Imam Empat Mazhab:
Tinggalkan Pendapat Kami bila
Bertentangan dengan Al-Quran dan Sunnah
Imam Abu Hanifah (Imam Mazhab Hanafi)
Beliau adalah Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit yang dilahirkan pada tahun
80 Hijriyah. Beliau berkata,
1. “Apabila hadits itu shahih, maka hadits itu adalah madzhabku.” (Ibnu Abidin
di dalam Al- Hasyiyah 1/63)
2. “Tidak dihalalkan bagi seseorang untuk berpegang pada perkataan kami,
selagi ia tidak mengetahui dari mana kami mengambilnya.” (Ibnu Abdil Barr dalam
Al-Intiqa’u fi Fadha ‘ilits Tsalatsatil A’immatil Fuqaha’i, hal. 145) Dalam
riwayat yang lain dikatakan, “Adalah haram bagi orang yang tidak mengetahui
alasanku untuk memberikan fatwa dengan perkataanku.” Di dalam sebuah riwayat
ditambahkan, “Sesungguhnya kami adalah manusia yang mengatakan perkataan pada
hari ini dan meralatnya di esok hari.”
3. “Jika aku mengatakan suatu perkataan yang bertentangan dengan kitab Allah
ta’ala dan kabar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tinggalkanlah
perkataanku.” (Al-Fulani di dalam Al- lqazh, hal. 50)
Imam Malik (Imam Mazhab Maliki)
Beliau adalah Malik bin Anas, dilahirkan di Kota Madinah pada tahun 93
Hijriyah. Beliau berkata,
1. “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia yang kadang salah dan
kadang benar. Maka perhatikanlah pendapatku. Setiap pendapat yang sesuai dengan
Kitab dan Sunnah, maka ambillah. Dan setiap yang tidak sesuai dengan Al Kitab
dan Sunnah, maka tinggalkanlah.” (Ibnu Abdil Barr di dalam Al-Jami’, 2/32)
2. “Tidak ada seorang pun setelah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, kecuali
dari perkataannya itu ada yang diambil dan yang ditinggalkan, kecuali Nabi
Shallallahu alaihi wa sallam.” (Ibnu Abdil Hadi di dalam Irsyadus Salik, 1/227)
3.Ibnu Wahab berkata, “Aku mendengar bahwa Malik ditanya tentang hukum
menyela-nyelan jari di dalam berwudhu, lalu dia berkata, ‘Tidak ada hal itu
pada manusia’. Maka aku meninggalkannya hingga manusia berkurang, kemudian aku
berkata kepadanya, ‘Kami mempunyai sebuah sunnah di dalam hal itu’. Maka Imam
Malik berkata, ‘Apakah itu?’ Aku berkata, ‘Al Laits bin Saad dan Ibnu Lahi’ah
dan Amr bin Al-Harits dari Yazid bin Amr Al ¬Ma’afiri dari Abi Abdirrahman
Al-Habli dari Al Mustaurid bin Syidad Al-Qirasyi telah memberikan hadist kepada
kami, ia berkata, ”Aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
menggosok antara jari-jemari beliau dengan kelingkingnya.” Maka Imam Malik
berkata, ‘Sesungguhnya hadist ini adalah hasan, aku mendengarnya baru kali
ini.’ Kemudian aku mendengar beliau ditanya lagi tentang hal ini, lalu beliau
(Imam Malik) pun memerintahkan untuk menyela-nyela jari-jari.” (Mukaddimah
Al-Jarhu wat Ta’dil, karya Ibnu Abi Hatim, hal. 32-33)
Imam Asy-Syafi’i (Imam Mazhab
Syafi’i)
Beliau adalah Muhammad bin idris Asy-Syafi’i, dilahirkan di Ghazzah pada
tahun 150 H. Beliau rahimahullah berkata,
1. “Tidak ada seorang pun, kecuali akan luput darinya satu Sunnah
Rasulullah. Seringkali aku ucapkan satu ucapan dan merumuskan sebuah kaidah
namun mungkin bertentangan dengan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam. Maka ucapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itulah
pendapatku” (Tarikhu Damsyiq karya Ibnu Asakir,15/1/3)
2. “Kaum muslimin telah sepakat bahwa barang siapa yang telah terang baginya
Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tidak halal baginya untuk
meninggalkannya, hanya karena mengikuti perkataan seseorang.”
(Ibnul Qayyim, 2/361, dan Al-Fulani, hal.68)
3. ”Jika kalian mendapatkan di dalam kitabku apa yang bertentangan dengan
Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka berkatalah dengan sunnah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan tinggalkanlah apa yang aku katakan.”
(Al-Harawi di dalam Dzammul Kalam,3/47/1)
4. ”Apabila telah shahih sebuah hadist, maka dia adalah madzhabku. ”
(An-Nawawi di dalam AI-Majmu’, Asy-Sya’rani,10/57)
5. “Kamu (Imam Ahmad) lebih tahu daripadaku tentang hadist dan para
periwayatnya. Apabila hadist itu shahih, maka ajarkanlah ia kepadaku apapun ia
adanya, baik ia dari Kufah, Bashrah maupun dari Syam, sehingga apabila ia
shahih, aku akan bermadzhab dengannya.” (Al-Khathib di dalam Al-Ihtijaj
bisy-Syafi’I, 8/1)
6. “Setiap masalah yang jika di dalamnya terdapat hadits shahih dari
Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam menurut para pakar hadits, namun
bertentangan dengan apa yang aku katakan, maka aku rujuk di dalam hidupku dan
setelah aku mati.” (Al-Hilyah 9/107, Al-Harawi, 47/1)
7. ”Apabila kamu melihat aku mengatakan suatu perkataan, sedangkan hadist
Nabi yang bertentangan dengannya adalah hadits yang shahih, maka ketahuilah,
bahwa pendapatku tidaklah berguna.” (Al-Mutaqa, 234/1 karya Abu Hafash
Al-Mu’addab)
8. “Setiap apa yang aku katakan, sedangkan dari Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wa sallam terdapat hadist shahih yang bertentangan dengan perkataanku,
maka hadits nabi adalah lebih utama. Olah karena itu, janganlah kamu taklid
mengikutiku.” (Ibnu Asakir, 15/9/2)
9. “Setiap hadits yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam maka
hal itu adalah pendapatku walaupun kalian belum mendengarnya dariku” (Ibnu Abi
Hatim, 93-94)
Imam Ahmad bin Hanbal (Imam Mazhab
Hambali)
Beliau Adalah Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal yang dilahirkan
pada tahun 164 Hijriyah di Baghdad, Irak. Beliau berkata,
1. “Janganlah engkau taqlid kepadaku dan jangan pula engkau mengikuti Malik,
Syafi’i, Auza’i dan Tsauri, Tapi ambillah dari mana mereka mengambil.”
(Al-Fulani, 113 dan Ibnul Qayyim di dalam Al-I’lam, 2/302)
2. “Pendapat Auza’i, pendapat Malik, dan pendapat Abu Hanifah semuanya
adalah pendapat, dan ia bagiku adalah sama, sedangkan hujjah itu hanyalah
terdapat di dalam atsar-atsar (hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam-wr1)” (Ibnul Abdil Barr di dalam Al-Jami`, 2/149)
3. “Barang siapa yang menolak hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, maka sesungguhnya ia telah berada di tepi jurang kehancuran. ” (Ibnul Jauzi,
182).
Demikianlah ucapan para Imam Mazhab. Masihkah Anda taqlid buta kepada
mereka, atau taqlid kepada sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?
(Sumber: Muqaddimah Shifat Shalatin Nabi, Asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin
Al-Albani rahimahullah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar