Jumat, 16 September 2011

Penghambaan Kepada AllahSemata Dan Menjauhi Semua Thaghut


Da’wah Penghambaan Kepada AllahSemata Dan Menjauhi Semua Thaghut

Ihsan Tandjung
Dalam salah satu tulisannya, Sayyid Qutb rahimahullah menulis sebagai berikut:

“Da'wah Islam yang dilakukan Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم hanyalah merupakan mata rantai terakhir dari serentetan da'wah, yang panjang, yang menyeru kepada Islam, yang dilakukan oleh serombongan para Rasul yang mulia ‘alaihimus-salaam. Sepanjang sejarah manusia, tujuan da'wah itu hanya satu saja. Yaitu: mengenalkan manusia kepada Ilah mereka yang satu, Ilah mereka yang sesungguhnya, menegaskan bahwa mereka adalah hamba Ilah mereka yang satu, dan menghilangkan ke-ilah-an makhluk.

Selain dari beberapa gelintir manusia pada saat-saat tertentu dalam sejarah, manusia tidak pernah mengingkari prinsip ketuhanan, atau menolak adanya Ilah sama sekali. Hanya mereka tersalah dalam mengenal hakekat Ilah mereka yang hak itu. Atau mereka perserikatkan Allahسبحانه و تعالى dengan suatu ilah yang lain, baik dalam bentuk kepercayaan atau peribadatan (  الاعتقاد و العبادة), maupun dalam bentukkepenguasaan dan kepengikutan (الحاكمية و الإتباع ). Kedua bentuk ini adalah sama saja syiriknya, karena keduanya mengeluarkan manusia dari agama Allah سبحانه و تعالى , sebagaimana yang telah mereka kenal dari tangan setiap Rasul. Kemudian manusia itu mengingkari Rasul kalau masa telah berjalan agak lama. Manusia kembali kepada kejahiliyahan yang tadinya Rasul itu telah mengeluarkan mereka dari padanya. Manusia kembali mempersekutukan Allah سبحانه و تعالى sekali lagi. Hal ini terjadi baik dalam kepercayaan dan peribadatan, baik dalam hal kepengikutan dan kepenguasaan, mau­pun dalam kedua hal itu sekaligus.” (Buku “Petunjuk Jalan” Sayyid Qutb- Media Da’wah- hlm 66)

Jelas sekali sebagaimana ditulis oleh Sayyid Qutb di atas bahwa Sepanjang sejarah manusia, tujuan da'wah itu hanya satu saja. Yaitu: mengenalkan manusia kepada Ilah mereka yang satu, Ilah mereka yang sesungguhnya, menegaskan bahwa mereka adalah hamba Ilah mereka yang satu, dan menghilangkan ke-ilah-an makhluk.

Tujuan da’wah seperti ditegaskan beliau di atas sangat sesuai dengan ayat-ayat Al-Qur’an dimana Allah سبحانه و تعالى menegaskan bahwa para Nabi dan Rasul Allah semua menyerukan kaumnya masing-masing pesan abadi yang serupa:


وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu".(QS An-Nahl 36)


وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ إِنِّي لَكُمْ نَذِيرٌ مُبِينٌ أَنْ لا تَعْبُدُوا إِلا اللَّهَ
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, (dia berkata): "Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kamu, agar kamu tidak menyembah selain Allah.” (QS Hud 25-26)

وَإِلَى عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ إِنْ أَنْتُمْ إِلا مُفْتَرُونَ
“Dan kepada kaum Ad (Kami utus) saudara mereka, Hud. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Ilah selain Dia. Kamu hanyalah mengada-adakan saja.” (QS Hud 50)

Inilah pesan sepanjang zaman yang menjadi inti da’wah Islam. Yaitu mengajak setiap manusia untuk memfokuskan ibadah hanya kepada Allah سبحانه و تعالى seraya meninggalkan berbagai ilah atau thaghut yang merupakan musuh para Nabiyullah ‘alaihimussalam. Demikianlah yang diungkapkan Nabiyullah Ibrahim ‘alaihissalam kepada kaumnya:

قَالَ أَفَرَأَيْتُمْ مَا كُنْتُمْ تَعْبُدُونَ أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمُ الأقْدَمُونَ فَإِنَّهُمْ عَدُوٌّ لِي إِلا رَبَّ الْعَالَمِينَ
Ibrahim berkata: "Maka apakah kamu telah memperhatikan apa yang selalu kamu sembah, kamu dan nenek moyang kamu yang dahulu? Karena sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah musuhku, kecuali Rabb semesta alam.” (QS Asy-Syuara 75-77)

Selanjutnya Sayyid Qutb menulis: “Selain dari beberapa gelintir manusia pada saat-saat tertentu dalam sejarah, manusia tidak pernah mengingkari prinsip ketuhanan, atau menolak adanya Ilah sama sekali. Hanya mereka tersalah dalam mengenal hakekat Ilah mereka yang hak itu.Menurutnya, manusia pada umumnya tidak mengingkari prinsip ketuhanan atau menolak adanya ilah sama sekali. Artinya, sekedar mengaku ber-ilah bukanlah hal yang istimewa, sebab pada umumnya manusia memang mengakui adanya ilah bagi mereka. Tetapi mereka sering tersalah di dalam mengenal, memahami dan memuliakan ilah yang hak itu.

Malah lebih lanjut beliau menulis: “Atau mereka perserikatkan Allah سبحانه و تعالى dengan suatu ilah yang lain, baik dalam bentuk kepercayaan atau peribadatan (  الاعتقاد و العبادة), maupun dalam bentuk kepenguasaan dan kepengikutan (الحاكمية و الإتباع ).Sering pula terjadi bahwa manusia memperserikatkan Allah سبحانه و تعالى dengan suatu atau beberapa ilah lainnya. Artinya manusia menjadikan bersama Allah سبحانه و تعالى partner yang disetarakan, disejajarkan atau disandingkan dengan Allah سبحانه و تعالى Dzat yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji. Dzat yang tidak bisa diserupakan dengan apapun dan siapapun. Dzat yang menjadi tempat bergantung segenap makhluk di langit maupun di bumi dan semua yang ada di antara keduanya. Dan sialnya lagi, manusia menyekutukan Allah سبحانه و تعالى bukan saja dalam bentuk kepercayaan atau peribadatan (  الاعتقاد و العبادة), yang mana hal ini sudah sangat diketahui dan diwaspadai oleh banyak muslim sebagai suatu dosa besar yang tidak bakal bisa diampuni Allah سبحانه و تعالى.

إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ

لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلالا بَعِيدًا
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.” (QS An-Nisa 116)

Sudah relatif banyak muslim yang faham bahwa dalam hal keyakinan (di dalam hati) atau peribadatan (seperti sholat atau bersujud) dia mestilah mengesakan Allah سبحانه و تعالى semata. Allah سبحانه و تعالى tidak mereka dua-kan, tiga-kan atau lebih di dalam hatinya. Dia tahu itu adalah salah satu bentuk dosa tak terampuni, yakni syirik. Dia juga tahu bahwa jika dia ruku atau sujud di hadapan sesuatu atau seseorang selain Allah سبحانه و تعالى berarti itu merupakan bentuk dosa tak terampuni, yakni syirik. Setiap muslim –pada umumnya- sadar dan waspada untuk tidak mempartnerkan Allah سبحانه و تعالى dalam aspek keyakinan dan peribadatan. Ini sudah jelas.

Namun Sayyid Qutb kemudian memperingatkan kita bahwa dosa mempersekutukan Allah سبحانه و تعالى tidak hanya terjadi dalam aspek keyakinan dan peribadatan. Ia menulis: “...maupun dalam bentuk kepenguasaan dan kepengikutan (الحاكمية و الإتباع ). Jadi, juga termasuk dosa tak terampuni –yakni syirik-  bila seorang muslim men-dua-kan atau lebih Allah سبحانه و تعالى dalam aspek kepenguasaan dan kepengikutan. Artinya, bila ada seorang yang mengaku muslim tetapi ia rela atas kepenguasaan fihak selain Allah سبحانه و تعالى maka ia telah terlibat dalam salah satu bentuk dosa tak terampuni, yakni syirik. Begitu pula, bila ada seorang yang mengaku muslim namun rela menyerahkan kepengikutan atau ketaatannya kepada fihak selain Allah سبحانه و تعالىberarti ia telah terlibat dalam salah satu bentuk dosa tak terampuni, yakni syirik.

Sehingga di bagian lain tulisannya, Sayyid Qutb menulis: Inilah bentuk da'wah yang menyeru kepada Allah sepanjang perputaran sejarah manusia. Tujuannya adalah "Islam". Atau penyerahan. Penyerahan hamba kepada Rabb hamba itu. Melarang mereka untuk menyembah hamba (manusia) yang lain dan menyuruh mereka untuk hanya menyembah Allah saja. Mengeluarkan manusia dari lingkaran kekuasaan hamba dan memasukkan mereka kepada lingkaran Allah dalam hal kepenguasaan, hukum, nilai dan tradisi. Dalam segala segi persoalan kehidupan. Tentang persoalan inilah Islam datang dengan perantaraan Muhammad صلى الله عليه و سلم . Sebagaimana dahulunya Islam telah datang di tangan para Rasul yang mulia Islam datang untuk mengembalikan manusia kepada penguasaan Allah.

Kekuasaan yang mengatur hidup manusia haruslah kekuasaan yang mengatur adanya manusia itu. Manusia tidak boleh menyeleweng dan mengadakan sistim sendiri, kekuasaan sendiri, kebijaksanaan sendiri, lain dari sistim, kekuasaan dan kebijaksanaan (Allah) Yang telah mengatur seluruh alam semesta. Dia (Allah) yang bahkan telah mengatur adanya manusia itu sendiri dalam kehidupan mereka yang di luar kehendak mereka. Manusia tunduk kepada undang-undang fitri yang telah dibuat Rabb dalam penciptaan dan pertumbuhan mereka, dalam sehat-sakitnya mereka, dan da­lam hidup-matinya mereka. Sebagaimana halnya manusia itu harus tunduk kepada undang-undang ini dalam persatuan sosial mereka dan kepada akibat yang mereka derita sebagai hasil kebebasan gerakan mereka sendiri. Mereka tidak sanggup merubah sunnatullah dalam hal peraturan alam-semesta yang me­ngatur alam semesta ini dan tindak-tanduknya.” (Buku “Petunjuk Jalan” Sayyid Qutb- Media Da’wah- hlm 67)

Berdasarkan itu, maka sepatutnya setiap manusia memeluk dienullah Al-Islam, menerima syariat Allah سبحانه و تعالى dan tunduk kepada hukum Al-Qur’an bila ia ingin menjalani hidup yang selaras antara aspek fitri dirinya yang tunduk kepada sunnatullah aturan Allah سبحانه و تعالى yang berlaku di alam semesta, dengan aspek iradi (kehendak) yang membebaskan dirinya memilih antara menjadi mu’min taat atau kafir ingkar kepada Allah سبحانه و تعالىRabb semesta alam. Bila ia memilih menjadi mu’min taat berarti ia bakal menjalani kehidupan yang selaras dan serasi dengan gerak alam dan gerak fisik dirinya. Bila ia memilih menjadi kafir yang ingkar kepada Allah سبحانه و تعالى , maka ia menjalani kehidupan yang kontradiktif dengan gerak fisik dirinya dan dengan gerak alam yang melingkupinya.

أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ

Oleh karena itu Sayyid Qutb selanjutnya menulis: “Tetapi faham jahiliyah yang berdasarkan berkuasanya manusia atas manusia, dan dengan begitu telah menyeleweng dari wujud adanya alam semesta dan bertentangan antara sistim segi iradi dan segi fitri dari kehidupan manusia, maka faham jahiliyah seperti inilah yang telah dihadapi oleh setiap Rasul yang menyeru kepada Islam, terhadap penyerahan diri kepada Allahsaja. Faham ini pulalah yang telah dihadapi Rasulullah ketika beliau berda'wah. (Buku “Petunjuk Jalan” Sayyid Qutb- Media Da’wah- hlm 67)

Kutipan paragraf buku Petunjuk Jalan di atas menegaskan bahwa setiap Rasul yang menyeru kepada Islam selalu berhadapan dengan “faham jahiliyah yang berdasarkan berkuasanya manusia atas manusia”. Setiap Nabi dan Rasul yang menyeru manusia agar hanya menghamba kepada Allah سبحانه و تعالى serta menjauhi segenap ilah dan thaghut senantiasa bertolak-belakang dengan seruan jahiliyah apapun yang pada intinya berdasarkan penghambaan manusia atas sesama manusia lainnya. Apapun nama seruan atau faham jahiliyah tersebut.

Oleh karena itu kita dapati dewasa ini kaum muslimin yang peduli menegakkan tauhid secara murni dan konsekuen tidak dapat menerima berbagai faham dan ideologi bikinan manusia, apapun nama dan bentuknya. Sebab setiap faham dan ideologi selain Islam pastilah bukan dari Allah , sehingga di dalamnya mesti mengandung keharusan mengakui berkuasanya manusia atas manusia lainnya. Misalnya faham demokrasi, di dalamnya ada segelintir orang yang diberikan wewenang serta kekuasaan untuk menetapkan hukum dan perundang-undangan agar diberlakukan dan wajib ditaati oleh sekian banyak manusia di luar mereka yang disebut rakyat kebanyakan. Padahal segelintir orang tersebut tidak menetapkan hukum dan perundang-undangan berlandasakan hukum tertinggi dan tanpa cacat, yakni hukum Allah . Mereka wajib dan hanya boleh menetapkan hukum dan perundang-undangan di dalam bingkai faham dan ideologi bikinan manusia yang disebut Konstitusi atau Nasionalisme.
Berarti sekian banyak manusia (baca: rakyat) tersebut diwajibkan mengakui kekuasaan segelintir manusia atas diri mereka semua. Inilah hakekat jahiliyah. Berarti segelintir manusia tadi telah memainkan peran sebagai Rabb selain Allah . Sebab di dalam Islam, hak menetapkan hukum, menetapkan mana yang halal dan mana yang haram hanyalah milik Allah .
“…menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah…” (QS. Al An’am 57)
Sedangkan rakyat kebanyakan tersebut berarti telah menyerahkan kekuasaan dan ketaatan mereka kepada fihak selain Allah سبحانه و تعالى . Dan itu berarti mereka telah memilih untuk meninggikan hukum selain hukum Allah سبحانه و تعالى . Padahal di dalam Al-Qur’an Allah سبحانه و تعالى hanya menawarkan dua pilihan saja dalam urusan berhukum. Yakni hukum Allah سبحانه و تعالى atau hukum jahiliyah.

أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ
“Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS Al-Maidah 50)

Dan begitu rakyat menolak untuk mengutamakan hukum Allah سبحانه و تعالى alias menerima hukum jahiliyah, maka Allah سبحانه و تعالى segera memvonis mereka telah bertahkim kepada hukum thaghut, padahal orang-orang yang mengaku beriman telah diperintahkan oleh Allah سبحانه و تعالى untuk mengingkari thaghut, jangan hendaknya meninggikan, memuliakan apalagi meng-ilahkan thaghut...!

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آمَنُوا بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَنْ

يَتَحَاكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَنْ يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُضِلَّهُمْ ضَلالا بَعِيدًا
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.” (QS An-Nisa 60)

Kemudian yang membuat kita menjadi sangat prihatin melihat keadaan ini ialah karena Sayyid Qutb menyatakan: “Selain dari beberapa gelintir manusia pada saat-saat tertentu dalam sejarah, manusia tidak pernah mengingkari prinsip ketuhanan, atau menolak adanya Ilah sama sekali.Hanya mereka tersalah dalam mengenal hakekat Ilah mereka yang hak itu. Atau mereka perserikatkan Allah  dengan suatu ilahyang lain, baik dalam bentuk kepercayaan atau peribadatan, maupun dalam bentuk kepenguasaan dan kepengikutan. Kedua bentuk ini adalah sama saja syiriknya, karena keduanya mengeluarkan manusia dari agama Allah , sebagaimana yang telah mereka kenal dari tangan setiap Rasul.” (Buku “Petunjuk Jalan” Sayyid Qutb- Media Da’wah- hlm 66)

Baik seseorang mempersekutukan Allah سبحانه و تعالى dalam bentuk kepercayaan dan peribadatan maupun dalam bentuk kepenguasaan dan kepengikutan, maka kedua bentuk ini adalah sama saja syiriknya. Na’udzubillahi mindzaalika...!

Ya Allah, jadikanlah kami sebagaimana para pemuda Kahfi yang menyerukan dan istiqomah dengan seruan lantang kalimat al-haq sebagai berikut:
رَبُّنَا رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ لَنْ نَدْعُوَ مِنْ دُونِهِ إِلَهًا لَقَدْ قُلْنَا إِذًا شَطَطًا
"Rabb kami adalah Rabb langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru ilah selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran".(QS Al-Kahfi 14)

Kehidupan Setelah Mati (Tahapan Setelah Mati)


Kehidupan Setelah Mati (Tahapan Setelah Mati)

Beri komentarKirim ke teman



(Tahapan Perjalanan Manusia Menuju Hari Kebangkitan di Akhirat)
Setelah manusia mati akan mengalami tahapan sbb :
1.Alam Barzakh

Para salaf bersepakat tentang kebenaran adzab dan nikmat yang ada di alam kubur (barzakh) . Nikmat tersebut merupakan nikmat yang hakiki, begitu pula adzabnya, bukan sekedar bayangan atau perasaan sebagaimana diklaim oleh kebanyakan ahli bid’ah. Pertanyaan (fitnah) kubur itu berlaku terhadap ruh dan jasad manusia baik orang mukmin maupun kafir. Dalam sebuah hadits shahih disebutkan Rasulullah SAW selalu berlindung kepada Allah SWT dari siksa kubur. Rasulullah SAW menyebutkan sebagian dari pelaku maksiat yang akan mendapatkan adzab kubur, diantaranya mereka yang

a. Suka mengadu domba
b
. Berbuat kebohongan
c. Membaca Al Qur’an tetapi tidak melaksanakan apa yang diperintahkan dan yang dilarang dalam Al’Qur’an
d. Melakukan zina
e. Memakan riba
f. Belum membayar hutang setelah mati (orang yang berhutang akan tertahan tidak masuk surga karena hutangnya)
g.Tidak bersuci setelah buang air kecil, shg masih bernajis
Adapun yang dapat menyelamatkan seseorang dari siksa kubur adalah Shalat wajib, shaum, zakat, dan perbuatan baik berupa kejujuran, menyambung
silaturahim, segala perbuatan yang ma’ruf dan berbuat baik kepada manusia , juga berlindung kepada Allah SWT dari adzab kubur.

2. Peniupan Sangkakala
Sangkakala adalah terompet yang ditiup oleh malaikat Israfil yang menunggu kapan diperintahkan Allah SWT. Tiupan yang pertama akan mengejutkan manusia dan membinasakan mereka dengan kehendak Allah SWT, spt dijelaskan pada Al Qur’an :
Dan ditiuplah sangkakala maka matilah semua yang di langit dan di bumi, kecuali apa yang dikehendaki oleh Allah SWT”( QS. Az Zumar :68 ).

Tiupan ini akan mengguncang seluruh alam dengan guncangan yang keras dan hebat sehingga merusak seluruh susunan alam yang sempurna ini. Ia akan membuat gunung menjadi rata, bintang bertabrakan, matahari akan digulung, lalu hilanglah cahaya seluruh benda-benda di alam semesta. Setelah I tu keadaan alam semesta kembali seperti awal penciptaannya.

Allah SWT menggambarkan kedahsyatan saat kehancuran tersebut sebagaimana firman-Nya : “ Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi adzab Allah itu sangat keras” (QS.Al Hajj:1-2).

Sedangkan pada tiupan sangkakala yang kedua adalah tiupan untuk membangkitkan seluruh manusia ; “Dan tiupan sangkakala (kedua), maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Rabb mereka.(QS. Yaa Siin : 51).

Rasulullah SAW bersabda, “Kemudian ditiuplah sangkakala, dimana tidak seorangpun tersisa kecuali semuanya akan dibinasakan. Lalu Allah SWT menurunkan hujan seperti embun atau bayang-bayang, lalu tumbuhlah jasad manusia.Kemudian sangkakala yang kedua ditiup kembali, dan manusia pun bermunculan (bangkit) dan berdiri”.(HR. Muslim).

3.Hari Berbangkit
“Pada hari ketika mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu diberitakannya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah mengumpulkan (mencatat) perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya. Dan Allah Maha menyaksikan segala sesuatu”. (QS. Al Mujadilah : 6).

4.Padang Mahsyar
(Yaitu) pada hari (ketika ) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit dan mereka semuanya di padang Mahsyar berkumpul menghadap ke hadirat Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa”.(QS. Ibrahim:48).
Hasr adalah pengumpulan seluruh mahluk pada hari kiamat untuk dihisap dan diambil keputusannaya. Lamanya di Padang Mahsyar adalah satu hari yang berbanding 50.000 tahun di dunia. Allah berfirman:
Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Rabb dalam sehari yang kadarnya 50.000 tahun.(QS. Al Maarij:4).
Karena amat lamanya hari itu, manusia merasa hidup mereka di dunia ini hanya seperti satu jam saja.

Dan (ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa di hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) kecuali hanya sesaat saja di siang hari. (QS.Yunus:45).

Dan pada hari terjadinya kiamat, bersumpahlah orang-orang yang berdosa, bahwa mereka tidak berdiam (dalam kubur) melainkan sesaat saja” (QS. ArRuum:55).

Adapun orang yang beriman merasakan lama pada hari itu seperti waktu antara dhuhur dan ashar saja. Subhanallah.

Keadaan orang kafir saat itu sebagaimana firman-Nya.”Orang kafir ingin seandainya ia dapat menebus dirinya dari adzab hari itu dengan anak-anaknya, dengan istri serta saudaranya, dan kaum familinya yang melindunginya ketika di dunia, dan orang-orang di atas bumi seluruhnya, kemudian (mengharapkan) tebusan itu dapat menyelamatkannya”.(QS.AlMa’arij:11-14).

5. Syafaat
Syafaat ini khusus hanya untuk umat Muslim, dengan syarat tidak berbuat syirik besar yang menyebabkan kepada kekafiran. Adapun bagi orang musyrik, kafir dan munafik, maka tidak ada syafaat bagi mereka.

Syafaat ini diberikan Rasulullah SAW kepada umat Muslim (dengan izin dari Allah SWT).


6. Hisab
Pada tahap (fase) ini, Allah SWT menunjukkan amal-amal yang mereka perbuat dan ucapan yang mereka lontarkan, serta segala yang terjadi dalam kehidupan dunia baik berupa keimanan, keistiqomahan atau kekafiran.

Setiap manusia berlutut di atas lutut mereka. “Dan kamu lihat tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya . Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Jatsiah:28).

Umat yang pertama kali dihisab adalah umat Muhammad SAW, kita umat yang terakhir tapi yang pertama dihisab. Yang pertama kali dihisab dari hak-hak Allah pada seorang hamba adalah Shalatnya, sedang yang pertama kali diadili diantara manusia adalah urusan darah.

Allah SWT mengatakan kepada orang kafir : “Dan kamu tidak melakukan suatu pekerjaan melainkan Kami menjadi saksi atasmu diwaktu kamu melakukannya”.(QS. Yunus:61). Seluruh anggota badan juga akan menjadi saksi.

Allah bertanya kepada hamba-Nya tentang apa yang telah ia kerjakan di dunia : “Maka demi Rabbmu, kami pasti akan menanyai mereka semua tentang apa yang akan mereke kerjakan dahulu”.(Al Hijr:92-93).

Seorang hamba akan ditanya tentang hal : umurnya, masa mudanya, hartanya dan amalnya dan akan ditanya tentang nikmat yang ia nikmati.

7. Pembagian catatan amal
Pada detik-detik terakhir hari perhitungan , setiap hamba akan diberi kitab (amal) nya yang mencakup lembaran-lembaran yang lengkap tentang amalan yang telah ia kerjakan di dunia.

Al Kitab di sini merupakan lembaran-lembaran yang berisi catatan amal yang ditulis oleh malaikat yang ditugaskan oleh Allah SWT.


Manusia yang baik amalnya selama di dunia, akan menerima catatan amal dari sebelah kanan. Sedangkan manusia yang jelek amalnya akan
menerima catatan amal dari belakang dan sebelah kiri, spt pada firman Allah berikut ini:

Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan ia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang, maka ia akan berteriak : “celakalah aku”, dan ia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)”,(QS. Al Insyiqaq:8-12) .

"Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia berkata:"wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini), dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku.Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu.Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku.Telah hilang kekuasaanku dariku" (Allah berfirman): "Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya", kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala".(QS. Al Haqqah:25 31).

8. Mizan
Mizan adalah apa yang Allah letakkan pada hari kiamat untuk menimbang amalan hamba-hamba-Nya. Allah berfirman : “Dan kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah seorang dirugikan walau sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya.Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan”.(QS. Al Anbiya:47)
Setelah tahapan Mizan ini, bagi yang kafir, dan mereka yang melakukan perbuatan syirik akan masuk neraka.

Sedangkan umat muslim lainnya, akan melalui tahap selanjutnya yaitu Telaga

9. Telaga
Umat Muhammad SAW akan mendatangi air pada telaga tsb. Barang siapa minum dari telaga tsb maka ia tidak akan haus selamanya. Setiap Nabi mempunyai telaga masing-masing. Telaga Rasulullah SAW lebih besar, lebih agung dan lebih luas dari yang lain, sebagaimana sabdanya :

Sesungguhnya setiap Nabi mempunyai telaga dan sesungguhnya mereka berlomba untuk mendapatkan lebih banyak pengikutnya di antara mereka dan sesungguhnya Nabi Muhammad mngharapkan agar menjadikan pengikutnya yang lebih banyak (HR. Bukhari Muslim).

Setelah Telaga, umat muslim akan ke tahap selanjutnya yaitu tahap Ujian Keimanan Seseorang. Perlu dicatat bahwa orang kafir dan orang yang berbuat syirik sudah masuk neraka (setelah tahap Mizan, seperti dijelaskan di atas).

10.Ujian Keimanan Seseorang
Selama di dunia, orang munafik terlihat seperti orang beriman karena mereka menampakkan keislamannya. Pada fase inilah kepalsuan iman mereka akan diketahui, diantaranya cahaya mereka redup. Mereka tidak mampu bersujud sebagaimana sujudnya orang mukmin. Saat digiring, orang-orang munafik ini merengek-rengek agar orang-orang mukmin menunggu dan menuntun jalannya.Karena saat itu benar-benar gelap dan tidak ada petunjuk kecuali cahaya yang ada pada tubuh mereka.

Allah SWT berfirman,”Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang beriman:”Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebahagian dari cahayamu”.Dikatakan (kepada mereka):”Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu)”.Lalu diadakan diantara mereka dinding yang mempunyai pintu.Di sebelah dalamnya ada rahmat da di sebelah luarnya dari situ ada siksa.(QS.Al hadid:13).

Setelah ini umat muslim yang lolos sampai tahap Ujian Keimanan Seseorang ini, akan melalui Shirat.

11. Shirat
Shirath adalah jmbatan yang dibentangkan di atas neraka jahannam, untuk diseberangi orang-orang mukmin menuju Jannah (Surga).

Beberapa Hadits tentang Shirath

Sesungguhnya rasulullah SAW pernah ditanya tentang Shirath, maka beliau berkata :
Tempat menggelincirkan, di atasnya ada besi penyambar dan pengait dan tumbuhan berduri yang besar, ia mempunyai duri yang membahayakan seperti yang ada di Najd yang disebut pohon Sud’an.(HR. Muslim)

“Telah sampai kepadaku bahwasanya shirath itu lebih tipis dari rambut dan lebih tajam dari pedang”. (HR. Muslim)

“Ada yang melewati shirath laksana kejapan mata dan ada yang seperti kilat, ada yang seperti tiupan angina, ada yang terbang seperti burung dan ada yang menyerupai orang yang mengendarai kuda, ada yang selamat seratus persen, ada yang lecet-lecet dan ada juga yang ditenggelamkan di neraka jahannam”. (HR. Bukhari Muslim)

Yang paling pertama menyebarangi shirath adalah Nabi Muhammad SAW dan para pemimpin umat beliau.Beliau bersabda : “Aku dan umatku yang paling pertama yang diperbolehkan melewati shirath dan ketika itu tidak ada seorangpun yang bicara, kecuali Rasul dan Rasul berdo’a ya Allah selamatkanlah, selamatkanlah.(HRBukhari).

Bagi umat muslim yang berhasil melalui shirath tersebut, akan ke tahap selanjutnya jembatan

12. Jembatan
Jembatan disini, bukan shirath yang letaknya di atas neraka jahannam. Jembatan ini dibentangkan setelah orang mukmin berhasil melewati shirath yang berada di atas neraka jahannam.

Rasulullah SAW bersabda : “Seorang mukmin akan dibebaskan dari api neraka, lalu mereka diberhentikan di atas jembatan antara Jannah(surga) dan neraka, mereka akan saling diqhisash antata satu sama lainnya atas kezhaliman mereka di dunia.Setelah mereka bersih dan terbebas dari segalanya, barulah mereka diizinkan masuk Jannah. Demi Dzat yang jiwa Muhammad ditangan-Nya, seorang diantara kalian lebih mengenal tempat tinggalnya di jannah daripada tempat tinggalnya di dunia”.(HR. Bukhari).

Setelah melewati jembatan ini barulah orang mukmin masuk Surga.

Kesimpulan :
Setelah penjelasan di atas tinggal kita menunggu..., apa yang akan kita alami di hari akhir nanti..., tentunya sesuai dengan apa yang kita lakukan di dunia ini…. Semoga Alah SWT memberi kekuatan dan selalu membimbing kita untuk tetap istiqomah di jalan-Nya sehingga dapat mencapai surga-Nya dan dijauhkan dari siksa neraka-Mu ya Allah…….karena kami sangat takut akan siksa neraka-Mu ya Allah……

Sumber :
1. Poster ‘Hidup Sesudah Mati” (berupa diagram tahapan dan penjelasan setiap tahapan)
2. Hidup Sesudah Mati edisi terjemah oleh Syaikh Jasim Muhammad Al Muthawwi

3. Al Yaum Al Akhir, Juz I,II,III oleh Dr. umar Sulaiman Al Asyqar
4. Syarah Lum’atul I’tiqad Al hadi Ila Sabilir Rasyad oleh Syaikh Utsaimin
5. Tahdzib Syarah Ath thahawiyah oleh Ibnu Abil Izz Al Hanafi
6. Tadzkirah, Imam Qurthubi
7. At Takhwif Minan Naar oleh Ibnu rajab Al Hambali
8. Hadiul Arwah Ila Biladil Afrah, Ibnu Qayyim Al Jauziyah
9. Nihayatul Bidayah wan Nihayah oleh Al hafidz Ibnu Katsir
10. Ahwalun Naar oleh Muhammad Ali Al Kulaib.