Sabtu, 30 Juli 2011

Suami Seperti Rasulullah saw

Menjadi seorang suami memang membutuhkan satu kematangan emosional dan berpikir yang baik. Tentunya, hal itu tidak lepas dari kuantitas dan kualitas ilmu yang dimiliki. Semakin banyak ilmu yang dimiliki oleh seorang lelaki (khusunya ilmu agama dan ilmu kerumah tanggaan), maka Insya Allah akan semakin baiklah ia dalam menjalankan peranannya sebagai seorang suami.

Tanpa disokong dengan kuantitas dan kualitas ilmu yang baik, niscaya kematangan emosional dan cara berpikir tidak akan tercapai dengan baik. Dan tanpa adanya kedua hal tersebut maka rumah tangga akan menjadi lahan empuk bagi sang suami untuk menerapkan kesewenang-wenangannya terhadap seluruh anggota keluarga yang tinggal dirumahnya.

Istri menjadi lahan jajahan yang empuk bagi para suami, hal ini banyak sekali terjadi karena minimnya kadar ilmu seorang suami. Suami senantiasa menuntut untuk dilayani dan dituruti setiap keinginan dan perintahnya. Seolah-olah istri adalah robot yang harus hanya melayani kemauannya semata. Merasa menjadi orang yang paling berjasa dalam rumah tangga karena telah mencari nafkah untuk keluarga, banyak suami yang akhirnya senantiasa “ongkang-ongkang kaki” (baca: sama sekali tidak (ingin) bekerja atau berbuat sesuatu) dalam rumah tangga. Tidak mau sedikitpun membantu pekerjaan yang ada di rumah, terlebih lagi yang memang pada umumnya dikerjakan oleh para wanita. Seolah-olah haram bagi mereka untuk menyentuh atau membantu mengerjakan pekerjaan istrinya di rumah.

Rasulullah Muhammad saw adalah seorang suami teladan bagi seluruh umat manusia. Di luar rumah beliau berperan sebagai seorang panglima perang dan figur dakwah, dan di rumah beliau pun mampu berperan sebagai suami terbaik.

Memiliki seorang suami seperti Rasulullah Muhammad saw, tentunya tidak ada yang akan menolak. Dan menjadi seorang suami seperti Rasulullah Muhammad saw, tentunya setiap lelaki yang berakal sehat pun pasti menginginkannya. Memang, untuk menjadi seorang suami seperti Rasulullah Muhammad saw tidak akan dapat dilakukan dengan sepenuhnya (sama persis seperti beliau apa adanya). Karena pada dasarnya, beliau adalah seorang Rasul yang terjaga dari kesalahan dan maksiat sekecil apapun, sementara kita hampir selalu saja bersentuhan dengan yang namanya maksiat atau dosa, baik sengaja maupun tidak sengaja. Hanya saja, sebagai umatnya kita tentu saja dapat memaksimalkan usaha untuk dapat mengikuti jejak beliau dalam berumah tangga. Untuk menjadi seorang suami seperti Rasulullah saw, kita dapat berusaha untuk senantiasa mengaplikasikan apa-apa yang beliau aplikasikan di dalam rumah tangga.

Di dalam rumah tangga, Rasulullah Muhammad saw tidak pernah bersifat meraja yang selalu ingin atau meminta untuk dilayani. Rasulullah Muhammad saw tidak pernah memperbudak istri-istri beliau. Justru beliau sangat sayang dan menghormati istri-istri beliau, mendidik istri-istri beliau dan bersikap seadil-adilnya.

Rasullah Muhammad saw senantiasa mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga dengan ikhlas. Beliau membantu mengerjakan dan menyelesaikan pekerjaan istri-istrinya. Hebatnya lagi, beliau yang merupakan seorang Rasul Allah swt, tokoh dakwah terkemuka, dan sebagai panglima perang tidak pernah merasa malu atau malas untuk mengerjakan pekerjaan-perkejaan istri beliau (pekerjaan wanita). Beliau suka menjahit pakaian beliau sendiri yang robek. Dan Rasulullah Muhammad saw ketika berada di rumah, beliau juga bekerja membantu memerah susu. Semaksimal mungkin beliau pun bersikap mandiri dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga, melayani diri sendiri dan tidak menekan sang istri untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga sendiri.

Kalau kita lihat di masa ini, tidak banyak suami yang bersedia untuk mengerjakan pekerjaan wanita atau istri-nya. Mencuci pakaian, mencuci piring, menyeterika, dan lain-lain adalah mutlak menjadi tugas istri. Padahal Rasulullah Muhammad saw tidaklah demikian, beliau berdakwah, berperang, dan juga masih mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga (pekerjaan istri). Rasulullah Muhammad saw tidak pernah mengatakan hal tersebut dan tidak pernah bersikap seperti itu. Istri Rasulullah Muhammad saw senantiasa mengatakan bahwa Rasulullah saw adalah seorang suami yang senantiasa mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah yang biasa dilakukan oleh para istri, termasuk melayani kebutuhan beliau sendiri.

Aisyah ra. pernah ditanya: “Apakah yang dilakukan Rasulullah saw di dalam rumah?” Ia radhiyallahu ‘anha menjawab: “Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah seorang manusia biasa. Beliau menambal pakaian sendiri, memerah susu dan melayani diri beliau sendiri.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)

Diriwayatkan dari Al-Aswad bin Yazid ia berkata: “Aku pernah bertanya kepada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha: ‘Apakah yang biasa dilakukan Rasulullah saw di rumah?’ ‘Aisyah ra. menjawab: “Beliau biasa membantu keluarga, apabila mendengar seruan azan, beliau segera keluar (untuk menunaikan shalat).” (HR. Muslim)

Rasulullah Muhammad saw adalah seorang Rasul Allah swt yang mulia, Figur dakwah dan panglima perang besar yang gagah perkasa. Namun beliau tidak pernah merasa enggan, malas, atau gengsi untuk membantu pekerjaan istri-istri beliau. Beliau tidak pernah mengeluh manakala harus melayani kebutuhannya sendiri.

Bagaimana dengan kita? Masihkah kita akan tetap bersikap meraja di dalam rumah tangga?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar