Taubat dalam Sunnah Nabi Saw.
Dalam sunnah Nabi Saw, kita banyak menemukan hadits-hadits yang mengajak kita untuk bertaubat, menjelaskan keutamaannya, dan mendorong untuk melakukannya dengan berbagai cara. Hingga Rasulullah Saw bersabda:
"Wahai
sekalian manusia, bertaubatlah kepada Allah SWT, karena sesungguhnya aku
bertaubat kepada Allah SWT dalam satu hari sebanyak seratus kali". (Hadits
diriwayatkan oleh Muslim dari Al Aghar al Muzni.)
Aku cukupkan dengan menyebut
beberapa hadits yang disebutkan oleh hafizh al Mundziri dalam kitabnya
"at-Targhib wa Tarhib", dan aku sebutkan hadits-hadits yang paling
penting dari hadits-hadits itu dalam kitabku: "al Muntaqa min at Targhib
wa Tarhib".Dari Abi Musa r.a. diriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda:
"Sesungguhnya
Allah SWT membuka "tangan"-Nya pada malam hari untuk memberikan
ampunan kepada orang yang melakukan dosa pada siang hari, dan membuka
"tangan"-Nya pada siang hari, untuk memberikan ampunan kepada orang
yang melakukan dosa pada malam hari, (terus berlangsung demikian) hingga
(datang masanya) matahari terbit dari Barat (kiamat)". Hadits diriwayatkan
oleh an-Nasaai.
Dari Abi Hurairah r.a. bahwa
Rasulullah Saw bersabda:
"Jika kalian
melakukan dosa hingga dosa kalian sampai ke matahari, kemudian kalian
bertaubat, niscaya Allah SWT akan mengampuni kalian". Hadits diriwayatkan
oleh Ibnu Majah dengan sanad yang baik. (Hadits diriwayatkan oleh Ibnu Majah
dalam kitab Az Zuhd (4248), dan dalam kitab az Zawaid diterangkan: ini adalah
isnad hasan.).
Dari Jabir r.a. ia berkata: Aku
mendengar Rasulullah Saw bersabda:
"Di antara
kebahagiaan manusia adalah, panjang usianya, dan Allah SWT memberikan rezeki
taubat kepadanya".
Hadits ini diriwayatkan oleh Al
Hakim. Dan ia berkata: isnad hadits ini sahih. (Penilaian Al Hakim ini
disetujui oleh Adz Dzahabi (4/240) dan Al Haitsami menyebutkan sebagian hadits
ini dan berkata: Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dan Al Bazzar, dan sanadnya
adalah hasan (10/203).).Dari Abi Sa'id al Khudri r.a. dari Nabi Saw beliau bersabda:
"Perumpamaan
orang mu'min dan iman adalah seperti kuda dalam kandang (ikatan) nya, ia berjalan
sebentar ke luar untuk kemudian kembali ke kandang (ikatan) nya . Dan seorang
mu'min dapat lalai dan melakukan kesalahan namun kemudian ia kembali kepada
keimanannya. Maka berikan makanan kalian kepada kaum yang bertakwa, dan kaum
mu'minin yang baik". Hadits diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam sahihnya.
(Yaitu dalam al Mawaarid (2451), dan diriwayatkan pula oleh Ahmad dan Abu Ya'la
seperti dikatakan oleh al Haitsami, dan para periwayatnya adalah sahih, selain
Abi Sulaiman al Laitsi, dan Abdullah bin al Walid at Tamimi, keduanya adalah
tsiqat (10/201).).
Dari Anas r.a. bahwa Nabi Saw
bersabda:
"Seluruh
anak Adam adalah cenderung berbuat salah, dan paling baik orang yang berbuat
salah adalah mereka yang bertaubat". Hadits diriwayatkan oleh Tirmizi, Ibnu
Majah, dan Hakim. Seluruhnya dari riwayat Ali bin as'adah.(Ibnu Hajar berkata
tentangnya dalam kitab at Taqrib: ia Shaduq dan mempunyai sedikit kelemahan
(awham)).
Tirmizi berkata: hadits ini
gharib, kami hanya medapatkannya dari Ali bin Mas'adah dari Qatadah. Al Hakim
berkata: Isnadnya sahih. (Hadits riwayatkan oleh Tirmidzi dalam kitab Shifaat
al Qiyaamah (1, 25) dan Ibnu Majah dalam kitab az Zuhd (4252), dan al Hakim
(4/244). Adz Dzahabi berkata: Ali adalah layyin (agak lemah), dan Ibnu Al
Qaththan mendukung al Hakim seperti terdapat dalam kitab Al Faidh (5/17). Dan
dinilai hasan oleh Al Albani dalam kitab Sahih Jami' Shagir (5415).).Dari Abi Hurairah r.a. bahwa ia mendengar Rasulullah Saw bersabda:
"Seorang
hamba melakukan dosa, dan berdo'a: 'Ya Tuhanku, aku telah melakukan dosa maka
ampunilah aku'. Tuhannya berfirman: 'hamba-Ku mengetahui bahwa ia mempunyai
Tuhan yang akan mengampuni dan menghapus dosanya, maka Tuhan-pun
mengampuninya'. Kemudian waktu berjalan dan orang itu tetap seperti itu hingga
masa yang ditentukan Allah SWT, hingga orang itu kembali melakukan dosa yang
lain. Orang itupun kembali berdo'a: 'Ya Tuhanku, aku kembali melakukan dosa,
maka ampunilah dosaku'. Tuhan-nya berfirman: 'Hamba-Ku mengetahui bahwa dia
mempunyai Tuhan Yang mengampuni dan menghapus dosanya', maka Tuhan-pun
mengampuninya. Kemudian ia terus dalam keadaan demikian hingga masa yang
ditentukan Allah SWT, hingga akhirnya ia kembali melakukan dosa. Dan ia
berdo'a: 'Ya Tuhanku, aku telah melakukan dosa, maka ampunilah daku'. Tuhan-nya
berfirman: 'Hamba-Ku mengetahui bahwa ia mempunyai Tuhan Yang mengampuni dan
menghapus dosanya'. Maka Tuhannya berfirman: 'Aku telah berikan ampunan kepada
hamba-Ku, dan silahkan ia melakukan apa yang ia mau". Hadits diriwayatkan
oleh Bukhari dan Muslim.
Redaksi: 'falya'mal ma syaa'
"silakan ia melakukan apa yang ia mau" maknanya adalah --wallahu
a'lam--: selama dia melakukan dosa dan beristighfar kemudian diampuni, dan ia
tidak melakukan dosa itu lagi. Dengan dalil redaksi: "kemudian ia melakukan
dosa lagi" maka ia dapat melakukannya lagi jika itu merupakan perangainya,
sesuai kemauannya. Karena ia, setiap kali ia melakukan suatu dosa maka taubat
dan istihgfarnya menjadi penghapus dosanya itu, dan ia tidak mendapatkan
celaka. Tidak karena ia melakukan suatu dosa, kemudian ia beristighfar dari
dosanya itu dengan tanpa berusaha membebaskan dirinya dari kebiasan buruknya
itu, karena itu adalah taubat orang yang suka bohong.Telah disebutkan sebelumnya, Rasulullah Saw bersabda:
"Sesungguhnya
seorang hamba, jika ia melakukan dosa maka terdapat bintik hitam dalam hatinya,
dan jika ia bertaubat dan meninggalkan perbuatan dosa itu serta beristighfar,
maka hatinya kembali dibersihkan".
Dari Ibnu Abbas r.a. ia berkata:
kaum Quraisy berkata kepada Rasulullah Saw: "Berdoalah kepada Rabbmu agar
bukit Shafa dijadikan emas bagi kami, dan jika ia telah berhahasil menjadi
emas, kami akan mengikutimu". Maka Rasulullah Saw berdoa kepada Rabbnya
dan Jibril a.s. datang dan berkata: "Rabbmu mengucapkan salam kepada engkau.
Dan berfirman kepada engkau: Jika engkau mau maka dapat Aku jadikan emas bukit
Shafa itu bagi mereka, namun jika kemudian dari mereka itu (kaum kafir Quraisy)
ada yang kafir, maka Aku akan azab dia dengan azab yang tidak pernah aku
timpakan kepada seorangpun di dunia. Dan jika engkau mau, Aku buka bagi mereka
pintu taubat dan rahmah". Rasulullah Saw bersabda: "(aku ingin
dibukakan) Pintu taubat dan rahmat saja". Hadits diriwayatkan oleh
Thabrani, dan para perawinya adalah sahih. (Dan sejenisnya disebutkan oleh Al
Haitsami (10/196) seperti diriwayatkan oleh Al Hakim. Dan ia berkata: Isnadnya
sahih, dan itu setujui oleh Adz Dzahabi (4/240).).Dari Abdullah bin Umar r.a. dari Nabi Saw bersabda:
"Sesungguhnya
Allah SWT akan menerima taubat seorang hamba selama nafasnya belum sampai di
tenggorokan (sakratul maut)".
Hadits diriwayatkan oleh Ibnu
Majah, dan Tirmizi. Ia berkata: hadits ini hasan. (Hadits diriwayatkan oleh At
Tizmidzi dalam kitab Ad Da'awat (3531) dan Ibnu Majah dalam az Zuhd. Dan ia
menjadikannya dari hadits Abdullah bin Amru. Seperti diriwayatkan oleh al Hakim
juga dan ia mensahihkannya, serta disetujui oleh adz Dzahabi (4/257). Dan Al
Haitsami menyebutkannya dalam kitab Majma' Zawaid sebagian dari hadits itu dari
salah seorang sahabat, dan ia berkata: Hadits ini diriwaytkan oleh Ahmad dan
para perawinya adalah sahih, selain Abdu Rahman (bin al Bailamani) dia adalah
tsiqat (10/197).).Dari Abdullah bin Mas'ud r.a. dari Nabi Saw bersabda:
"Orang yang
bertaubat dari dosa adalah seperti orang yang tidak berdosa". Hadits
diriwayatkan oleh Ibnu Majah, dan Thabrani dan keduanya dari riwayat Abi
Ubaidah bin Abdullah bin Mas'ud dari bapaknya. Dan ia tidak mendengar darinya.
Dan para perawi Thabrani adalah sahih. (Hadits diriwayatkan oleh Ibnu Maad dalam
kitab Al Zuhd (4250) dan Ibnu Hajar menghukumkannya hasan, dengan melihat
hadits-hadits sejenis yang menguatkannya, seperti terdapat dalam kitab Al
Maqhashid, al Faidh, al Kasyf. Dan Al Albani mensahihkannya dalam kitab Sahih
Jami' Shaghir (3008).).
Dan hadits ini diriwayatkan pula
oleh Ibnu Abi Dunya, dan Baihaqi secara marfu' juga dari hadits Ibnu Abbas. Dan
ia menambahkan: "dan orang yang meminta ampunan dari suatu dosa, sementara
ia masih tetap melakukan dosa itu adalah seperti orang yang mengejek Tuhannya".
Tambahan ini diriwayatkan secara mauquf, barangkali ia lebih mirip.Dari Abdullah bin Ma'qal ia berkata; Aku masuk bersama ayahku kepada Abdullah bin Mas'ud r.a. . dan ayahku berkata kepadanya: Aku mendengar Nabi Saw bersabda: "Penyesalan adalah taubat"? (Maksudnya, pokok yang paling utama dalam taubat adalah penyesalan. Seperti terdapat dalam hadits "Hajji adalah Arafah". Maka itu tidak menafikan keharusan adalah tekad dan meninggalkan perbuatan dosa itu untuk mencapai taubat yang sempurna.)
Ia menjawab: benar. Hadits diriwayatkan oleh Al Hakim. Dan ia berkata: isnadnya sahih. (Disepakati oleh Adz Dzahabi (4/243) dan Al Mundziri lupa untuk menisbahkannya kepada Ahmad, seperti kami telah singgung. Syaikh Syakir berkata: Sanadnya sahih. Seperti diriwayatkan oleh Ibnu Majah juga 4252).).
Dari Abi Hurairah r.a. dari Nabi Saw bersabda:
"Demi Dzat
Yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya, jika kalian tidak berbuat dosa niscaya
Allah SWT akan membinasakan kalian dan mendatangkan suatu makhluk lain yang
berbuat dosa, sehingga mereka kemudian meminta ampun kepada Allah SWT dan Allah
SWT mengampuni mereka". (Karena di antara nama Allah SWT adalah "Al
Ghaffaar" --Maha Pemberi ampunan. Maka siapa yang akan memberikan ampunan
jika seluruh hamba-Nya adalah orang-orang yang tidak pernah melakukan dosa?!!
Maka orang yang telah melakukan dosa hendaknya tidak menjadi putus asa, selama
dosa yang ia lakukan itu adalah bukan dosa besar. Karena ampunan Allah SWT
lebih besar dari dosanya itu. Dan Allah SWT berfirman: "Katakanlah:
"Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni
dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Penyampun lagi Maha
Penyayang". (QS. Az-Zumar: 53).). Hadits diriwayatkan oleh Muslim dan
lainnya.
Dari 'Imran bin Hushain r.a.
bahwa seorang wanita dari Juhainah datang kepada Rasulullah Saw, dan wanita itu
sedang hamil karena zina. Kemudian wanita itu berkata kepada beliau: Wahai
Rasulullah Saw aku telah melanggar had, maka jatuhkanlah kepada saya
hukumannya". Kemudian Nabi Saw memanggil keluarganya. Dan bersabda:
"Perlakukanlah
dia dengan baik, dan jika ia telah melahirkan maka bawalah dia kemari".
Keluarganya pun menjalankannya. Kemudian (setelah datang masanya) Rasulullah
Saw memerintahkan untuk menjatuhkan hukum atasnya, dan badannya diikat,
kemudian iapun dirajam. Setelah itu Rasulullah Saw menshalatkan jenazahnya.
Melihat itu Umar bertanya: Wahai Rasulullah Saw apakah baginda menshalatkannya
padahal ia telah berzina? Rasulullah Saw bersabda:
"Ia telah melakukan taubat
yang jika taubat itu dibagi-bagi bagi tujuh puluh penduduk Madinah niscaya
mencukupi mereka, dan apakah engkau dapati yang lebih baik daripada orang yang
datang menyerahkan dirinya kepada Allah SWT?". Hadits diriwayatkan oleh
Muslim.Dari Abi Sa'id al Khudri r.a. bahwa Nabi Saw bersabda:
"Pada jaman
sebelum kalian ada seseorang yang telah membunuh sembilan puluh sembilan
manusia, kemudian ia mencari manusia yang paling alim di muka bumi, dan ia pun
ditunjukkan kepada seorang rahib. Ia mendatangi rahib itu dan bertanya: bahwa
ia telah membunuh sembilan puluh sembilan manusia, maka apakah ia masih dapat
bertaubat?. Sang rahib menjawab: "tidak". Dan orang itupun membunuh
sang rahib, hingga ia melengkapi bilangan seratus orang yang telah ia bunuh.
Kemudian ia kembali menanyakan tentang orang yang paling alim di muka bumi, dan
ia pun ditunjukkan kepada seorang alim, dan ia bertanya: bahwa ia telah
membunuh seratus manusia, maka apakah ia dapat bertaubat? Orang alim itu
menjawab: "ya bisa, siapa yang menghalangi antaranya dengan taubat?
Pergilah engkau ke daerah ini dan ini, karena di sana ada manusia yang
menyembah Allah, maka beribadahlah bersama mereka, dan jangan kembali ke
negerimu lagi; karena ia adalah negeri yang buruk". Orang itu kemudian
berangkat menuju negeri yang ditunjukan itu hingga sampai di tengah perjalanan,
di sana malaikat maut mendatanginya dan mencabut nyawanya. Kemudian malaikat
rahmat dan malaikat azab bertengkar; malaikat rahmah berkata: Orang ini telah
berangkat untuk bertaubat kepada Allah SWT (oleh karena itu ia berhak
mendapatkan rahmah). Sedangkan malikat azab berkata: orang ini tidak pernah
melakukan kebaikan sedikitpun (oleh karena itu ia seharusnya diazab.
Selanjutnya, datang malaikat dalam bentuk seorang manusia, dan berkata kepada
keduanya: Ukurlah antara dua negeri itu (antara tempat asalnya dan tempat
tujuannya), tempat mana yang lebih dekat orang itu, maka orang itu dimasukkan
dalam kelompok itu. Malaikat pun mengukurnya dan mendapati orang itu lebih
dekat ke tempat yang ditujunya (tempat orang saleh), maka orag itupun dicabut
oleh malaikat rahmah".
Dalam satu riwayat:
"Maka
diketahui orang itu lebih dekat ke negeri yang saleh sekadar satu jengkal,
sehingga iapun dimasukkan dalam golongan orang saleh itu".
dalam riwayat lain:
"Allah SWT
memerintahkan kepada negeri yang buruk itu untuk menjauh dan kepada negeri yang
saleh untuk mendekat. Kemudian memerintahkan kepada malaikat: Ukurlah antara
keduanya, dan para malaikut mendapati orang itu lebih dekat ke negeri yang
saleh sekadar satu hasta, maka Allah SWT mengampuni orang itu".
Dalam riwayat lainnya: Qatadah
berkata: Hasan berkata: Diceritakan kepada kami bahwa ketika beliau didatangi
malaikat pencabut nyawa ia menyodorkan dadanya kepadanya". Diriwayatkan
oleh Bukhari, Muslim dan Ibnu Majah dengan sejenisnya.Dari Abi Hurairah r.a. bahwa Rasulullah Saw bersabda:
"Allah SWT
berfirman: " Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku
akan bersamanya ketika ia berdzikir kepada-Ku, dan Allah SWT lebih senang
dengan taubat seorang manusia dari pada seorang kalian yang menemukan kembali
perbekalannya di padang tandus. Barangsiapa yang mendekat kepada-Ku satu hasta
maka Aku akan mendekat kepadanya satu lengan, dan barang siapa mendekat
kepada-Ku satu lengan maka Aku akan mendekat kepadanya dua lengan, dan jika ia
menghadap kepada-Ku dengan berjalan maka Aku akan menemuinya dengan
berlari". Hadits diriwayatkan oleh Muslim, dan lafazhnya darinya, juga
Bukhari dengan lafazh yang sama.
Dari Syuraih --yaitu Ibnu
Harits-- ia berkata: Aku mendengar seorang laki-laki dari sahabat Rasulullah
Saw berkata: Rasulullah Saw bersabda:
"Allah SWT
berfirman: Wahai anak Adam, bangunlah kepada-Ku niscaya aku akan berjalan
kepadamu, dan berjalanlah kepada-Ku niscaya Aku datang kepadam dengan
berlari". hadits diriwayatkan oleh Ahmad dengan sanadnya yang sahih. (Dan
al Haitsami berkata: Diriwayatkan oleh Ahmad dan para perawinya adalah sahih,
kecuali Syuraih bin Harits, ia adalah tsiqat (10/196, 197).).
Dari Anas bin Malik r.a. ia
berkata: Rasulullah Saw bersabda: "Allah SWT lebih berbahagia mendapati
hamba-Nya bertaubat dari seorang yang tiba-tiba menemukan kendaraannya kembali
setelah hilang di padang pasir", hadits diriwayatkan oleh Bukhari dan
Muslim. Keduanya juga meriwayatkannay dari Ibnu Mas'ud dengan redaksi yang
lebih luas dari itu. Dan akan disebutkan pada waktunya nanti.Dari Abi Dzar r.a. ia berkata; Rasulullah Saw bersabda:
"Barangsiapa
yang melakukan kebaikan pada masa usianya yang tersisa maka ia akan diampuni
akan dosa-dosanya yang telah lalu, dan barangsiapa yang berbuat buruk pada masa
usianya yang tersisa maka ia akan dipertanyakan akan dosa yang telah lalu dan
dosa pada usianya yang tersisa". Hadits diriwayatkan oleh Thabrani denagn
sanad hasan. (Seperti itu pula al Haitsami berkata: (10/202).).
Dari 'Uqbah bin 'Amir ia berkata:
Rasulullah Saw bersabda:
"Sesungguhnya
perumpamaan orang yang mengerjakan keburukan dan kemudian melakukan kebaikan
adalah seperti orang yang mengenakan pakaian besi yang telah menjepitnya,
kemudian ia melakukan kebaikan dan pakaian besi itupun membuka satu sisinya,
dan ketika ia melakukan kebaikan yang lain baju besi itupun makin mengendur
hingga akhirnya ia dapat keluar darinya". Hadits diriwayatkan oleh Ahmad,
dan Thabrani dengan dua sanad, dan salah satu sanadnya adalah sahih. (Dan al
Haitsami berkata: Hadits diriwayatkan oleh Ahmad dan Thabrani. Dan satu sanad
Thabrani para perawinya adalah sahih (10/201, 202).).
Dari Abi Huraira r.a. ia berkata:
bahwa seorang laki-laki mencium seorang wanita, dalam riwayat lain disebutkan:
seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Saw dan berkata: Wahai Rasulullah
Saw, aku mengobati seorang wanita di ujung kota, dan aku menyentuh bagian dari
tubuh yang seharusnya tidak perlu aku sentuh [dalam pengobatan] (Perkataannya:
"menyentuh bagian dari tubuh yang seharusnya tidak perlu aku sentuh (dalam
pengobatan)" maksudnya adalah melakukan perbuatan selain bersetubuh.),
saya mengakui perbuatan saya, maka berikanlah hukuman kepada saya sesuai
kehendak Rasulullah Saw". Umar berkata: Allah SWT akan menutupi
perbuatanmu jika kamu menutupinya. Ia berkata: Dan Nabi Saw tidak mengatakan
apa-apa kepadanya. Kemudian orang itu bangkit dan berjalan. Dan kemudian
Rasulullah Saw mengutus seseorang untuk memanggilnya kembali dan membacakan
ayat ini:
"Dan
dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada
bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik
itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi
orang-orang yang ingat" (QS. Hud: 114.).
Seorang laki-laki dari yang hadir
berkata: Wahai Nabi Allah, apakah itu hanya khusus baginya? Rasulullah Saw
bersabda: "Namun bagi seluruh manusia". Hadits diriwayatkan oleh
Muslim dan lainnya.
Dari Abi Thawil
Syathbul Mamdud bahwa ia mendatangi Nabi Saw dan bertanya: Apakah orang yang
telah melakukan segala dosa seluruhnya, dan tidak ada suatu dosa apapun yang
tidak pernah dilewatkannya, baik dosa yang kecil maupun yang besar telah ia
lakukan, apakah ia masih terbuka taubat baginya?" Rasulullah Saw bersabda:
"Apakah engkau telah masuk Islam?". sedangkan saya, maka aku bersaksi
bahwa tidak ada tuhan selain Allah, dan bahwa engkau adalah Rasulullah
Saw". Rasulullah Saw bersabda: " Lakukanlah kebaikan, dan
tinggalkanlah seluruh keburukan, niscaya Allah SWT akan menjadikan itu semua
sebagai kebaikan". Orang itu kembali bertanya: "Apakah itu termasuk
dengan perbuatan-perbuatan burukku yang lalu?". Rasulullah Saw menjawab:
"Ya". Orang itu mengucapkan: Allah Akbar!, dan ia terus bertakbir
(sambil berjalan) hingga tubuhnya tidak terlihat oleh kami. Hadits diriwayatkan
oleh Al Bazzar, dan Thabrani, dan lafazh hadits itu adalah riwayatnya. Dan
isnadnya adalah jayyid dan kuat. (Al Haitsami berkata: (10/202) hadits ini
diriwayatkan oleh Thabrani dan Al Bazzar dengan riwayat yang sama. Dan para
perawi Bazzar adalah sahih, selain Muhammad bi
Harun Abi
Nasyith, dia adalah tsiqat.).
Apakah Taubat Wajib Dilakukan dari Dosa-dosa Kecil?
Allamah Ibnu Rajab al Hambali dalam kitabnya "Jaami'ul 'uluum wal hikam" melontarkan pertanyaan yang penting tentang dosa-dosa kecil. Apakah wajib taubat atasnya seperti atas dosa-dosa besar? Karena ia didapati terhapuskan secara otomatis dengan melakukan taubat atas dosa-dosa besar: sesuai firman Allah SWT:
"Jika kamu
menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya,
niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami
masukkan kamu ke dalam tempat yang mulia (surga). (an-Nisa: 31.)
Ia berkata: tentang ini masih
diperdebatkan.Di antara mereka ada yang mewajibkan taubat dari dosa itu. Ini adalah pendapat sahabat-sahabat kami dan lainnya dari para fukaha, ulama kalam dan lainnya.
Karena Allah SWT memerintahkan untuk bertaubat setelah menyebut dosa-dosa kecil dan besar. Allah SWT berifirman:
"Katakanlah
kepada orang laki-laki yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka sesungguhnya
Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita yang
beriman: hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya dan
janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang (biasa) nampak dari
padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah
menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau
ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka,
atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara laki-lai
mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam ,
atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak
memiliki keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang
aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan
yagn mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai
orang-orang yang berima supaya kamu beruntung." (an-Nur: 30-31)
Allah SWT memerintahkan untuk
bertaubat dari dosa-dosa kecil secara khusus dalam firman-Nya:
"Hai
orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain
(karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang
mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-mengolokkan)
wanita-wanita yang lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang
diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah
kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan
gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk pangilan ialah (panggilan) yang buruk
sesudah iman dan barangsiapa yang tidak taubat, maka mereka itulah orang-orang
yang zalim." (al Hujurat: 11).
Di antara manusia ada yang tidak
mewajibkan taubat dari dosa-dosa kecil, seperti diriwayatkan dari pendapat kaum
mu'tazilah.Di antara ulama mutaakhirin ada yang berkata: wajib mengerjakan salah satu perkara: taubat darinya, atau melakukan beberapa amal baik yang dapat menghapuskan dosa itu.
Ibnu 'Athiah menyebutkan dua pendapat ulama dalam penafsirannya tentang penghapusan dosa-dosa kecil dengan melakukan ibadah-ibadah yang wajib dan menjauhkan dosa-dosa besar:
Pertama: ia meriwayatkannya dari beberapa orang fukaha dan ahli hadits. Yaitu dengan amal baiknya itu otomatis kesalahan-kesalahannya terhapuskan, sesuai pengertian ayat Al Quran dan hadits.
Kedua: ia meriwayatkannya dari para ulama ushul fiqh. Bahwa dosa kecil tidak pasti terhapuskan, namun dengan prasangka yang kuat dan harapan yang besar dosa itu dihapuskan, dengan kehendak Allah SWT. Karena jika dosa-dosa kecil itu pasti dihapuskan niscaya ia akan seperti perbuatan yang mubah yang tidak mengandung konsekwensi apa-apa. Dan itu akan merusak syari'ah.
Aku katakan: ada yang berpendapat, dosa-dosa itu tidak pasti dihapuskan. Karena hadits-hadits yang mengatakan dosa-dosa kecil terhapuskan dengan amal-amal yang baik itu terikat dengan syarat memperbaiki amal. Seperti terdapat dalam keterangan tentang wudlu dan shalat, yang keduanya menghapuskan dosa kecil. Sementara dengan bediam diri tanpa bertaubat dan melakukan kebaikan, maka tidak terdapat amal yang baik yang mewajibkan dihapuskannya dosa. Atas dasar ikhtilaf yang disebutkan oleh Ibnu 'Athiah ini, terjadi ikhtilaf dalam masalah kewajiban taubat dari dosa-dosa kecil." (Jami' al Ulum wa al Hikam: 1/446, 447. Cetakan muassasah Risalah, Bairut.)
Namun, sebenarnya taubat diperintahkan kepada seluruh orang mukallaf. Dan seluruh kaum mu'minin diperintahkan untuk bertaubat. Seperti disebutkan dalam ayat al Quran: "Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung".
Kami telah katakan bahawa ada orang yang bertaubat dari dosa-dosa besar, ada yang bertaubat dari perbuatan bid'ah, ada yang bertaubat dari dosa-dosa kecil dan ada pula yang bertaubat dari perbuatan yang syubhat.
Dan ada pula orang yang taubat dari kelalaian hatinya.
Juga ada yang bertaubat dari maqam yang ia tempati yang seharusnya ia naik ke maqam yang lebih tinggi. Dan ini adalah taubat Nabi Saw, seperti sabda Nabi Saw:
"Wahai
manusia, bertaubatlah kepada Allah SWT, karena sesungguhnya aku bertaubat
kepada Allah SWT dalam sehari sebanyak seratus kali".
Keharusan Untuk Bertaubat Secepatnya.
Jika taubat adalah wajib bagi seluruh kaum mu'minin, maka melaksananya secepatnya adalah kewajiban yang lain. Sehingga tidak boleh ditunda pelaksanaannya. Karena itu akan berbahaya bagi hati orang yang beragama. Dan jika tidak secepatnya membersihkan dirinya dari dosa, ditakutkan pengaruh dosa itu akan bertumpuk dalam hatinya, satu persatu, hingga hati itu menghitam atau membusuk. Seperti disebutkan halam hadits yang diriwayaktan oleh Abu Hurairah r.a. dari Nabi Saw:
"Sesungguhnya
seorang manusia, jika ia melakukan dosa maka dihatinya akan tercoreng warna
hitam, dan jika ia meninggalkan perbuatan dosa itu serta bertaubat darinya,
maka hatinya kembali bersih. Dan jika ia kembali melakukan dosanya itu, maka
hitamnya itu akan ditambah hingga menutupi seluruh hatinya, itulah tutupan yang
disebutkan Allah SWT dalam firman-Nya: "Sama sekali tidak (demikian),
sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka."
(Hadits diriwayatkan oleh Tirmizi (3331) dan ia berkata: Hasan Sahih. Demikian
juga An Nasai, Ibnu Majah (4244), Ibnu Hibban dalam sahihnya seperti terdapat
dalam Al Mawarid (2448) dan Al Hakim serta ia mensahihkannya atas syarat Muslim
dan Adz Dzahabi menyetujuinya (2/517). Dan ayat itu adalah dari QS. Al
Muthaffifiin: 14)
Ibnu Qayyim berkata: segera
bertaubat dari dosa adalah kewajiban yang harus dilakukan segera, dan tidak
boleh ditunda. Ketika ia menundanya maka ia bertambah dosa dengan penundaannya
itu. Dan jika ia telah bertaubat dari dosa, maka masih ada dosa yang harus ia
pintakan ampunannya, yaitu dosa menunda bertaubat! Tentang ini sedikit sekali
dipikirkan oleh orang yang telah bertaubat. Malah ia menyangka jika ia telah
bertaubat dari dosanya maka ia tidak memiliki dosa lagi selain itu, padahal ia
tetap memiliki dosa, yaitu menunda taubatnya itu.Yang paling berbahaya bagi orang yang melakukan maksiat adalah jika ia terus menunda-nunda taubat. Artinya, ia selalu berkata: nanti aku akan kembali menjadi orang yang benar, aku akan taubat, aku akan berhenti dari melakukan perbuatan ini dan itu. Oleh karena itu dikatakan: ungkapan "saufa --nanti aku akan" adalah salah satu tentara Iblis! Dikatakan pula: mayoritas penghuni neraka adalah orang -orang yang selalu berkata: nanti akan taubat, nanti aku akan ... dst. Allah SWT berfirman:
"Hai
orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan
kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian maka mereka itulah
orang-orang yang rugi dan belanjakanlah sebagian dari apa yang kamu berikan
kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia
berkata: Ya Tuhanku, mengapa engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai
waktu yang dekat yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk
orang-orang yang saleh? Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan
(kematian) seseorang apabila datang kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan." (al Munafiqun: 9-11)
Di antara keutamaan mensegerakan
taubat adalah: ia akan membantu orang yang berdosa itu untuk mencabut akar dosa
sebelum itu menjadi kronis dan tertanam kuat dalam hatinya, kemudian tersebar
dalam seluruh perbuatannya, dan setiap hari keburukan itu terus berkembang dari
sumbernya itu, hingga mencakup seluruh perbuatannya.Orang yuang selalu menunda-nunda itu adalah seperti orang yang ingin mencabut sebuah pohon, dan ia melihat pohon itu kuat, sehingga jika ia mau mencabutnya akan membutuhkan tenaga yang kuat. Kemudian ia berkata dalam dirinya: "aku tunggu hingga satu tahun, baru aku datang kembali untuk mencabutnya". Ini adalah logika orang bodoh dan tolol. Karena ia tahu, pohon dari hari kehari akan makin kokoh dan besar, sementara dirinya semakin tua akan semakin lemah! Tidak ada kebodohan yang lebih besar dari kebodohannya ini. Karena jika ia tidak mampu --meskipun ia kuat -- untuk melawan sesuatu yang lemah, maka mengapa ia menunda untuk mengalahkannya, hingga dirinya kemudian melemah, sementara musuhnya itu makin kuat?!
Sering sekali orang menunda-nunda taubat itu, hingga datang waktu tidak diterimanya taubat, dan Allah SWT sudah tidak menerimanya. Yaitu ketika manusia telah kehilangan kesempatan untuk memilih, dan saat itu taubatnya adalah taubat orang yang terpaksa. Seperti taubat Fir'aun ketika ia sudah hampir tenggelam. Ia berkata: "aku beriman, bahwa tidak ada Tuhan selain Tuhan Yang diamini oleh Bani Israil dan aku adalah bagian dari kaum muslimin". Maka jawaban Allah adalah: "Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. (Yunus:91.).
Ketika seorang mukallaf telah menghadapi kematiannya, saat itu taubatnya tidak diterima lagi. Seperti firman Allah SWT:
"Sesungguhnya
taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan
kejahatan lantara kejahilan yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka
mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana. Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang
mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di
antara mereka, (barulah) ia mengatakan: sesungguhnya saya bertaubat sekarang
dan tidak (pula) diterima taubat orang-orang yang mati sedang mereka di dalam
kekafiran. Bagi orang-orang itu telah kami sediakan siksa yang pedih."
(an-Nisa: 17-18)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar