinggi besar dan tegap dengan otot-otot yang menonjol dari kaki dan tangannya, jenggot yang lebat dan berwajah tampan, serta warna kulitnya coklat kemerah-merahan.
Beliau dibesarkan di dalam lingkungan Bani Adi, salah satu kaum dari suku Quraisy. Beliau merupakan  khalifah kedua didalam islam setelah Abu Bakar As Siddiq.
Nasabnya adalah Umar bin Khattab bin Nufail bin Abdul Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qarth bin Razah bin 'Adiy bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib. Nasab beliau bertemu dengan nasab Nabi pada kakeknya Ka'ab. Antara beliau dengan Nabi selisih 8 kakek. lbu beliau bernama Hantamah binti Hasyim bin al-Mughirah al-Makhzumiyah. Rasulullah memberi beliau "kun-yah" Abu Hafsh (bapak Hafsh) karena Hafshah adalah anaknya yang paling tua; dan memberi "laqab" (julukan) al Faruq.

Umar bin Khattab masuk Islam
Sebelum masuk Islam, Umar bin Khattab dikenal sebagai seorang yang keras permusuhannya dengan kaum Muslimin, bertaklid kepada ajaran nenek moyangnya, dan melakukan perbuatan-perbuatan jelek yang umumnya dilakukan kaum jahiliyah, namun tetap bisa menjaga harga diri. Beliau masuk Islam pada bulan Dzulhijah tahun ke-6 kenabian, tiga hari setelah Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam.
Ringkas cerita, pada suatu malam beliau datang ke Masjidil Haram secara sembunyi-sembunyi untuk mendengarkan bacaan shalat Nabi. Waktu itu Nabi membaca surat al-Haqqah. Umar bin Khattab kagum dengan susunan kalimatnya lantas berkata pada dirinya sendiri- "Demi Allah, ini adalah syair sebagaimana yang dikatakan kaum Quraisy." Kemudian beliau mendengar Rasulullah membaca ayat 40-41 (yang menyatakan bahwa Al Qur'an bukan syair), lantas beliau berkata, "Kalau begitu berarti dia itu dukun." Kemudian beliau mendengar bacaan Nabi ayat 42, (Yang menyatakan bahwa Al-Qur'an bukan perkataan dukun.) akhirnya beliau berkata, "Telah terbetik lslam di dalam hatiku." Akan tetapi karena kuatnya adat jahiliyah, fanatik buta, pengagungan terhadap agama nenek moyang, maka beliau tetap memusuhi Islam.
Kemudian pada suatu hari, beliau keluar dengan menghunus pedangnya bermaksud membunuh Nabi. Dalam perjalanan, beliau bertemu dengan Nu`aim bin Abdullah al 'Adawi, seorang laki-laki dari Bani Zuhrah. Lekaki itu berkata kepada Umar bin Khattab, "Mau kemana wahai Umar?" Umar bin Khattab menjawab, "Aku ingin membunuh Muhammad." Lelaki tadi berkata, "Bagaimana kamu akan aman dari Bani Hasyim dan Bani Zuhrah, kalau kamu membunuh Muhammad?" Maka Umar menjawab, "Tidaklah aku melihatmu melainkan kamu telah meninggalkan agama nenek moyangmu." Tetapi lelaki tadi menimpali, "Maukah aku tunjukkan yang lebih mencengangkanmu, hai Umar? Sesuugguhnya adik perampuanmu dan iparmu telah meninggalkan agama yang kamu yakini."
Kemudian dia bergegas mendatangi adiknya yang sedang belajar Al Qur'an, surat Thaha kepada Khabab bin al Arat. Tatkala mendengar Umar bin Khattab datang, maka Khabab bersembunyi. Umar bin Khattab masuk rumahnya dan menanyakan suara yang didengarnya. Kemudian adik perempuan Umar bin Khattab dan suaminya berkata, "Kami tidak sedang membicarakan apa-apa." Umar bin Khattab menimpali, "Sepertinya kalian telah keluar dari agama nenek moyang kalian." Iparnya menjawab, "wahai Umar, apa pendapatmu jika kebenaran itu bukan berada pada agamamu?"  Mendengar ungkapan tersebut Umar bin Khattab memukulnya hingga terluka dan berdarah, karena tetap saja saudaranya itu mempertahankan agama Islam yang dianutnya, Umar bin Khattab berputus asa dan menyesal melihat darah mengalir pada iparnya.
Umar bin Khattab berkata, 'Berikan kitab yang ada pada kalian kepadaku, aku ingin membacanya.' Maka adik perempuannya berkata," Kamu itu kotor. Tidak boleh menyentuh kitab itu kecuali orang yang bersuci. Mandilah terlebih dahulu!" lantas Umar bin Khattab mandi dan mengambil kitab yang ada pada adik perempuannya. Ketika dia membaca surat Thaha, dia memuji dan muliakan isinya, kemudian minta ditunjukkan keberadaan Rasulullah.
Tatkala Khabab mendengar perkataan Umar bin Khattab, dia muncul dari persembunyiannya dan berkata, "Aku akan beri kabar gembira kepadamu, wahai Umar! Aku berharap engkau adalah orang yang didoakan Rasulullah pada malam Kamis, 'Ya Allah, muliakan Islam.dengan Umar bin Khatthab atau Abu Jahl (Amru) bin Hisyam.' Waktu itu, Rasulullah berada di sebuah rumah di daerah Shafa." Umar bin Khattab mengambil pedangnya dan menuju rumah tersebut, kemudian mengetuk pintunya. Ketika ada salah seorang melihat Umar bin Khattab datang dengan pedang terhunus dari celah pintu rumahnya, dikabarkannya kepada Rasulullah. Lantas mereka berkumpul. Hamzah bin Abdul Muthalib bertanya, "Ada apa kalian?" Mereka menjawab, 'Umar (datang)!" Hamzah bin Abdul Muthalib berkata, "Bukalah pintunya. Kalau dia menginginkan kebaikan, maka kita akan menerimanya, tetapi kalau menginginkan kejelekan, maka kita akan membunuhnya dengan pedangnya." Kemudian Nabi menemui Umar bin Khattab dan berkata kepadanya. "... Ya Allah, ini adalah Umar bin Khattab. Ya Allah, muliakan Islam dengan Umar bin Khattab." Dan dalam riwayat lain: "Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan Umar."
Seketika itu pula Umar bin Khattab bersyahadat, dan orang-orang yang berada di rumah tersebut bertakbir dengan keras. Menurut pengakuannya dia adalah orang yang ke-40 masuk Islam. Abdullah bin Mas'ud berkomentar, "Kami senantiasa berada dalam kejayaan semenjak Umar bin Khattab masuk Islam."

Kepemimpinan Umar bin Khattab
Keislaman beliau telah memberikan andil besar bagi perkembangan dan kejayaan Islam. Beliau adalah pemimpin yang adil, bijaksana, tegas, disegani, dan selalu memperhatikan urusan kaum muslimin. Pemimpin yang menegakkan ketauhidan dan keimanan, merobohkan kesyirikan dan kekufuran, menghidupkan sunnah dan mematikan bid'ah. Beliau adalah orang yang paling baik dan paling berilmu tentang al-Kitab dan as-Sunnah setelah Abu Bakar As Siddiq.
Kepemimpinan Umar bin Khattab tak seorangpun yang dapat meragukannya. Seorang tokoh besar setelah Rasulullah SAW dan Abu Bakar As Siddiq. Pada masa kepemimpinannya kekuasaan islam bertambah luas. Beliau berhasil menaklukkan Persia, Mesir, Syam, Irak, Burqah, Tripoli bagian barat, Azerbaijan, Jurjan, Basrah, Kufah dan Kairo.
Dalam masa kepemimpinan sepuluh tahun Umar bin Khattab itulah, penaklukan-penaklukan penting dilakukan Islam. Tak lama sesudah Umar bin Khattab memegang tampuk kekuasaan sebagai khalifah, pasukan Islam menduduki Suriah dan Palestina, yang kala itu menjadi bagian Kekaisaran Byzantium. Dalam pertempuran Yarmuk (636), pasukan Islam berhasil memukul habis kekuatan Byzantium. Damaskus jatuh pada tahun itu juga, dan Darussalam menyerah dua tahun kemudian. Menjelang tahun 641, pasukan Islam telah menguasai seluruh Palestina dan Suriah, dan terus menerjang maju ke daerah yang kini bernama Turki. Tahun 639, pasukan Islam menyerbu Mesir yang juga saat itu di bawah kekuasaan Byzantium. Dalam tempo tiga tahun, penaklukan Mesir diselesaikan dengan sempurna.
Penyerangan Islam terhadap Irak yang saat itu berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Persia telah mulai bahkan sebelum Umar bin Khattab naik jadi khalifah. Kunci kemenangan Islam terletak pada pertempuran Qadisiya tahun 637, terjadi di masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Menjelang tahun 641, seseluruh Irak sudah berada di bawah pengawasan Islam. Dan bukan hanya itu, pasukan Islam bahkan menyerbu langsung Persia dan dalam pertempuran Nehavend (642), mereka secara menentukan mengalahkan sisa terakhir kekuatan Persia. Menjelang wafatnya Umar bin Khattab di tahun 644, sebagian besar daerah barat Iran sudah terkuasai sepenuhnya. Gerakan ini tidak berhenti tatkala Umar bin Khattab wafat. Di bagian timur mereka dengan cepat menaklukkan Persia dan bagian barat mereka mendesak terus dengan pasukan menyeberang Afrika Utara.
Selain pemberani, Umar bin Khattab juga seorang yang cerdas. Dalam masalah ilmu diriwayatkan oleh Al Hakim dan Thabrani dari Ibnu Mas’ud berkata, ”Seandainya ilmu Umar bin Khattab diletakkan pada tepi timbangan yang satu dan ilmu seluruh penghuni bumi diletakkan pada tepi timbangan yang lain, niscaya ilmu Umar bin Khattab lebih berat dibandingkan ilmu mereka. Mayoritas sahabatpun berpendapat bahwa Umar bin Khattab menguasai 9 dari 10 ilmu. Dengan kecerdasannya beliau menelurkan konsep-konsep baru, seperti menghimpun Al Qur’an dalam bentuk mushaf, menetapkan tahun hijriyah sebagai kalender umat Islam, membentuk kas negara (Baitul Maal), menyatukan orang-orang yang melakukan sholat sunah tarawih dengan satu imam, menciptakan lembaga peradilan, membentuk lembaga perkantoran, membangun balai pengobatan, membangun tempat penginapan, memanfaatkan kapal laut untuk perdagangan, menetapkan hukuman cambuk bagi peminum "khamr" (minuman keras) sebanyak 80 kali cambuk, mencetak mata uang dirham, audit bagi para pejabat serta pegawai dan juga konsep yang lainnya.
Namun dengan begitu beliau tidaklah menjadi congkak dan tinggi hati. Justru beliau seorang pemimpin yang zuhud lagi wara’. Beliau berusaha untuk mengetahui dan memenuhi kebutuhan rakyatnya. Dalam satu riwayat Qatadah berkata, ”Pada suatu hari Umar bin Khattab memakai jubah yang terbuat dari bulu domba yang sebagiannnya dipenuhi dengan tambalan dari kulit, padahal waktu itu beliau adalah seorang khalifah, sambil memikul jagung ia lantas berjalan mendatangi pasar untuk menjamu orang-orang.” Abdullah, puteranya berkata, ”Umar bin Khattab berkata, ”Seandainya ada anak kambing yang mati di tepian sungai Eufrat, maka umar merasa takut diminta pertanggung jawaban oleh Allah SWT.”
Beliaulah yang lebih dahulu lapar dan yang paling terakhir kenyang, Beliau berjanji tidak akan makan minyak samin dan daging hingga seluruh kaum muslimin kenyang memakannya…
Tidak diragukan lagi, khalifah Umar bin Khattab adalah seorang pemimpin yang arif, bijaksana dan adil dalam mengendalikan roda pemerintahan. Bahkan ia rela keluarganya hidup dalam serba kekurangan demi menjaga kepercayaan masyarakat kepadanya tentang pengelolaan kekayaan negara. Bahkan Umar bin Khattab sering terlambat salat Jum'at hanya menunggu bajunya kering, karena dia hanya mempunyai dua baju.
Kebijaksanaan dan keadilan Umar bin Khattab ini dilandasi oleh kekuatirannya terhadap rasa tanggung jawabnya kepada Allah SWT. Sehingga jauh-jauh hari Umar bin Khattab sudah mempersiapkan penggantinya jika kelak dia wafat. Sebelum wafat, Umar berwasiat agar urusan khilafah dan pimpinan pemerintahan, dimusyawarahkan oleh enam orang yang telah mendapat ridha Nabi SAW. Mereka adalah Utsman bin AffanAli bin Abu ThalibThalhah bin UbaidilahZubair binl AwwamSa'ad bin Abi Waqqash, dan Abdurrahman bin Auf. Umar menolak menetapkan salah seorang dari mereka, dengan berkata, aku tidak mau bertanggung jawab selagi hidup sesudah mati. Kalau AIlah menghendaki kebaikan bagi kalian, maka Allah akan melahirkannya atas kebaikan mereka (keenam orang itu) sebagaimana telah ditimbulkan kebaikan bagi kamu oleh Nabimu.

Wafatnya Umar bin Khattab
Pada hari Rabu bulan Dzulhijah tahun 23 H Umar Bin Kattab wafat, Beliau ditikam ketika sedang melakukan Shalat Subuh oleh seorang Majusi yang bernama Abu Lu’luah, budak milik al-Mughirah bin Syu’bah diduga ia mendapat perintah dari kalangan Majusi. Umar bin Khattab dimakamkan di samping Nabi saw dan Abu Bakar as Siddiq, beliau wafat dalam usia 63 tahun.

KISAH SAHABAT NABI (ALI BIN ABI THALIB)

Ali bin Abi Thalib, Teladan Orang Berilmu

Sebagai manusia, pastinya kita butuh seorang figur yang bisa jadi panutan kita dalam hal ilmu. Setidaknya bisa kita contoh pada sisi-sisi tertentu dari kehidupannya.
Dan sebagai seorang yang beriman tentu kita musti mencontoh Rasulullah saw atau paling tidak orang-orang shalih di sekitar Rasulullah saw yang selalu berusaha meneladani suri teladan dari Rasulullah saw. Orang-orang yang kini dikenal sebagai shahabat nabi.
Para sahabat nabi semuanya adalah orang yang shalih dan adil. Islami cara berfikir dan tingkah lakunya.  Kepribadian mereka ini tidak hanya dipuji oleh manusia, tetapi juga oleh Sang Pencipta mereka.
Di antara sahabat Rasulullah yang  menonjol keilmuannya adalah Ali bin Abi Thalib (karramallaahu wajhahu– semoga Allah memuliakan wajahnya). Keunggulannya ini semakin menyempunakan kepribadiannya, menyempurnakan cara berpikirnya dan tingkah lakunya.  Ketinggian ilmunya ini membuat Ali bin Abi Thalib menjadi seorang muslim yang mulia.
Bagaimana kemuliaan kepribadian Ali bin Abi Thalib ini?  Beginilah kisahnya…
* * *
Di hadapan masyarakat umum, Rasulullah saw pernah bersabda, “Anaa madiinatul ‘ilm wa ‘aliyu baabuha”
(Saya adalah kotanya ilmu dan Ali adalah pintu gerbangnya).
Keunggulan Ali bin Abi Thalib ini  bisa kita lihat pada dialog yang pernah terjadi antara beliau dengan 10 orang penanya dari kalangan Khawarij tentang lebih utama mana, ilmu atau harta.
Ketinggian ilmu Ali bi Abi Thalib ini sungguh luar biasa. Salah satu keunggulan Ali bin Abi Thalib adalah luasnya pengetahuannya terhadap ayat-ayat Allah. Wajar saja, karena sejak usia 10 tahun, hatinya telah dipenuhi oleh keindahan Al Qur`an, keagungan dan rahasia-rahasianya.  Disamping itu Ali menyaksikan turunnya ayat demi ayat secara langsung. Maka pantaslah jika dia berkata:
“Tanyailah aku, tanyailah aku, tanyailah aku tentang Kitab Allah sekehendak hatimu. Demi Allah, aku lebih tahu tentang ayat-ayat-Nya, baik yang diturunkan di waktu malam maupun di waktu siang.”
Hasan al Basri pernah berkomentar tentang pengetahuan Ali bin Abi Thalib soal ayat-ayat al-Qur`an: “Dia (Ali bin Abi Thalib) telah mencurahkan tekad dan ilmu serta amalnya kepada al-Qur`an. Baginya al-Qur`an ibarat kebun-kebun yang indah dan tanda-tanda yang jelas.”
DIDIKAN PEMIKIRAN ISLAM
Hasil pendidikan Rasulullah saw ini memang luar biasa.  Sejak awal Ali bin Abi Thalib dididik oleh Rasulullah dengan pemikiran-pemikiran Islam.
Dialah laki-laki pertama dari kalangan anak-anak yang menerima ajakan Rasulullah saw untuk masuk Islam. Lihatlah bagaimana Rasulullah saw mendidik Ali dengan pemikiran Islam yang menyebabkan Ali mengambil Islam sebagai jalan hidupnya.
Saat itu, Ali kecil yang berumur sekitar 8 tahun tinggal bersama Rasulullah saw sebagai sepupu sekaligus pengayomnya.  Saat itu Ali belum masuk Islam.  Suatu saat Ali melihat Rasulullah saw dan Khadijah, istri Rasulullah, shalat.
Ali bertanya kepada Rasulullah saw usai beliau mengerjakan shalat, “Wahai sepupuku, perbuatan apa yang kulihat engkau mengerjakannya?”
Rasul saw. menjawab, “Aku shalat kepada Allah, Tuhan yang memiliki seluruh alam.”
Ali bertanya lagi, “Siapakah yang memiliki sekalian alam?”
Rasulullah saw. menjelaskan, “Wahai Ali, sesungguhnya Dia adalah Tuhan yang satu, tiada sekutu bagi-Nya. Dia memiliki segala makhluk dan di tangan-Nya terdapat segala urusan. Dia menghidupkan dan mematikan dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Apa yang terjadi setelah Rasulullah mengucapkan kalimat-kalimat tadi? Tak berapa lama setelah itu tanpa ragu-ragu lagi, Ali bin Abi Thalib remaja belia yang penuh berkah itu pun mengambil Islam sebagai jalan hidupnya, dia pun masuk Islam….
DIDIKAN NAFSIYAH ISLAMIYAH
Selain mendidik masyarakat Islam dengan pemikiran yang islami, Rasulullah saw juga mendidik nafsiyah atau pola kejiwaan masyarakatnya, termasuk di dalamnya Sahabat Nabi yang bernama Ali bin Abi Thalib.  Didikan Nafsiyah Islamiyah ini menjadikan masyarakat Islam menjadi masyarakat yang enerjik, penuh vitalitas melaksanakan aturan-aturan Allah, namun tetap rendah hati dan santun terhadap orang-orang yang beriman.
MEMBANGUN PERADABAN
Ketika Rasulullah saw dan para sahabat ra berhijrah ke Madinah untuk membangun peradaban Islam dalam bentuk Negara Islam, Ali turut serta berhijrah dan membangun peradaban dunia yang baru itu. Dalam struktur pemerintahan Islam , Ali bin Abi Thalib sempat ditugaskan oleh Rasulullah saw  menjadi seorang wali (gubernur) di wilayah Yaman selama beberapa tahun. Beliau juga pernah jadi Qadhi/ hakim.
Di masa pemerintahan Amirul Mu’minin Utsman bin Affan ra. Beliau diminta menjadi Muawin Tafwidh atau wakil khalifah, suatu kedudukan dan tanggung jawab satu tingkat di bawah khalifah sang kepala negara Islam.
Dan menjelang akhir hidupnya beliau dibaiat oleh kaum muslimin untuk menjadi Kepala Negara Islam, dengan sebutan Imam Ali.
MEMENTINGKAN PERSATUAN
Pemuda hasil didikan Islam ini memiliki jiwa yang besar yang selalu mengutamakan persatuan umat Islam di atas kepentingan kelompok. Ketika ia mengetahui ada dua orang pendukungnya yang memaki dan mengutuk Muawiyah yang saat itu memberontak kepada negara Khilafah Islam, maka disuruhlah dua orang pendukungnya itu untuk menghentikan makian dan kutukan itu.
Kedua orang itu datang kepada Ali dan bertanya, “Ya Amirul Mukminin, bukankah kita di atas kebenaran dan mereka di atas kebatilan?“
Imam Ali menjawab, “Benar, demi Tuhan yang memiliki Ka’bah.” Mereka bertanya lagi, “Kalau begitu, mengapa engkau mencegah kami memaki dan mengutuk mereka?”
Imam Ali menjawab, “Aku tidak suka kalian menjadi orang-orang yang suka memaki dan mengutuk. Akan tetapi katakanlah: ‘Ya Allah, jangan tumpahkan darah kami dan darah mereka. Perbaikilah hubungan antara kami dengan mereka, dan sadarkanlah mereka dari kesesatan hingga siapa yang tidak tahu bisa mengetahui kebenaran, dan yang membangkang bisa sadar dari kesesatannya.’”
PENDEKAR JIHAD
Sesuatu yang menonjol dari sosok Ali bin Abi Thalib ini adalah bahwa dia seorang pendekar sejati. Kejantanan seorang laki-laki dan kesucian hati seorang muslim telah membentuk cara bertarung dan akhlaqnya dalam pertempuran. Kita bisa lihat hal itu saat Perang Khaibar….
Saat itu Benteng Khaibar, benteng Yahudi Khaibar, sulit ditembus, bahkan oleh pasukan yang dipimpin oleh Abu Bakar dan Umar bin Khaththab. Saat itulah dibutuhkan seorang yang Rasulullah dengan penuh optimis berkata tentangnya: “Besok, akan kuberikan bendera ini kepada seorang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya dan dicintai Allah dan Rasul-Nya serta melalui kedua tangannya Allah memberikan kemenangan.”
Pagi harinya, setelah semua pasukan bersiap, Rasulullah dengan lantang berteriak: “Dimana Ali bin Abi Thalib?”
Maka bersegeralah Ali memenuhi seruan Rasul Allah itu, walau matanya sedang sakit, “Inilah aku, ya Rasulullah,” jawab Ali.
Rasulullah saw memberi isyarat dengan tangan kanannya agar Ali tampil ke depan. Maka tampillah pahlawan itu. Melihat kepedihan di mata Ali, Rasulullah saw membasahi jari-jarinya yang bercahaya dengan air ludahnya yang suci dan mengusap mata pahlawan itu. Kemudian Rasul saw menyuruh mengambil bendera. Dipegangnya bendera itu, diangkatnya ke atas serta dikibar-kibarkannya tiga kali. Setelah itu diletakkannya bendera tadi di tangan kanan Ali seraya berkata, “Ambillah bendera ini, lalu pergilah dengannya, sampai Allah memberikan kemenangan padamu.”
Maka, segeralah Ali membawa bendera dan pasukannya maju. Di depan pintu benteng ia berseru, “Aku, Ali bin Abi Thalib.” Sesaat kemudian Ali menerima pukulan kuat yang untungnya tidak mencederainya, namun berhasil melemparkan perisai dari tangannya.
Melihat dirinya harus menghadapi penjaga benteng yang bersenjata, berserulah Ali, “Demi Tuhan yang nyawaku ada di tangan-Nya, biarlah aku mati seperti Hamzah atau Allah memberikan kemenangan kepadaku.”
Mendapati dirinya tanpa perisai, Ali menuju salah satu pintu benteng, menjebol pintu benteng, seraya berteriak: “Allahu Akbar”. Maka, lepaslah pintu benteng itu dan jadilah pintu benteng itu sebagai perisainya. Kemudian pasukan Islam pimpinan Ali menyerbu, dan dalam waktu singkat pasukan Islam menang.
Maka berulang-ulanglah pasukan Islam meneriakkan “Allahu Akbar, robohlah Khaibar 2X.”
MENGHORMATI TEMAN-TEMAN SEPERJUANGANNYA
Ali bin Abi Thalib adalah orang yang sangat mencintai dan menghormati para shahabat Rasulullah ra. Teman-teman seperjuangannya menegakkan syariat Islam dalam bentuk Negara Islam. Penghormatan Ali itu bisa kita lihat saat beliau usai mengimami shalat subuh di kota Kufah sebagai Amirul Mukminin.
Setelah shalat, beliau duduk dengan murung dan sedih. Dia tetap berada di tempatnya sedang orang-orang yang tadi jadi makmumnya mereka ikut tidak bergerak dari tempatnya, karena menghormati sikap diam Ali.  Ketika matahari naik dan sinarnya masuk ke dinding-dinding dalam masjid Imam Ali bangkit dan salat dua rakaat, lalu menggelengkan kepalanya dalam kesedihan seraya berkata: “Demi Allah, telah kulihat sahabat-sahabat Rasulullah saw, dan tidak kulihat sekarang ini orang-orang yang menyerupai mereka. Dulu, bila tiba waktu pagi, di antara kedua mata mereka terdapat bekas sujud kepada Allah di waktu malam sambil membaca Kitab-Nya dan bergerak melakukannya antara bersujud dan berdiri (dalam shalat). Apabila mereka menyebut Allah, tubuh mereka bergetar seperti pohon yang digoyang angin dan mata mereka berlinang air mata hingga baju mereka basah.”
MENJADI TELADAN KESEDERHANAAN SEBAGAI PEJABAT
Ali bin Abi Thalib.  Sosok hasil didikan Islam ini menjadi teladan kesederhanaan bagi para pejabat. Saat beliau menjadi kepala negara, kerap kali dia memakai baju yang sangat bersahaja. Para sahabatnya menawarkan untuk memberinya hak yang pantas bagi diri dan jabatannya, namun dia justru berkata: “Baju ini menjauhkan kesombongan dariku dan membantuku untuk bersikap khusyu` dalam shalatku, dan ini adalah contoh yang baik bagi orang-orang, supaya mereka tidak boros dan bermewah-mewah.”
* * *
Demikian tadi sekelumit kisah tentang Ali bin Abi Thalib.  Sosok hasil didikan Rasulullah saw. Didikan yang mencetak seorang manusia memiliki kepribadian yang Islami, yang cemerlang cara berpikirnya dan lurus pula tingkah lakunya.
Bisa kita bandingkan dengan para pemuda hasil sistem pendidikan  sekuler yang ada di sekitar kita. Pendidikan yang hanya menambah barisan pemuda yang lemah cara berpikirnya, dangkal pengetahuannya, salah orientasi hidupnya, dan rusak tingkah lakunya.
Insya Allah, jika kita mulai mengkaji hukum Islam tentang Sistem Pendidikan Islam dan menerapkannya dalam sistem yang Islami yaitu Khilafah Islam, maka insya Allah Ali Ali baru akan segera muncul seperti Ali bin Abi Thalib kw.  Amin allahumma amin.
(Doa)

Ya Allah, ya Alim ya Fattah ya Arhamar raahimin,  jadikanlah kami para pemuda seperti Ali bin Abi Thalib.
Ya Allah jadikanlah kami para pemuda yang kaya dengan ilmu, yang berjiwa besar, yang selalu berpikir ke arah perbaikan.
Ya Allah jadikanlah kami para pendekar yang sejati, yang keras terhadap musuh-musuh agama-Mu dan kasih sayang terhadap pejuang-pejuang agama-Mu sebagaimana Ali bin Abi Thalib.
Ya Allah jadikanlah kami para pemuda yang mencintai, menghormati dan meneladani para shahabat Rasulullah yang telah berjuang di jalan-Mu dengan ikhlas sesuai syari’ah-Mu ya Allah.  Allahumma shalli ‘alaa sayyidinaa Muhammad wa ‘alaa aalihi wa ash-haabihi wat taabi`in wat taabi`it taabi`iin wa man tabi’ahu ilaa yaumil qiyamah.
Walhamdu lillaahi rabbil ‘aalamin. Amin ya Allah, ya mujiibas saa`iliin…