Imam Al Barbahari (wafat 329 H)
Nama, Kunyah, dan Nasab
Beliau
adalah Al-Imam Al-Hafidz Al-Mutqin Ats-Tsiqah Al-Faqih Al-Mujahid
Syaikh Hanabilah sekaligus pemuka mereke pada masanya Abu Muhammad
Al-Hasan bin ‘Ali bin Khalaf Al-Barbahari, sebuah nama yang dinisbahkan
kepada Barbahar yaitu obat-obatan yang didatangkan dari India (1)
Tempat Kelahiran dan Tanah Air
Berkata
Syaikh ArRadadi: “Tidak ada satu pun sumber (rujukan) yang berada di
tangan kami yang menyebutkan tentang kelahiran dan pertumbuhan beliau.
Hanya saja yang nampak bagi saya bahwa beliau dilahirkan dan tumbuh di
Baghdad. Yang demikian itu dikarenakan di tempat itulah tersiar reputasi
dan kemasyhuran beliau di kalangan masyarakat umum, terlebih lagi
orang-orang khusus diantara mereka. Selain itu Al-Imam Al-Barbahari juga
bersahabat erat dengan beberapa sahabat Imam AhlusSunnah wal Jama’ah
yakni Ahmad bin Hanbal rahimahullah serta menimba ilmu dari mereka,
sedangkan mayoritas mereka berasal dari Baghdad -sebagaimana yang akan
datang penjelasannya-. Inilah diantara hal-hal yang menunjukkan bahwa
beliau tumbuh di tengah-tengah alam yang penuh ilmu Sunnah yang sangat
berpengaruh terhadap karakteristik kepribadiannya.” [Lihat kitab
Thabaqat Al-Hanabilah (2/64)].
Berkata
syaikh Al-Qahthani: “Imam Al-Barbahari bersahabat erat dengan beberapa
sahabat Imam Ahmad rahimahullah diantaranya Imam Ahmad bin Muhammad Abu
Bakar Al-Mawarzi salah seorang murid utama Imam Ahmad. Selain itu beliau
juga bersahabat dengan Sahl bin ‘Abdillah At-Tustari, yang mana beliau
meriwayatkan perkataan darinya: “Sesungguhnya Allah ‘aza wa jalla telah
menciptakan dunia dan menjadikannya di dalamnya orang-orang bodoh dan
para ulama, seutama-utama ilmu adalah yang diamalkan, semua ilmu akan
menjadi hujjah kecuali yang diamalkan dan beramal dengannya adalah
keindahan semata kecuali yang benar, dan amalan yang benar aku tidak
memastikannya kecuali dengan istisna’ (pengecualian) masya Allah.”
[Thabaqat Hanabilah (2/43)].
Kemuliaan, Keilmuan, dan Pujian Ulama terhadap Beliau
Berkata
syaikh ArRadadi: “Imam Al-Barbahari adalah seorang Imam yang disegani,
senantiasa berbicara dan mengajak kepada kebenaran serta seorang da’i
yang senantiasa menyeru kepada Sunnah dan mengikuti atsar. Beliau
memiliki kewibawaan dan kemuliaan disisi para penguasa. Majelis beliau
makmur dengan halaqah hadits, atsar, dan fiqih serta dihadiri sebagian
besar para Imam AhlulHadits dan Fiqih.”
Berkata
Abu ‘Abdillah Al-Faqih: “Apabila kamu melihat seorang penduduk Baghdad
mencintai Abul Hasan bin Basyar dan Abu Muhammad Al-Barbahari maka
ketahuilah bahwa ia Shahibu Sunnah (orang yang mengikuti Sunnah)!”
[Thabaqat Al-Hanabilah 2/58].
Berkata
syaikh Al-Qahthani: “Para ulama ahli sejarah menyebutkan sebuah kisah
yang menerangkan akan agungnya kemuliaan Imam Al-Barbahari. Pada suatu
hari Qaramithah (salah satu sekte Syi’ah) merampok jamaah haji, maka
bangkitlah Imam Al-Barbahari seraya mengatakan: “Wahai saudara sekalian!
Bagi siapa saja yang membutuhkan bantuan sebesar seratus ribu
dinar…(beliau ulangi 5 kali) datanglah kepadaku niscaya aku akan
membantunya!
Berkata Ibnu Baththah: “Andaikata ada yang membutuhkan bantuan tersebut niscya akan beliau bantu.”
Berkata
syaikh Ar-Radadi: “Adapun pujian ulama terhadap beliau banyak sekali,
berkata Ibnu Abi Ya’la: “…Seorang syaikh, pemuka kaum pada masanya dan
orang yang paling depan dalam mengingkari Ahlul Bid’ah serta menghadapi
mereka dengan tangan dan lisan. Beliau terdepan di kalangan
sahabat-sahabatnya, salah satu imam yang bijaksana dan penuh dengan
hikmah, salah satu hufadz ilmu ushul yang mutqin serta salah satu orang
yang tsiqah di kalangan mukminin.”
Berkata
Imam Adz-Dzahabi dalam “Al-`Ibar”: “….Al-Faqih Al-Qudwah (panutan)
syaikh Hanabilah di Irak baik ucapan, keadaan, maupun hafalan. Beliau
memiliki kedudukan terhormat dan kemuliaan yang sempurna.”
Berkata Ibnul Jauzi: “…pengumpul ilmu, zuhud, dan sangat keras terhadap ahlul bid’ah.”
Berkata
Ibnu Katsir: “Al-’Alim, Az-Zahid, Al-Faqih, Al-Hanbali, Al-Wa’idh
(pemberi nasehat)…, sangat keras terhadap ahlul bid’ah dan maksiat.
Beliau memiliki kedudukan yang tinggi yang sangat disegani oleh
orang-orang khusus dan masyarakat umum.
Berkata
Syaikh Al-Qahthani: “Diantara hal yang menunjukkan ketinggian kedudukan
beliau adalah tatkala Abu ‘Abdillah bin ‘arafah yang terkenal dengan
sebutan Nawthawaif meninggal pada bulan Shafar 313 H, yang mana
jenazahnya dihadiri oleh segenap anak-anak dunia dan dien, majulah Imam
AlBarbahari mengimani manusia. Pada tahun itulah bertambah harum nama
dan kewibawaan Al-Imam Al-Barbahari, menjadi tinggi kalimatnya dan
mulailah muncul sahabat-sahabat beliau sehingga mereka tersebar merata
dalam mengingkari ahlul bid’ah. Telah sampai berita kepada kami bahwa
Imam Al-Barbahari pernah melewati sisi barat kota, tiba-tiba saja beliau
bersin. Maka dengan serempak para sahabat beliau mengucapkan
“Yarhamukallah…”(semoga Allah merahmatimu) sehingga suara gemuruh mereka
terdengar oleh Khalifah yang pada waktu itu sedang berada didalam
rumah/istana-nya, khalifah pun bertanya tentang apa yang terjadi?
Setelah diberitahukan khalifah memaklumi hal itu.” [Thabaqat Hanabilah
2/44]
Sifat Zuhud dan Wara’
Berkata
syaikh Al-Qahthani: “Imam Al-Barbahari sangat terkenal dengan sifat
zuhudnya terhadap harta benda dan perhiasan dunia, zuhud orang yang
menguasai dunia, akan tetapi dunia tersebut beliau letakkan di telapak
tangan beliau. Adapun kecintaan terhadap Allah ‘aza wa jalla dan
Rasul-Nya sholallohu ‘alaihi wasallam serta meninggikan al-haq berada
didalam lubuk hati hatinya. Oleh karena itu ulama yang menulis biografi
beliau menyebutkan bahwa beliau melepaskan warisan ayahnya sejumlah
70.000 dirham [Thabaqat Hanabilah 2/43]
Murid-Murid Beliau
Berkata
syaikh ArRadadi: “Banyak sekali penuntut ilmu yang menimba ilmu dan
mengambil faedah dari Imam Al-Barbahari. Beliau rahimahullah adalah
seorang panutan baik dalam tingkah laku maupun perkataannya. Diantara
murid-murid beliau adalah:
- Al-Imam Al-Qudwah Al-Faqih Abu ‘Abdillah bin ‘Ubaidillah bin Muhammad Al-‘Ukbari yang terkenal dengan Ibnu Baththah, meninggal pada bulan Muharram 387 H. [Lihat biografinya dalam Al-`Ibar 2/171 dan As-Siyar 16/529]
- Al-Imam Al-Qudwah yang berbicara dengan penuh hikmah Muhammad bin Ahmad bin Isma’il Al-Baghdadi Abul Husam bin Sam’un, pemberi nasihat, pemilik berbagai ahwal dan maqam, meninggal pada pertengahan Dzulqa’dah 387 H. [Lihat biografinya dalam Al-`Ibar 2/172 dan As-Siyar 16/505]
- Ahmad bin Kamil bin Khalaf bin Syajarah Abu Bakar perawi kitab ini dari penulis.
- Muhammad bin Khalaf bin ‘Utsman Abu Bakar, berkata Al-Khatib Al-Baghdadi: “Berita yang sampai kepadaku dia adalah orang yang menampakkan kezuhudan dan kebagusan madzhab, hanya saja dia banyak sekali meriwayatkan hadits-hadits munkar dan batil.” [Lihat biografinya dalam Tarikh Baghdad 3/225 dan Al-Mizan 4/28]
Beberapa Kutipan Ucapan Beliau
Berkata
syaikh Al-Qahthani: Berkata Imam Al-Barbahari: “Permisalan ahlul bid’ah
adalah seperti Kalajengking, mereka sembunyikan kepala dan
tangan-tangan mereka didalam tanah dan mereka keluarkan ekor-ekor
mereka. Apabila mereka sudah merasa kuat, mulailah mereka menyengat.
Demikian juga halnya ahlul bid’ah mereka sembuyikan diri-diri mereka di
tengah-tengah manusia dan apabila mereka sudah kuat mulailah mereka
meyebarkan (melancarkan aksi) apa yang mereka inginkan. [Al-Minhaj
Al-Ahmad 3/37]
Dan
diantara ucapan beliau yang sangat bermanfaat adalah: “Bermajelis untuk
saling nasehat-menasehati membuka pintu-pintu faedah sedangkan
bermajelis untuk berdebat menutup pintu-pintu faedah.”
Diantara syair yang beliau ucapkan:
Barang siapa yang qona`ah (merasa cukup) dengan bekalnya
Niscaya dia akan menjadi kaya dan hidup dengan penuh ketentraman
Aduhai, betapa indahnya sikap qona’ah. Betapa banyak orang yang rendah terangkat karenanya
Jiwa seorang pemuda akan menjadi sempit apabila merasa butuh
Andai saja ia mau mencari kemuliaan dengan Rabb-nya niscaya akan menjadi lapang
Tulisan-Tulisan Beliau
Berkata
syaikh ArRadadi: “Para ulama yang menulis biografi beliau menyebutkan
bahwa beliau memiliki karya tulis yang sangat banyak hanya saja tidak
nampak bagi kami karya-karya beliau selain kitab ini.”
Ujian yang Beliau Alami dan Kisah Wafat Beliau
Berkata
Syaikh Al-Qahthani: “Imam ini (Al-Barbahari) mendapatkan ujian
sebagaimana orang-orang shalih sebelumnya mendapat ujian. Ahlul bid’ah
senantiasa menghembus-hembuskan kebencian terhadap beliau kedalam hati
penguasa. Pada tahun 321 H, masa Khalifah Al-Qahir dan menterinya Ibnu
Muqillah berusaha menangkap Imam Al-Barbahari sehingga beliau
bersembunyi. Namun dia berhasil menangkap beberapa sahabat dekat Imam
Al-Barbahari dan membuang mereka ke Bashrah. Namun kemudian Allah ‘aza
wa jalla menghukum Ibnu Muqillah atas perbuatan yang telah ia lakukan,
yaitu Allah ‘aza wa jalla membuat Khalifah Al-Qahir Billah menjadi marah
kepada Ibnu Muqillah sehingga Ibnu Muqillah melarikan diri dan Al-Qahir
memecat dia dari jabatan kementriannya serta membakar habis rumahnya.
Hingga akhirnya ia tertangkap oleh Al-Qahir Billah pada tahun 322 H,
kemudian ia diturunkan dari kekhalifahan dan dicukil kedua matanya
hingga mengucur darah dari kedua matanya yang akhirnya ia buta.
Kemudian
datanglah khalifah ArRadhi. Ahlul bid’ah pun senantiasa menyusupkan
kebencian kedalam hati khalifah sehinggah diserukan di Baghdad: “Jangan
sampai ada dua shahabat Al-Barbahari yang berkumpul!” Sehingga mereka
(Imam Al-Barbahari dan para shahabatnya) kembali bersembunyi. Ketika
itu, Imam Al-Barbahari singgah di arah barat kota di suatu tempat yang
bernama Babul Muhawwil. Kemudian beliau pindah ke arah timur kota untuk
bersembunyi hingga akhirnya beliau meninggal dalam persembunyiannya pada
bulan Rajab 329 H, saat itu beliau berumur 97 tahun. Ada yang
mengatakan juga bahwa beliau hidup selama 77 tahun dan pada akhir
hayatnya beliau sempat menikah dengan seorang budak wanita.” [Thabaqat
Hanabilah 2/44, Siyar A’lamin Nubala` 15/93, dan Al-Minhajul Ahmad 2/38]
Berkata
syaikh Ar-Radadi hafidzahullah ta’ala menukil perkataan Ibnu Abi Ya’la
dalam Thabaqat Al-Hanabilah, ia berkata: “Telah menghikayatkan kepadaku
kakekku dan nenekku, keduanya berkata: “Dahulu Abu Muhammad Al
Barbahari bersembunyi di tempat saudara wanita Tazun yang berada di arah
timur kota di suatu tempat yang bernama Darbul Hammam jalan Darbus
Silsilah. Beliau tinggal disana sekitar 1 bulan hingga beliau dijemput
oleh ajal di tempat tersebut. Maka berkatalah saudara wanita Tuzun
tersebut kepada pembantunya: “Al-Barbahari telah meninggal, carilah
siapa kira-kira orang yang bisa memandikannya?!” Tak lama kemudian
pembantu tadi datang dengan orang yang akan memandikannya. Kemudian
beliau pun dimandikan. Setelah itu pembantu tersebut mengunci seluruh
pintu hingga tidak ada seorang pun yang mengetahuinya lantas ia berdiri
menshalatkan jenazah Al-Imam Al-Barbahari sendirian. Ketika pemilik
rumah tersebut mengintip, dia melihat ruangan tersebut telah dipenuhi
oleh laki-laki yang mengenakkan pakaian bewarna putih dan hijau. Tatkala
telah salan pembantu tadi tidak melihat seorangpun. Wanita pemilik
rumah tersebut lantas memanggilnya seraya mengatakan: “Ya Hijam, kamu
telah membinasakanku dan saudaraku!” Maka pembantu tadi menjawab: “Wahai
nyonya bukankah nyonya melihat sendiri (apa yang telah aku lakukan)?”
“Ya!” jawab si pemilik rumah. Lalu pembantu tadi berkata: “Ini semua
kunci-kunci pintunya, semua tertutup.” Maka tuan wanita berkata:
“Kuburkan dia di rumahku, apabila aku mati kuburkanlah aku disisinya…!”
Dengan
demikian wahai saudara pembaca sekalian usai sudah biografi Imam
Al-Barbahari rahimahullah yang tidak lain semua itu menunjukkan
tingginya kemuliaan dan kedudukan beliau diantara ahlul ilmi. Untuk
menambah wawasan tentang kisah perjalanan beliau rahimahullah silahkan
merujuk sumber-sumber yang telah disebutkan oleh Syaikh ArRadadi
hafidzahullah ta’ala berikut ini yang semoga bisa membangkitkan semangat
untuk meneladani tingkah dan perilaku beliau baik yang berupa ilmu dan
amal shalih maupun sikap zuhud terhadap dunia yang diberikan oleh Allah
kepadanya serta sikap beliau yang mengedepankan sesuatu yang kekal
daripada yang akan lenyap.
Akhirnya
kita memohon kepada Allah subhanahu wa ta’ala semoga melimpahkan
keluasan karunia dan rahmatNya kepada beliau dan seluruh ulama Muslimin
yang masih hidup maupun yang sudah tiada serta orang-orang yang
mengikuti mereka dengan ihsan hingga tegaknya Hari Pembalasan.
- Thabaqat AlHanabilah, Ibnu Abi Ya’la (2/18-45)
- Al-Muntadham, Ibnul Jauzi (14/14-15)
- Al-Kamil fit Tarikh, Ibnul Atsir (8/378)
- Al-`Ibar fi Khabari man Ghabar, Adz Dzahabi (2/33)
- Siyar A’lamin Nubala`, Adz-Dzahabi (15/90-93)
- Tarikhul Islam, Adz-Dzahabi (Hawadits wa wafyiat 321-330 H, hal 258-260)
- Al-Bidayah wan Nihayah, Ibnu Katsir (11/213-214)
- Al-Wafiy bil Wafiyat, Ash Shafadi (12/146-147)
- Mir’atul Janan, Al Yafi’i (2/286-287)
- Syidzaratu Adz Dzahab, Ibnul ‘Imad (2/319-323)
- Al-Minhajul Ahmad, Al-‘Alimi (2/26-39)
- Al-Maqashidul Arsyad, Ibnu Muflih (1/228-230)
- Al-Manaqib Al-Imam Ahmad, Ibnul Jauzi (hal 512-513)
- Jam’ul Juyusy wad Dasakir ‘ala Ibni ‘Asakir, Yusuf Ibnu ‘Abdil Hadi (Lam/81 Ba’)
- Al-A’lam, Az-Zarkali (2/201)
- Mu’jamul Mu’allifiin, Ridha Kahalah (3/253)
- Tarikh At-Turats Al-‘Arabi, Sazkin (1/234-235)
Dikutip dari buku Penjelasan Syarhus Sunnah Imam Al Barbahari Meniti Sunnah ditengah badai fitnah karya Syaikh Ahmad bin Yahya An-Najmi (buku 1), penerbit Maktabah AlGhuroba` hal 25-33 dengan sedikit perubahan.
(1) Berkata Syaikh ArRadadi: “Lihat dalam penisbahannya “AlAnsab” karya AsSam’ani (1/307) dan “AlLubab” karya Ibnu Atsir (1/133)”