Kewajiban Bertaubat dan Urgensinya
Taubat dari dosa yang dilakukan oleh seorang mu'min --dan saat itu ia sedang berusaha menuju kepada Allah SWT -- adalah kewajiban agama. Diperintahkah oleh Al Quran, didorong oleh sunnah, serta disepakati kewajibannnya oleh seluruh ulama, baik ulama zhahir maupun ulama bathin. Atau ulama fiqh dan ulama suluk. Hingga Sahl bin Abdullah berkata: Barangsiapa yang berkata bahwa taubat adalah tidak wajib maka ia telah kafir, dan barangsiapa yang menyetujui perkataan seperti itu maka ia juga kafir. Dan ia berkata: "Tidak ada yang lebih wajib bagi makhluk dari melakukan taubat, dan tidak ada hukuman yang lebih berat atas manusia selain ketidak tahuannya akan ilmu taubat, dan tidak menguasai ilmu taubat itu (Di sebutkan oleh Abu Thalib Al Makki dalam kitabnya Qutul Qulub, juz 1 hal. 179).Taubat dalam Al Quran
Al Quran memberi perhatian yang besar terhadap taubat dalam banyak ayat-ayat yang tersebar dalam surah-surah Makkiah atau Madaniah. Kita akan membaca ayat-ayat itu nantinya, insya Allah.
"Bertaubatlah
kepada Allah SWT dengan Taubat yang semurni-murninya".
Di antara perintah yang paling
tegas untuk melaksanakan taubat dalam Al Quran adalah firman Allah SWT:
"Hai
orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang
semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu
dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,
pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman
bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah
kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Tuhan kami, sempurnakanlah
bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas
segala sesuatu" (QS. At Tahrim: 8).
Ini adalah perintah yang lain
dari Allah SWT dalam Al Quran kepada manusia untuk melakukan taubat dengan
taubat nasuha: yaitu taubat yang bersih dan benar. Perintah Allah SWT dalam Al
Quran itu menunjukkan wajibnya pekerjaan ini, selama tidak ada petunjuk lain
yang mengindikasikan pengertian selain itu. Sementara dalam ayat itu tidak ada
petunjuk yang lain itu. Oleh karena itu, hendaknya seluruh kaum mu'min berusaha
untuk menggapai dua hal atau dua tujuan yang pokok ini. Yaitu:- Menghapuskan dosa-dosa
- Masuk ke dalam surga.
Pertama: agar kesalahannya dihapuskan, dan dosa-dosanya diampunkan. Karena manusia, disebabkan sifat kemanusiaannya, tidak mungkin terbebas dari kesalahan dan dosa-dosa. Itu bermula dari kenyatan elemen pembentukan manusia tersusun dari unsur tanah yang berasal dari bumi, dan unsur ruh yang berasal dari langit. Salah satunya menarik ke bawah sementara bagian lainnya mengajak ke atas. Yang pertama dapat menenggelamkan manusia pada perangai binatang atau lebih buruk lagi, sementara yang lain dapat mengantarkan manusia ke barisan para malaikat atau lebih tinggi lagi.
Oleh karena itu, manusia dapat melakukan kesalahan dan membuat dosa. Dengan kenyataan itu ia membutuhkan taubat yang utuh, sehingga ia dapat menghapus kesalahan yang diperbuatnya.
Kedua: agar ia dapat masuk surga. Siapa yang tidak mau masuk surga? Pemikiran yang paling berat menghantui manusia adalah: akan masuk kemana ia nantinya di akhirat. Ini adalah masalah ujung perjalanan manusia yang paling penting: apakah ia akan selamat di akhirat atau binasa? Apakah ia akan menang dan bahagia ataukah ia akan mengalami kebinasaaan dan penderitaan? Keberhasilan, kemenangan dan kebahagiaan adalah terdapat dalam surga. Sedangkan kebinasaan, kekecewaan serta penderitaan terdapat dalam neraka:
"Barangsiapa
dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga maka sungguh dia telah
beruntung. Kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang
memperdayakan" (QS. Ali Imran: 185.).
Bertaubatlah Kalian Semua Kepada Allah SWT, Wahai Orang-orang yang Beriman
Di antara ayat Al Quran yang berbicara tentang taubat adalah firman Allah:
"Dan
bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya
kamu beruntung" (QS. An-Nur: 31).
Dalam ayat ini, Allah SWT
memerintahkan kepada seluruh kaum mu'minin untuk bertaubat kepada Allah SWT,
dan tidak mengecualikan seorangpun dari mereka. Meskipun orang itu telah
demikian taat menjalankan syari'ah, dan telah menanjak dalam barisan kaum
muttaqin, namun tetap ia memerlukan taubat. Di antara kaum mu'minin ada yang
bertaubat dari dosa-dosa besar, jika ia telah melakukan dosa besar itu. Karena
ia memang bukan orang yang ma'shum (terjaga dari dosa). Di antara mereka ada
yang bertaubat dari dosa-dosa kecil, dan sedikit sekali orang yang selamat dari
dosa-dosa macam ini. Dari mereka ada yang bertaubat dari melakukan yang
syubhat. Dan orang yang menjauhi syubhat maka ia telah menyelamatkan agama dan
nama baiknya. Dan diantara mereka ada yang bertaubat dari tindakan-tindakan
yang dimakruhkan. Dan di antara mereka malah ada orang yang melakukan taubat
dari kelalaian yang terjadi dalam hati mereka. Dan dari mereka ada yang
bertaubat karena mereka berdiam diri pada maqam yang rendah dan tidak berusaha
untuk mencapai maqam yang lebih tinggi lagi.Taubat orang awam tidak sama dengan taubat kalangan khawas, juga tidak sama dengan taubat kalangan khawas yang lebih tinggi lagi. Oleh karena itu ada yang mengatakan: "Kebaikan kalangan abrar adalah kesalahan orang-orang kalangan muqarrabin!" Namun, dalam ayat itu, semua mereka diperintahkan untuk melakukan taubat, agar mereka selamat.
Pengarang kitab Al Qamus memberikan komentar atas ayat ini dalam kitabnya (Al Bashair): Ayat ini terdapat dalam kelompok surah Madaniyyahh . Allah tujukan kepada kaum yang beriman dan kepada makhluk-makhluk-Nya yang baik, agar mereka bertaubat kepada-Nya, setelah mereka beriman, sabar, hijrah dan berjihad. Kemudian mengaitkan keberuntungan dengan taubat "agar kalian beruntung". Yaitu mengaitkan antara sebab dengan yang disebabkan. Dan menggunakan dengan 'adat' "la'alla" untuk memberikan pengertian pengharapan. Yaitu jika kalian bertaubat maka kalian diharapkan akan mendapatkan keberuntungan, dan hanya orang yang bertaubat yang berhak mengharapkan keberuntungan itu.
Sebagian ulama suluk berkata: Taubat adalah wajib bagi seluruh manusia, hingga bagi para nabi dan wali-wali sekalipun. Dan janganlah engkau duga bahwa taubat hanya khusus untuk Adam a.s. saja. Allah SWT befirman:
"Dan durhakalah
Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia, kemudian Tuhannya memilihnya maka Dia
menerima taubatnya dam memberinya petunjuk" (QS. Thahaa: 121-122).
Namun ia adalah hukum yang azali
dan tertulis bagi umat manusia sehingga tidak mungkin dapat diterima sebaliknya.
Selama sunnah-sunnah (ketentuan) Ilahi belum tergantikan. Maka kembali --yaitu
dengan bertaubat-- kepada Allah SWT bagi setiap manusia adalah amat urgen, baik
ia seorang Nabi atau orang yang berperangai seperti babi, juga bagi wali atau
si pencuri. Abu Tamam berkata:
"Jangan
engkau sangka hanya Hindun yang berhianat, itu adalah dorongan peribadi dan
setiap orang dapat berlaku seperti Hindun!
Perkataan itu didukung oleh
hadits:"Seluruh kalian adalah pembuat salah dan dosa, dan orang yang berdosa yang paling baik adalah mereka yang sering bertaubat". Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dan lainnya dari Anas. Juga taubat itu adalah wajib bagi seluruh manusia. Ia wajib dalam seluruh kondisi dan secara terus menerus. Pengertian itu dipetik dari dalil yang umum, Allah SWT berfirman: " dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah". Karena manusia tidak mungkin terbebaskan dari dosa yang diperbuat oleh anggota tubuhnya. Hingga para nabi dan orang-orang yang saleh sekalipun. Dalam Al Quran dan hadits disebutkan tentang dosa-dosa mereka, serta taubat dan tangisan sesal mereka.
Jika suatu saat orang terbebas dari maksiat yang dilakukan oleh tubuhnya, maka ia tidak dapat terlepas dari keinginan berbuat maksiat dalam hatinya. Dan jikapun tidak ada keinginan itu, dapat pula ia merasakan was-was yang ditiupkan oleh syaitan sehingga ia lupa dari dzikir kepada Allah SWT. Dan jika tidak, dapat pula ia mengalami kelalaian dan kurang dalam mencapai ilmu tentang Allah SWT, sifat-sifat-Nya serta perbuatan-perbuatan-Nya. Semua itu adalah kekurangan dan masing-masing mempunyai sebabnya. Dan membiarkan sebab-sebab itu dengan menyibukkan diri dengan pekerjaan yang berlawanan berarti mengembalikan diri ke tingkatannya yang rendah. Dan manusia berbeda-beda dalam kadar kekurangannya, bukan dalam kondisi asal mereka (Lihat: Syarh Ainul Ilmi wa Zainul Hilm, juz 1 hal. 175. Kitab ini adalah mukhtasar (ringkasan) kitab Ihya Ulumuddin).
Orang yang tidak Bertaubat adalah Orang yang Zhalim
Allah SWT berfirman:
"Hai
orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain
(karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang
mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita -wanita (mengolok-olokkan)
wanita-wanita yang lain (karena) boleh Jadi wanita (yang diperolok-olokkan)
lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela
dirimu sendiri dan kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.
Seburuk-buruk pangggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang
siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim."
(QS .Al Hujurat: 11)
Setelah Allah SWT melarang kaum
mu'minin untuk mencela seorang muslim --baik ia laki-laki atau perempuan--
serta mengejeknya dengan ucapan yang menyakitkan atau membuatnya susah; dan
al-Quran menganggap orang yang mengejek sesama muslim sebagai orang yang
mengejek dirinya sendiri, karena kaum muslimin adalah seperti satu tubuh;
Al-Quran juga melarang untuk saling panggil memanggil dengan panggilan yang
buruk yang tidak disenangi orang. Perbuatan itu semua akan memindahkan manusia
dari derajat keimanan ke derajat kefasikan. Dari seorang mu'min menjadi seorang
fasik, dan nama yang paling buruk setelah keimanan adalah kefasikan itu.Kemudian Allah SWT berfirman:
"Dan barang
siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim".
Ini adalah dalil akan kewajiban bertaubat. Karena jika ia tidak bertaubat maka
ia akan menjadi orang-orang zhalim. Dan orang-orang yang zhalim tidak akan
beruntung.
"Sesungguhnya orang-orang yang
zalim tidak akan beruntung." (QS. Yusuf: 23)Juga tidak dicintai Allah SWT:
"Dan Allah
tidak menyukai orang-orang yang zalim."( QS. Ali 'Imran: 57).
Serta mereka tidak mendapatkan
petunjuk dari Allah SWT:
"Sesungguhnya
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim." (QS. Al
Maidah: 51).
Dan mereka juga tidak selamat
dari api neraka:
"Dan tidak
ada seorangpun daripadamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi
Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami menyelamatkan
orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka
dalam keadaan berlutut." (QS. Maryam: 71-72.).
Ayat-ayat yang lain:Di antara ayata-yat Al Quran yang mengajak kepada taubat dan menganjurkannya, serta menjelaskan keutamaannya dan buahnya adalah firman Allah SWT:
"Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan
diri." (QS. Al Baqarah: 222).
Mengajak Kaum Musyrikin dan Kaum Kafir untuk Bertaubat
Di antara ayat-ayat Al Quran ada yang mengajak kaum musyrikin untuk bertaubat, serta membukan pintu bagi mereka untuk bergabung dalam masyarakat muslim, serta menjadi saudara seiman mereka. Seperti firman Allah SWT dalam surah at-Taubah setelah memerintahkan untuk memerangi kaum musyrikin yang melanggar perjanjian damai:
"Jika mereka
bertaubat dan mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan
kepada mereka untuk berjalan sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang." (QS. at-Taubah: 5).
"Jika mereka bertaubat, mendirikan
shalat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu
seagama." (QS. At-Taubah: 11)Al Quran juga mengajak orang-orang Kristen untuk bertaubat dari perkataan mereka tentang ketuhanan al Masih atau ia sebagai satu dari tiga oknum tuhan! Sedangkan ia sebetulnya hanyalah seorang hamba Allah. Dan baginya telah terjadi apa yang terjadi bagi manusia biasa. Serta Al Quran mengajak untuk menyembah Allah SWT saja.
Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya
telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah al
Masih putera Maryam", padahal al-Masih (sendiri) berkata: "Hai bani
Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu" Sesungguhnya orang yang
mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya
surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu
seorang penolongpun. Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "
bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada
Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan yang Esa. Jika mereka tidak berhenti
dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka
akan ditimpa siksaan yang pedih. Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepada
Allah dan memohon ampun kepadaNya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang." (QS. Al Maidah: 72-74 ).
Bahkan Allah SWT Yang Maha
Pemurah juga membuka pintu taubat bagi orang-orang kafir yang telah demikian
keji menyiksa kaum mu'mimin dan mu' minat, serta telah melemparkan kaum
mu'minin itu ke dalam api yang panas:
"Yang berapi
(dinyalakan dengan) kayu bakar. Ketika mereka duduk di sekitarnya. Sedang
mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang beriman."
(QS. al Buruj: 5-7.)
Allah SWT berfirman setelah
menyebutkan kisah mereka itu, bahwa mereka membenci kaum mu'minin itu semata
karena kaum mu'minin beriman kepada Allah SWT semata.Allah SWT befirman:
"Sesungguhnya
orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mu'min laki-laki
dan perempuan kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab jahannam
dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar." (QS. al Buruuj: 10).
Hasan al Bashri mengomentari ayat
ini: "lihatlah kedermawanan dan kemurahan Allah SWT ini: mereka membunuh
para wali-Nya, dan Dia kemudian mengajak mereka itu untuk bertaubat dan meminta
ampun kepada-Nya!."Hingga kemurtadan --yaitu orang yang kafir setelah iman- taubat mereka masih dapat diterima. Allah SWT berfirman:
"Bagaimana
Allah akan menunjuki suatu kaum yang kafir sesudah mereka beriman, serta mereka
telah mengakui bahwa Rasul itu (Muhammad) benar-benar rasul, dan
keterangan-keteranganpun telah datang kepada mereka? Allah tidak menunjukki
orang-orang yang zalim. Mereka itu balasannya ialah: Bahwasanya la'nat Allah
ditimpakan kepada mereka, (demikian pula) la'nat para malaikat dan manusia
seluruhnya. Mereka kekal di dalamnya, tidak diringankan siksa dari mereka, dan
tidak (pula) mereka diberi tangguh, kecuali orang-orang yang taubat, sesudah
(kafir) itu dan mengadakan perbaikan. Karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang." (QS. Ali Imran: 86-89.)
Taubat dari Kemunafikan
Yaitu mereka yang berkata:
"Kami
beriman kepada Allah dan hari kemudian, padahal mereka itu sesungguhnya bukan
orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang
beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sabar.
Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya." (QS. al
Baqarah: 8-10).
Taubat dari kemunafikan ini
adalah tidak sekadar mengungkapkan dan memberitahukan keisalamannya. Karena
sebelumnya ia memang telah Islam. Namun, yang patut ia lakukan adalah agar ia
bersifat dengan empat sifat yang disebutkan dalam surah an-Nisa. Setelah Al
Quran membongkar sifat asli mereka, dan apa yang tersembunyi dalam diri mereka:
yaitu mereka memberikan loyalitas mereka kepada kaum kafirin, bukan kaum
mu'minin, serta mereka mencari kemuliaan dari kaum kafirin itu:
"Kabarkanlah
kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapatkan siksaan yang pedih,
(yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman
penolong dengan meninggalkan orang-orang mu'min. Apakah mereka mencari kekuatan
di samping orang-orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan
Allah." (QS. an-Nisa: 138-139).
Serta mereka selalu mencari
kelengahan kaum mu'minin, dan berada di tengah-tengah antara kaum kaum mu'minin
dan kaum kafirin untuk mencari keuntungan.
"(Yaitu)
orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu (hai
orang-orang mu'min). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah mereka
berkata: "Bukankah kami (turut berperang) beserta kamu?" dan jika
orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan) mereka berkata: 'Bukankah
kami turut memenangkanmu, dan membela kamu dari orang-orang mukmin?" maka
Allah akan memberi keputusan di antara kamu di hari kiamat dan Allah
sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan
orang-orang yang beriman." (QS. an-Nisa: 141).
Juga dari tindakan mereka
mempermainkan dan menipu Allah dan Rasul-Nya, dan mereka malas menjalankan
kewajiban-kewajiban agama dan lalai dari berdzikir kepada Allah SWT:
"Sesungguhnya
orang-orang munafik itu menipu Allah dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan
apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka
bermaksud riya (dengan Shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut
Allah kecuali sedikit sekali. Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang
demikian (iman atau kafir): tidak masuk kepada golongan ini (orang-orang
beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir). Barangsiapa
yang disesatkan Allah , maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk
memberi petunjuk) baginya." (QS. an-Nisa: 142-143).
Setelah Allah SWT membongkar
sifat-sifat orang-orang munafik, namun Allah SWT tidak menutup pintu bagi
mereka. Namun malah membukakan pintu taubat dengan syarat-syaratnya. Seperti
firman Allah SWT:
"Sesungguhnya
orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari
neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi
mereka. Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang
teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena
Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang beriman dan kelak Allah akan
memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar."( QS.
An-Nisa: 145-146.)
Di antara tanda-tanda sempurnanya
taubat mereka adalah mereka memperbaiki apa yang dirusak oleh sifat munafik
mereka. Serta agar mereka hanya berpegang pada Allah SWT saja bukan kepada
manusia. Dan dengan ikhlas beribadah kepada Allah SWT, hingga Allah SWT
mengikhlaskan mereka untuk agama-Nya. Dengan itu, mereka bergabung ke dalam
barisan kaum mu'minin yang jujur.Dalam surah lain, Allah SWT berfirman:
"Mereka
(orang-orang munafik itu) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa mereka tidak
mengatakan (sesuatu yang menyakitimu). Sesungguhnya mereka telah mengucapkan
perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir setelah Islam, dan mengingini apa
yang mereka tidak dapat mencapainya; dan mereka tidak mencela (Allah dan
Rasul-Nya), kecuali karena Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya
kepada mereka. Maka jika mereka bertaubat, itu adalah lebih baik bagi mereka,
dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengazab mereka dengan azab yang
pedih di dunia dan di akhirat; dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pelindung
dan tidak (pula) penolong di muka bumi." (QS.at-Taubah: 74)
Taubat dari Dosa-dosa Besar
Sebagaimana Al Quran menyebutkan taubat dari kemusyrikan dan kemunafikan, Allah SWT juga menyebutkan taubat dari dosa-dosa besar. Seperti membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah SWT kecuali dengan haknya. Juga zina yang Allah SWT cap sebagai jalan yang buruk dan kotor. Dan al Quran menggolongkan kedua perbuatan dosa besar ini dalam kelompok dosa yang paling besar setelah syirik. Allah SWT berfirman tentang sifat ibadurrahman.
"Dan
orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh
jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar,
dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia
mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya
pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina,
kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal shaleh; maka
kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. al Furqan: 68-70)
Tampak banyak ayat-ayat berbicara
tentang iman setelah taubat, dan menyambung antara keduanya. Seperti terdapat
dalam ayat ini. Firman Allah SWT:
"Adapun
orang yang bertaubat dan beriman, serta mengerjakan amal yang saleh, semoga dia
termasuk orang-orang yang beruntung." (QS. al Qashash: 67). Serta firman
Allah SWT setelah menyebutkan beberapa Rasul-Nya dan nabi-nabi-Nya serta para
pengikut mereka yang saleh, yang apabila dibacakan kepada mereka ayat Al Quran
mereka segera tunduk sujud dan menangis. Kemudian Allah SWT berfirman:
"Maka datanglah sesudah
mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan
hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan. Kecuali orang yang
bertaubat, beriman dan beramal saleh, maka mereka itu akan masuk surga dan
tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun." (QS. Maryam: 59-60)Dan seperti dalam firman Allah SWT:
"Dan
sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat , beriman , beramal
saleh, kemudian tetap di jalan yang benar." (QS. Thahaa: 82)
Apa rahasia penggabungan ini,
yaitu pengggabungan antara iman dengan taubat? Yang dapat aku tangkap, keimanan
akan mengalami kerusakan ketika seseorang melakukan dosa besar. Hingga sebagian
hadits menafikan keimanan itu dari orang-orang yang melakukan dosa besar ketika
mereka melakukannya. Seperti dalam hadits Bukari Muslim dari Nabi Saw beliau
bersabda:
"Tidaklah
berzina orang yang berzina dan saat itu ia mu'min, dan tidak meminum khamar
orang yang meminumnya dan saat itu ia mu'min, dan tidak pula mencuri orang yang
mencuri dan saat itu ia mu'min".
Oleh karena itu, taubat adalah
reparasi dan penyembuhan bagi keimanan yang mengalami kerusakan itu.Taubat dari Menyembunyikan Kebenaran
Di antara dosa yang besar, yang ditunjukkan dan anjurkan al Quran agar kita segera bertaubat darinya adalah: dosa menyembunyikan kebenaran serta tidak menjelaskannya kepada manusia. Ini adalah dosa para ahli ilmu pengetahuan yang mempunyai kewajiban utnuk menyampaikan risalah-risalah Allah SWT, dan menjelaskan hukum Allah SWT kepada mereka. Serta mengatakan kebenaran, serta tidak menyembunyikannya, tidak seperti tindakan ahli kitab yang mendapatkan kecaman dari Allah SWT dalam firman-Nya:
"Dan
(ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi
kitab (yaitu): "Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia,
dan jangan kamu menyembunyikannya," lalu mereka melemparkan janji itu ke
belakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit.
Amatlah buruk tukaran yang mereka terima." (QS. Ali Imran: 187).
Karena mereka menyembunyikan
berita gembira akan datangnya Muhammad Saw yang terdapat dalam kitab-kitab
mereka, serta mereka merubah dan menggantinya, karena semata kepentingan dunia,
yang dinamakan oleh Allah SWT sebagai "harga yang murah". Seperti
firman Allah SWT:
"Katakanlah:
"Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk
orang-orang yang bertakwa." (QS. an-Nisa: 77).
Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya
orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu al Kitab
dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak
memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api, dan Allah tidak akan
berbicara kepada mereka pada hari kiamat dan tidak akan mensucikan mereka dan
bagi mereka siksa yang amat pedih. Mereka itulah orang-orang yang membeli
kesesatan dengan petunjuk dan siksa dengan ampunan. Maka alangkah beraninya
mereka menentang api neraka!." (QS. al Baqarah: 174-175)
Lihatlah ancaman yang besar ini
terhadap orang-orang yang menyembunyikan itu, yang mengandung ancaman material:
"mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya
melainkan api ", serta maknawi: "dan Allah tidak akan berbicara
kepada mereka pada hari kiamat dan tidak akan mensucikan mereka ", dan
mereka mengalami kerugian dalam transaksi mereka: "Mereka itulah
orang-orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk dan siksa dengan ampunan
". Itu semua semata karena mereka menyesatkan hamba-hamba Allah dengan
menyembunyikan persaksian mereka akan kebenaran:
"Dan
siapakah yang lebih zhalim daripada orang yang menyembunyikan syahadah dari
Allah yang ada padanya?." (QS. Al Baqarah 140)
Oleh karena itu taubat amat
diperintahkan secara kuat dari mereka semua, sehingga mereka selamat dari azab
ini, serta dari laknat Allah SWT dan sekalian orang yang melaknat. Allah SWT
berfirman:
"Sesungguhnya
orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa
keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya
kepada manusia dalam al Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula)
oleh semua (mahluk) yang dapat melaknati, kecuali mereka yang telah taubat dan
mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itu Aku
menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Menerima taubat lagi Maha
Penyayang." (QS. al Baqarah: 159-160)
Agar taubat mereka diterima,
disyaratkan agar: mereka memperbaiki apa yang mereka telah rusak, dan
menjelaskan apa yang mereka sembunyikan.Jika ini adalah dosa orang yang menyembunyikan kebenaran, maka dapat dibayangkan apa dosa orang yang "mendistorsi kebenaran" itu, serta menampakkan kebenaran itu seakan suatu yang bathil, sehingga manusia tidak memilihnya. Sementara mereka menghias kebathilan, dengan lidah dan tulisan mereka, sehingga manusia memilihnya? Tak diragukan lagi, dosa mereka lebih besar, dan kesalahan mereka lebih berbahaya. Dalam masalah ini banyak tergelincir penulis, pengarang, jurnalis, kalangan pers, seniman, para ahli pidato dan semacamnya. Yaitu mereka yang menciptakan opini publik serta menggerakkan kecenderungan mereka.
Taubat mereka tidak sah hanya dengan sekadar menyesal. Namun mereka harus memperbaiki dan menjelaskannya kepada orang banyak. Karena mereka telah banyak merusak akal dan dhamir banyak manusia, serta menyesatkannya. Mereka harus melenyapkan atau menarik peredaran faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan itu, baik berupa buku, kaset, atau film dengan segala cara. Dan jika mereka tidak mampu maka mereka harus menjelaskan kepada khalayak melalui koran atau media lainnya. Dan mereka harus menjelaskan dengan gamblang sikap mereka yang baru dan kembalinya dia dari sikap dan tindakannya sebelumnya, dengan berani dan yakin (Seperti yang dilakukan oleh Dr. Mushthafa Mahmud, Khalid Muhammad Khalid, dan yang lainnya yang diberikan petunjuk oleh Allah SWT ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar