Sabtu, 30 Juli 2011

Puasa Ramadhan

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡڪُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِڪُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (QS Al-Baqarah:183)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Islam dibangun di atas lima hal: bersaksi bahwasanya tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi kecuali Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan dan haji ke Baitullah.” (Muttafaqun ‘alaih dari Ibnu ‘Umar)

Bulan Ramadhan adalah bulan yang selalu ditunggu-tunggu oleh umat muslim di seluruh dunia. Hal ini karena kistimewaan yang dimiliki oleh bulan Ramadhan diantara bulan-bulan lainnya. Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan rahmat, ampunan, dan maghfirah dari Allah SWT. Pada bulan ini, semua amal kebajikan diberi ganjaran berpuluh kali lipat dari bulan biasa, sehingga pada bulan inilah, kita dapat menabung amal sholeh sebanyak mungkin sebagai bekal di akhirat kelak.

Pada bulan Ramadhan juga terdapat satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap orang-orang mukmin di dunia. Kewajiban tersebut, sebagaimana tersirat dari nukilan ayat Al Qur’an dan hadist diatas, adalah puasa. Puasa Ramadhan ini hukumnya adalah wajib bagi setiap individu.

Keutamaan Bulan Ramadhan

Bulan Ramadhan memiliki banyak sekali keutamaan. Diantara keutamaan pada bulan Ramadhan adalah:

* Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al Qur’an.

Allah SWT berfirman:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ

“Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur`an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang batil).” (Al-Baqarah: 185)

* Pada bulan ini para setan dibelenggu, pintu neraka ditutup dan pintu surga dibuka.

* Rasulullah saw bersabda:

إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِقَتْ أَبْوَابُ النِّيْرَانِ وَصُفِدَتِ الشَّيَاطِيْنُ

“Bila datang bulan Ramadhan dibukalah pintu-pintu surga, ditutuplah pintu-pintu neraka dan dibelenggulah para setan.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

* Pada bulan Ramadhan pula terdapat malam Lailatul Qadar.

Allah SWT berfirman:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ. وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ. لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ. تَنَزَّلُ الْمَلاَئِكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ. سَلاَمٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al Qur’an pada malam kemuliaan. Tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan hingga terbit fajar.” (Al-Qadar: 1-5)

* Penghapus Dosa

Ramadhan adalah bulan untuk menghapus dosa. Hal ini berdasar hadits Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah Muhammad saw bersabda:
الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ لَمَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتُنِبَتِ الْكَبَائِرُ

“Shalat lima waktu, dari Jum’at (yang satu) menuju Jum’at berikutnya, (dari) Ramadhan hingga Ramadhan (berikutnya) adalah penghapus dosa di antaranya, apabila ditinggalkan dosa-dosa besar.” (HR. Muslim)
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dengan keimanan dan mengharap ridha Allah, akan diampuni dosa-dosanya yang terdahulu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah z)

Rukun Puasa Ramadhan

* Berniat sebelum munculnya fajar shadiq.

Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah Muhammad saw:
إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ

“Sesungguhnya amalan itu tergantung niatnya.” (Muttafaqun ‘alaih dari hadits ‘Umar bin Al-Khaththab ra)

* Menahan diri dari setiap perkara yang membatalkan puasa dimulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari.

Telah diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Al-Imam Muslim hadits dari ‘Umar bin Al-Khaththab ra bahwa Rasulullah Muhammad saw bersabda:
إِذَا أَقْبَلَ اللَّيْلُ مِنْ هَهُنَا وَأَدْرَكَ النَّهَارُ مِنْ هَهُنَا وَغَرَبَتِ الشَّمْسُ فَقَدْ أَفْطَرَ الصَّائِمُ

“Jika muncul malam dari arah sini (barat) dan hilangnya siang dari arah sini (timur) dan matahari telah terbenam, maka telah berbukalah orang yang berpuasa.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Puasa dimulai dengan munculnya fajar. Namun kita harus hati-hati karena terdapat dua jenis fajar, yaitu fajar kadzib dan fajar shadiq. Fajar kadzib ditandai dengan cahaya putih yang menjulang ke atas seperti ekor serigala. Bila fajar ini muncul masih diperbolehkan makan dan minum namun diharamkan shalat Shubuh karena belum masuk waktu.

Fajar yang kedua adalah fajar shadiq yang ditandai dengan cahaya merah yang menyebar di atas lembah dan bukit, menyebar hingga ke lorong-lorong rumah. Fajar inilah yang menjadi tanda dimulainya seseorang menahan makan, minum dan yang semisalnya serta diperbolehkan shalat Shubuh.

Hal ini berdasarkan hadits Ibnu ‘Abbas ra bahwa Rasulullah saw bersabda:

الْفَجْرُ فَجْرَانِ فَأَمَّا اْلأَوَّلُ فَإِنَّهُ لاَ يُحْرِمُ الطَّعَامَ وَلاَ يُحِلُّ الصَّلاَةَ وَأَمَّا الثَّانِي فَإِنَّهُ يُحْرِمُ الطَّعَامَ وَيُحِلُّ الصَّلاَةَ

“Fajar itu ada dua, yang pertama tidak diharamkan makan dan tidak dihalalkan shalat (Shubuh). Adapun yang kedua (fajar) adalah yang diharamkan makan (pada waktu tersebut) dan dihalalkan shalat.” (HR. Ibnu Khuzaimah, 1/304, Al-Hakim, 1/304, dan Al-Baihaqi, 1/377)

YANG DIWAJIBKAN PUASA RAMADHAN.

Tidak semua orang diwajibkan untuk berpuasa di bulan Ramadhan. Orang-orang yang diwajibkan untuk berpuasa telah ditegaskan dalam beberapa dalil berikut:

“Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu sekalian untuk puasa, sebagaimana yang telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu sekalian bertaqwa. ” ( Al-Baqarah : 183)

“Diriwayatkan dari Ali ra., ia berkata : Sesungguhnya Nabi Muhammad saw telah bersabda : telah diangkat pena ( kewajiban syar’i/ taklif) dari tiga golongan – Dari orang gila sehingga dia sembuh – dari orang tidur sehingga bangun – dari anak-anak sampai ia bermimpi / dewasa.” ( H.R. Ahmad, Abu Dawud, danTirmidzi).

Dari dalil di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa orang yang diwajibkan untuk berpuasa adalah setiap orang mukmin yang sudah baligh dan berakal sehat.

YANG DILARANG PUASA

Ada beberapa orang yang tidak diperbolehkan menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Mereka adalah para wanita yang sedang datang bulan, atau haidh. Mereka dilarang menjalankan puasa Ramadhan selama masa haidh, dan harus menggantinya di bulan-bulan sesudah bulan Ramadhan, hingga sebelum datangnya bulan Ramadhan tahun depan. Hal ini sesuai dengan hadist berikut ini:

“Diriwayatkan dari ‘Aisyah ra. ia berkata : Disaat kami haidh di masa Rasulullah saw, kami dilarang puasa dan diperintahkan mengqadhanya, dan kami tidak diperintah mengqadha Shalat “(H.R Bukhary Muslim).

YANG DIBERI KELONGGARAN UNTUK TIDAK PUASA RAMADHAN

Islam bukanlah agama yang memberatkan bagi setiap pemeluknya. Banyak kemudahan yang dapat kita temui dalam islam. Salah satu kemudahan tersebut adalah tentang kewajiban puasa Ramadhan. Ada beberapa orang yang diberi kelonggaran untuk menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Berikut adalah beberapa dalil yang terkait akan hak tersebut:

“(Masa yang diwajibkan kamu puasa itu ialah) bulan Ramadhan yang padanya diturunkan Al-Qur’an, menjadi pertunjuk bagi sekalian manusia, dan menjadi keterangan-keterangan yang menjelaskan pertunjuk, dan (menjelaskan) antara yang haq dengan yang bathil. Karenanya, siapa saja dari antara kamu yang menyaksikan anak bulan Ramadhan (atau mengetahuinya), maka hendaklah ia puasa di bulan itu; dan siapa saja yang sakit atau dalam musafir maka (bolehlah ia berbuka, kemudian wajiblah ia puasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. (Dengan ketetapan yang demikian itu) Allah menghendaki kamu beroleh kemudahan, dan Ia tidak menghendaki kamu menanggung kesukaran. Dan juga supaya kamu cukupkan bilangan puasa (sebulan Ramadhan), dan supaya kamu membesarkan Allah karena mendapat pertunjukNya, dan supaya kamu bersyukur.” ( Al-Baqarah:185.)

“Diriwayatkan dari Mu’adz , ia berkata : Sesungguhnya Allah swt telah mewajibkan atas nabi untuk puasa, maka DIA turunkan ayat ( dalam surat AL-Baqarah : 183-184), maka pada saat itu barangsiapa mau puasa dan barangsiapa mau memberi makan seorang miskin, keduanya diterima. Kemudian Allah menurunkan ayat lain ( AL-Baqarah : 185), maka ditetapkanlah kewajiban puasa bagi setiap orang yang mukim dan sehat dan diberi rukhsah ( keringanan) untuk orang yang sakit dan bermusafir dan ditetapkan cukup memberi makan orang misikin bagi oran yang sudah sangat tua dan tidak mampu puasa. ” ( HR. Ahmad, Abu Dawud, AL-Baihaqi dengan sanad shahih).

“Diriwayatkan dari Hamzah Al-Islamy : Wahai Rasulullah, aku dapati bahwa diriku kuat untuk puasa dalam safar, berdosakah saya ? Maka beliau bersabda : hal itu adalah merupakan kemurahan dari Allah Ta’ala, maka barangsiapa yang menggunakannya maka itu suatu kebaikan dan barangsiapa yang lebih suka untuk terus puasa maka tidak ada dosa baginya ” ( H.R.Muslim)

“Diriwayatkan dari Sa’id Al-Khudry ra. ia berkata : Kami bepergian bersama Rasulullah saw. ke Makkah, sedang kami dalam keadaan puasa. Selanjutnya ia berkata : Kami berhenti di suatu tempat. Maka Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya kamu sekalian sudah berada ditempat yang dekat dengan musuh kalian, dan berbuka lebih memberi kekuatan kepada kamu. Ini merupakan rukhsah, maka diantara kami ada yang masih puasa dan ada juga yang berbuka. Kemudian kami berhenti di tempat lain. Maka beliau juga bersabda: Sesungguhnya besok kamu akan bertemu musuh, berbuka lebih memberi kekuatan kepada kamu sekalian,maka berbukalah. Maka ini merupakan kepastian, kamipun semuanya berbuka. Selanjutnya bila kami bepergian beserta Rasulullah saw. kami puasa .” ( H.R Ahmad, Muslim dan Abu Dawud).

“Diriwayatkan dari Sa’id Al-Khudry ra. ia berkata : Pada suatu hari kami pergi berperang beserta Rasulullah saw. di bulan Ramadhan. Diantara kami ada yang puasa dan diantara kami ada yang berbuka . Yang puasa tidak mencela yang berbuka ,dan yang berbuka tidak mencela yang puasa. Mereka berpendapat bahwa siapa yang mendapati dirinya ada kekuatan lalu puasa, hal itu adalah baik dan barangsiapa yang mendapati dirinya lemah lalu berbuka,maka hal ini juga baik” (HR. Ahmad dan Muslim)

“Dari Jabir bin Abdullah : Bahwa sesungguhnya Rasulullah saw. pergi menuju ke Makkah pada waktu fathu Makkah, beliau puasa sampai ke Kurraa’il Ghamiim dan semua manusia yang menyertai beliau juga puasa. Lalu dilaporkan kepada beliau bahwa manusia yang menyertai beliau merasa berat , tetapi mereka tetap puasa karena mereka melihat apa yang tuan amalkan (puasa). Maka beliau meminta segelas air lalu diminumnya. Sedang manusia melihat beliau, lalu sebagian berbuka dan sebagian lainnya tetap puasa. Kemudian sampai ke telinga beliau bahwa masih ada yang nekad untuk puasa. Maka beliaupun bersabda : mereka itu adalah durhaka.” (HR.Tirmidzy).

“Ucapan Ibnu Abbas : wanita yang hamil dan wanita yang menyusui apabila khawatir atas kesehatan anak-anak mereka, maka boleh tidak puasa dan cukup membayar fidyah memberi makan orang miskin ” ( Riwayat Abu Dawud ). Shahih

“Diriwayatkan dari Nafi’ dari Ibnu Umar: Bahwa sesungguhnya istrinya bertanya kepadanya ( tentang puasa Ramadhan ), sedang ia dalam keadaan hamil. Maka ia menjawab : Berbukalah dan berilah makan sehari seorang miskin dan tidak usah mengqadha puasa .” (Riwayat Baihaqi) Shahih.

“Diriwayatkan dari Sa’id bin Abi ‘Urwah dari Ibnu Abbas beliau berkata : Apabila seorang wanita hamil khawatir akan kesehatan dirinya dan wanita yang menyusui khawatir akan kesehatan anaknya jika puasa Ramadhan. Beliau berkata : Keduanya boleh berbuka (tidak puasa) dan harus memberi makan sehari seorang miskin dan tidak perlu mengqadha puasa” (HR.Ath-Thabari dengan sanad shahih di atas syaratMuslim , kitab AL-irwa jilid IV hal 19).

Dari dalil-dalil tersebut, kita dapat menarik benang merah tentang kemudahan dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Orang Mu’min yang diberi kelonggaran diperbolehkan untuk tidak puasa Ramadhan, tetapi wajib mengqadha di bulan lain, mereka itu ialah :

1. Orang sakit yang masih ada harapan sembuh.
2. Orang yang bepergian ( Musafir ). Musafir yang merasa kuat boleh meneruskan puasa dalam safarnya, tetapi yang merasa lemah dan berat lebih baik berbuka, dan makruh memaksakan diri untuk puasa.

Orang Mu’min yang diberi kelonggaran diperbolehkan untuk tidak mengerjakan puasa dan tidak wajib mengqadha, tetapi wajib fidyah (memberi makan sehari seorang miskin). Mereka adalah orang yang tidak lagi mampu mengerjakan puasa karena:

1. Umurnya sangat tua dan lemah.
2. Wanita yang menyusui dan khawatir akan kesehatan anaknya.
3. Karena mengandung dan khawatir akan kesehatan dirinya.
4. Sakit menahun yang tidak ada harapan sembuh.
5. Orang yang sehari-hari kerjanya berat yang tidak mungkin mampu dikerjakan sambil puasa, dan tidak mendapat pekerjaan lain yang ringan.

HAL-HAL YANG MEMBATALKAN PUASA

“…dan makan dan minumlah hingga jelas bagimu benang putih dari benang hitam (fajar ), kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam…” ( Al-Baqarah : 187).

“Dari Abu Hurairah ra.: bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad saw. telah bersabda : Barangsiapa yang terlupa, sedang dia dalam keadaan puasa, kemudian ia makan atau minum, maka hendaklah ia sempurnakan puasanya. Hal itu karena sesungguhnya Allah hendak memberinya karunia makan dan minum ” (Hadits Shahih, riwayat Al-Jama’ah kecuali An-Nasai).

Dari Abu Hurairah ra. bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad saw telah bersabda : Barang siapa yang muntah dengan tidak sengaja, padahal ia sedang puasa – maka tidak wajib qadha (puasanya tetap sah ), sedang barang siapa yang berusaha sehinggga muntah dengan sengaja, maka hendaklah ia mengqadha ( puasanya batal ). ( H.R : Abu Daud dan At-Tirmidziy)

Diriwayatkan dari Aisyah ra ia berkata : Disaat kami berhaidh ( datang bulan ) dimasa Rasulullah saw. kami dilarang puasa dan diperintah untuk mengqadhanya dan kami tidak diperintah untuk mengqadha shalat. (H.R : Al-Bukhary dan Muslim )

Diriwayatkan dari Hafshah, ia berkata : Telah bersabda Nabi Muhammad saw. Barang siapa yang tidak berniat untuk puasa ( Ramadhan ) sejak malam, maka tidak ada puasa baginya. (H.R : Abu Daud ) hadits shahih.

Telah bersabda Rasulullah saw: Bahwa sesungguhnya semua amal itu harus dengan niat (H.R: Al-Bukhary dan Muslim )

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. ia berkata : Sesungguhnya seorang laki-laki berkata kepada Rasulullah saw: Ya Rasulullah saya terlanjur menyetubuhi istri saya (di siang hari) padahal saya dalam keadaan puasa ( Ramadhan ), maka Rasulullah saw bersabda : Punyakah kamu seorang budak untuk dimerdekakan ? Ia menjawab : Tidak. Rasulullah saw bersabda : Mampukah kamu puasa dua bulan berturut-turut ? Lelaki itu menjawab : Tidak. Beliau bersabda lagi : Punyakah kamu persediaan makanan untuk memberi makan enam puluh orang miskin ? Lelaki itu menjawab : Tidak. Lalu beliau diam, maka ketika kami dalam keadaan semacam itu, Rasulullah datang dengan membawa satu keranjang kurma, lalu bertanya : dimana orang yang bertanya tadi? Ambilah kurma ini dan shadaqahkan dia. Maka orang tersebut bertanya : Apakah kepada orang yang lebih miskin dari padaku ya Rasulullah ? Demi Allah tidak ada diantara sudut-sudutnya ( Madinah ) keluarga yang lebih miskin daripada keluargaku. Maka Nabi Muhammad saw. lalu tertawa sampai terlihat gigi serinya kemudian bersabda : Ambillah untuk memberi makan keluargamu. ( H.R : Al-Bukhary dan Muslim )

Ayat dan hadits-hadits tersebut di atas menerangkan kepada kita bahwa hal-hal yang dapat membatalkan puasa Ramadhan diantaranya adalah :

* Sengaja makan dan minum di siang hari. Bila terlupa makan dan minum di siang hari, maka tidak membatalkan puasa.
* Sengaja membikin muntah, bila muntah dengan tidak disengajakan, maka tidak membatalkan puasa.
* Pada siang hari terdetik niat untuk berbuka.
* Dengan sengaja menyetubuhi istri di siang hari Ramadhan, ini disamping puasanya batal ia terkena hukum yang berupa : memerdekakan seorang hamba, bila tidak mampu maka puasa dua bulan berturut-turut, dan bila tidak mampu, maka memberi makan enam puluh orang miskin.
* Datang bulan di siang hari Ramadhan ( sebelum waktu masuk Maghrib ).

HAL-HAL YANG BOLEH DIKERJAKAN WAKTU IBADAH PUASA.

Seringkali orang merasa segan untu kmelakukan sesuatu, karena takut hal ini akan membatalkan puasanya. Sebenarnya hal ini tidak diperlukan, apabila kita memahami benar apa-apa saja yang dapat kita lakukan, meskipun kita sedang berpuasa. Mari kita simak hadist-hadist berikut ini:

Diriwayatkan dari Aisyah ra Bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad saw. dalam keadaan junub sampai waktu Shubuh sedang beliau sedang dalam keadaan puasa, kemudian mandi. (H.R : Al-Bukhary dan Muslim )

Diriwayatkan dari Abi Bakar bin Abdurrahman, dari sebagian sahabat-sahabat Nabi Muhammad saw. ia berkata kepadanya : Dan sungguh telah saya lihat Rasulullah saw. menyiram air di atas kepala beliau padahal beliau dalam keadaan puasa karena haus dan karena udara panas. ( H.R : Ahmad, Malik dan Abu Daud )

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. Bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad saw berbekam sedang beliau dalam keadaan puasa. (H.R : Al-Bukhary ) .

Diriwayatkan dari Aisyah ra Adalah Rasulullah saw mencium ( istrinya ) sedang beliau dalam keadaan puasa dan menggauli dan bercumbu rayu dengan istrinya (tidak sampai bersetubuh ) sedang beliau dalam keadaan puasa, akan tetapi beliau adalah orang yang paling kuat menahan birahinya. ( H.R : Al-Jama’ah kecuali Nasa’i) hadits shahih.

Diriwayatkan dari Abdullah bin Furuuj : Bahwa sesungguhnya ada seorang wanita bertanya kepada Ummu Salamah ra. Wanita itu berkata : Sesungguhnya suami saya mencium saya sedang dia dan saya dalam keadaan puasa, bagaimana pendapatmu ? Maka ia menjawab : Adalah Rasulullah r pernah mencium saya sedang beliau dan saya dalam keadaan puasa. ( H.R Ath-thahawi dan Ahmad dengan sanad yang baik dengan mengikut syarat Muslim ).

Diriwayatkan dari Luqaidh bin Shabrah : Sesungguhnya Nabi Muhammad saw bersabda : Apabila kamu beristinsyaaq ( menghisap air ke hidung ) keraskan kecuali kamu dalam keadaan puasa. ( H.R :Ashhabus Sunan )

Perkataan ibnu Abbas : Tidak mengapa orang yang puasa mencicipi cuka dan sesuatu yang akan dibelinya ( Ahmad dan Al-Bukhary ).

Hadits-hadits tersebut di atas memberi pelajaran kepada kita bahwa hal-hal tersebut di bawah ini bila diamalkan tidak membatalkan puasa :

* Menyiram air ke atas kepala pada siang hari karena haus ataupun udara panas, demikian pula menyelam ke dalam air pada siang hari.
* Menta’khirkan mandi junub setelah adzan Shubuh.
* Berbekam pada siang hari
* Mencium, menggauli, mencumbu istri tetapi tidak sampai bersetubuh di siang hari
* Beristinsyak (menghirup air kedalam hidung) terutama bila akan berwudhu, asal tidak dikuatkan menghirupnya.
* Disuntik di siang hari.
* Mencicipi makanan asal tidak ditelan.

ADAB-ADAB PUASA RAMADHAN.

Diriwayatkan dari Umar bin Khaththab ra. telah bersabda Rasulullah saw: Apabila malam sudah tiba dari arah sini dan siang telah pergi dari arah sini, sedang matahari sudah terbenam, maka orang yang puasa boleh berbuka. ( H.R : Al-Bukhary dan Muslim )

Diriwayatkan dari Sahal bin Sa’ad : Sesungguhnya Nabi Muhammad saw telah bersabda : Manusia (ummat Islam ) masih dalam keadaan baik selama mentakjilkan (menyegerakan) berbuka. ( H.R : Al-Bukhary dan Muslim)

Diriwayatakan dari Anas ra., ia berkata : Rasulullah saw berbuka dengan makan beberapa ruthaab (kurma basah ) sebelum shalat, kalau tidak ada maka dengan kurma kering, kalau tidak ada maka dengan meneguk air beberapa teguk. ( H.R : Abu Daud dan Al-Hakiem )

Diriwayatkan dari Salman bin Amir, bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad saw. telah bersabda : Apabila salah seorang diantara kamu puasa hendaklah berbuka dengan kurma, bila tidak ada kurma hendaklah dengan air, sesungguhnya air itu bersih. ( H.R : Ahmad dan At-Tirmidzi )

Diriwayatkan dari Ibnu Umar : Adalah Nabi Muhammad saw. selesai berbuka Beliau berdo’a (artinya) telah pergi rasa haus dan menjadi basah semua urat-urat dan pahala tetap ada Insya Allah. ( H.R : Ad-Daaruquthni dan Abu Daud hadits hasan )

Diriwayatkan dari Anas, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah saw: Apabila makan malam telah disediakan, maka mulailah makan sebelum shalat Maghrib, janganlah mendahulukan shalat daripada makan malam itu ( yang sudah terhidang ). ( H.R : Al-Bukhary dan Muslim )

Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra: Sesungguhnya Rasulullah saw. telah bersabda : Makan sahurlah kalian karena sesungguhnya makan sahur itu berkah. (H.R :Al-Bukhary )

Diriwayatkan dari Al-Miqdam bin Ma’di Yaqrib, dari Nabi Muhammad saw. bersabda : Hendaklah kamu semua makan sahur, karena sahur adalah makanan yang penuh berkah. ( H.R : An-Nasa’i )

Diriwayatkan dari Zaid bin Tsabit t berkata : Kami bersahur bersama Rasulullah saw. kemudian kami bangkit untuk menunaikan shalat ( Shubuh ). saya berkata : Berapa saat jarak antara keduanya ( antara waktu sahur dan waktu Shubuh )?Ia berkata : Selama orang membaca limapuluh ayat. ( H.R : Al-Bukhary dan Muslim )

Diriwayatkan dari Amru bin Maimun, ia berkata : Adalah para sahabat Muhammad saw. adalah orang yang paling menyegerakan berbuka dan melambatkan makan sahur. ( H.R : Al-Baihaqi )

Telah bersabda Rasulullah saw: Apabila salah seorang diantara kamu mendengar adzan dan piring masih di tangannya janganlah diletakkan hendaklah ia menyelesaikan hajatnya ( makan/minum sahur )daripadanya. (H.R : Ahmad dan Abu Daud dan Al-Hakiem )

Diriwayatkan dari Abu Usamah ra. ia berkata : Shalat telah di’iqamahkan, sedang segelas minuman masih di tangan Umar ra. beliau bertanya : Apakah ini boleh saya minum wahai Rasulullah ? Beliau menjawab : ya, lalu ia meminumnya. ( H.R Ibnu Jarir )

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. ia berkata :Adalah Rasulullah saw. orang yang paling dermawan dan beliau lebih dermawan lagi pada bulan Ramadhan ketika Jibril menemuinya, dan Jibril menemuinya pada setiap malam pada bulan Ramadhan untuk mentadaruskan beliau saw. al-qur’an dan benar-benar Rasulullah saw. lebih dermawan tentang kebajikan( cepat berbuat kebaikan ) daripada angin yang dikirim.(HR Al-Bukhary )

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata :Adalah Rasulullah saw. menggalakkan qiyamullail (shalat malam ) di bulan Ramadhan tanpa memerintahkan secara wajib, maka beliau bersabda : Barang siapa yang shalat malam di bulan Ramadhan karena beriman dan mengharapkan pahala dari Allah, maka diampuni baginya dosanya yang telah lalu. ( H.R : Jama’ah )

Diriwayatkan dari Aisyah ra. Sesungguhnya Nabi Muhammad saw. apabila memasuki sepuluh hari terakhir ( bulan Ramadhan ) beliau benar-benar menghidupkan malam (untuk beribadah ) dan membangunkan istrinya ( agar beribadah ) dengan mengencangkan ikatan sarungnya (tidak mengumpuli istrinya ). ( H.R : Al-Bukhary dan Muslim )

Diriwayatkan dari Aisyah, ia berkata : Adalah Nabi Muhammad saw. bersungguh-sungguh shalat malam pada sepuluh hari terakhir ( di bulan Ramadhan ) tidak seperti kesungguhannya dalam bulan selainnya. ( H.R : Muslim )

Diriwayatkan dari Abu salamah din Abdur Rahman, sesungguhnya ia telah bertanya kepada Aisyah ra: Bagaimana shalat malamnya Rasulullah saw di bulan Ramadhan ? maka ia menjawab : Rasulullah saw tidak pernah shalat malam lebih dari sebelas raka’at baik di bulan Ramadhan maupun di bulan lainnya, caranya : Beliau shalat empat raka’at jangan tanya baik dan panjangnya, kemudian shalat lagi empat raka’at jangan ditanya baik dan panjangnya, kemudian shalat tiga raka’at. ( H.R : Al-Bukhary,Muslim dan lainnya )

Diriwayatkan dari Aisyah ra. ia berkata : Adalah Rasulullah saw. apabila bangun shalat malam, beliau membuka dengan shalat dua raka’at yang ringan, kemudian shalat delapan raka’at, kemudian shalat witir. ( H.R : Muslim )

Diriwayatkan dari Ibnu Umar ia berkata : Ada seorang laki-laki berdiri lalu ia berkata : Wahai Rasulullah bagaimana cara shalat malam ? Maka Rasulullah saw. menjawab : Shalat malam itu dua raka’at dua raka’at. Apabila kamu khawatir masuk shalat Shubuh, maka berwitirlah satu raka’at. (H.R : Jama’ah)

Dari Aisyah ra. ia berkata : Sesungguhnya Nabi Muhammad saw shalat di masjid, lalu para sahabat shalat sesuai dengan shalat beliau ( bermakmum di belakang ), lalu beliau shalat pada malam kedua dan para sahabat bermakmum dibelakangnya bertambah banyak, kemudian pada malam yang ketiga atau yang keempat mereka berkumpul, maka Rasulullah saw tidak keluar mengimami mereka. Setelah pagi hari beliau bersabda : Saya telah tahu apa yang kalian perbuat, tidak ada yang menghalangi aku untuk keluar kepada kalian ( untuk mengimami shalat ) melainkan aku khawatir shalat malam ini difardhukan atas kalian. Ini terjadi pada bulan Ramadhan. ( H.R : Al-Bukhary dan Muslim )

Dari Ubay bin Ka’ab t. ia berkata : Adalah Rasulullah saw. shalat witir dengan membaca : Sabihisma Rabbikal A’la dan Qul ya ayyuhal kafirun dan Qulhu wallahu ahad. ( H.R : Ahmad, Abu Daud, Annasa’i dan Ibnu Majah)

Diriwayatkan dari Hasan bin Ali t. ia berkata : Rasulullah saw. telah mengajarkan kepadaku beberapa kata yang aku baca dalam qunut witir : (artinya ) Ya Allah berilah aku petunjuk beserta orang-orang yang telah engkau beri petunjuk, berilah aku kesehatan yang sempurna beserta orang yang telah engkau beri kesehatan yang sempurna, pimpinlah aku beserta orang yang telah Engkau pimpin, Berkatilah untukku apa yang telah Engkau berikan, peliharalah aku dari apa yang telah Engkau tentukan. Maka sesungguhnya Engkaulah yang memutuskan dan tiada yang dapat memutuskan atas Engkau, bahwa tidak akan hina siapa saja yang telah Engkau pimpin dan tidak akan mulia siapa saja yang Engkau musuhi. Maha agung Engkau wahai Rabb kami dan Maha Tinggi Engkau. ( H.R : Ahmad, Abu Daud, Annasa’i, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah )

Dari Abu Hurairah ra. bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda :Barang siapa yang shalat malam menepati lailatul qadar, maka diampuni dosanya yang telah lalu. ( H.R : Jama’ah )

Diriwayatkan dari Aisyah ra. Sesungguhnya Rasulullah saw. telah bersabda : berusahalah untuk mencari lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir. (H.R : Muslim )

Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra. ia berkata : Dinampakkan dalam mimpi seorang laki-laki bahwa lailatul qadar pada malam kedua puluh tujuh, maka Rasulullah saw. bersabda : Sayapun bermimpi seperti mimpimu, ( ditampakkan pada sepuluh malam terakhir, maka carilah ia (lailatul qadar) pada malam-malam ganjil. ( H.R : Muslim )

Diriwayatkan dari Aisyah ra. ia berkata : Saya berkata kepada Rasulullah saw. Ya Rasulullah, bagaimana pendapat tuan bila saya mengetahui lailatul qadar,apa yang saya harus baca pada malam itu? Beliau bersabda: Bacalah (artinya ) Yaa Allah sesungguhnya Engkau maha pemberi ampun, Engkau suka kepada keampunan maka ampunilah daku. (H.R : At-Tirmidzi dan Ahmad)

Diriwayatkan dari Aisyah ra. ia berkata : Adalah Rasulullah saw mengamalkan i’tikaf pada sepuluh hari terakhir pada bulan Ramadhan sampai beliau diwafatkan oleh Allah Azza wa Jalla. (H.R : Al-Bukhary dan Muslim )

Diriwayatkan dari Aisyah ra. ia berkata : Adalah Rasulullah saw. apabila hendak beri’tikaf, beliau shalat shubuh kemudian memasuki tempat i’tikafnya………. ( H.R :Jama’ah kecuali At-Tirmidzi)

Diriwayatkan dari Aisyah ra. ia berkata : Adalah Rasulullah saw. apabila beri’tikaf , beliau mendekatkan kepalanya kepadaku, maka aku menyisirnya, dan adalah beliau tidak masuk ke rumah kecuali karena untuk memenuhi hajat manusia ( buang air, mandi dll…) ( H.R : Al-Bukhary dan Muslim )

Allah ta’ala berfirman : (artinya ) Janganlah kalian mencampuri mereka (istri-istri kalian ) sedang kalian dalam keadaan i’tikaf dalam masjid. Itulah batas-batas ketentuan Allah, maka jangan di dekati…( Al-Baqarah : 187 )

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. ia berkata : Telah bersabda Rasulullah saw: Setiap amal anak bani Adam adalah untuknya kecuali puasa, ia adalah untukku dan aku yang memberikan pahala dengannya. Dan sesungguhnya puasa itu adalah benteng pertahanan, pada hari ketika kamu puasa janganlah berbuat keji , jangan berteriak-teriak ( pertengkaran ), apabila seorang memakinya sedang ia puasa maka hendaklah ia katakan : ” sesungguhnya saya sedang puasa” . Demi jiwa Muhammad yang ada di tanganNya sungguh bau busuknya mulut orang yang sedang puasa itu lebih wangi disisi Allah pada hari kiamat daripada kasturi. Dan bagi orang yang puasa ada dua kegembiraan, apabila ia berbuka ia gembira dengan bukanya dan apabila ia berjumpa dengan Rabbnya ia gembira karena puasanya. ( H.R : Al-Bukhary dan Muslim)

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ia berkata : Sesungguhnya Nabi Muhammad saw. telah bersabda : Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan bohong dan amalan kebohongan, maka tidak ada bagi Allah hajat (untuk menerima) dalam hal ia meninggalkan makan dan minumnya. ( H.R: Jama’ah Kecuali Muslim )

Bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad saw. bersabda kepada seorang wanita Anshar yang sering di panggil Ummu Sinan : Apa yang menghalangimu untuk melakukan haji bersama kami? Ia menjawab : Keledai yang ada pada kami yang satu dipakai oleh ayahnya si fulan (suaminya ) untuk berhaji bersama anaknya sedang yang lain di pakai untuk memberi minum anak-anak kami. Nabi pun bersabda lagi : Umrah di bulan Ramadhan sama dengan mengerjakan haji atau haji bersamaku. (H.R :Muslim)

Rasulullah sw. bersabda : Apabila datang bulan Ramadhan kerjakanlah umrah karena umrah di dalamnya (bulan Ramadhan ) setingkat dengan haji. ( H.R : Muslim)

Ayat dan hadits-hadits tersebut di atas memberi pelajaran kepada kita bahwa dalam mengamalkan puasa Ramadhan kita perlu melaksanakan adab-adab berikut ini :

* Berbuka apabila sudah masuk waktu Maghrib.

Sunnah berbuka adalah:

* Disegerakan yakni sebelum melaksanakan shalat Maghrib dengan makanan yang ringan seperti kurma, air saja, setelah itu baru melaksanakan shalat.
* Tetapi apabila makan malam sudah dihidangkan, maka terus dimakan, jangan shalat dahulu.
* Setelah berbuka berdo’a dengan do’a sbb : Artinya : Telah hilang rasa haus, dan menjadi basah semua urat-urat dan pahala tetap wujud insya Allah.

* Makan sahur.

Adab-adab sahur :

* Dilambatkan sampai akhir malam mendekati Shubuh.
* Apabila pada tengah makan atau minum sahur lalu mendengar adzan Shubuh, maka sahur boleh diteruskan sampai selesai, tidak perlu dihentikan di tengah sahur karena sudah masuk waktu Shubuh. Sedangkan istilah Imsak tidak ada sunnahnya dan tidak pernah diamalkan pada zaman sahabat maupun tabi’in.

* Lebih bersifat dermawan (banyak memberi, banyak bershadaqah, banyak menolong) dan banyak membaca al-qur’an

* Menegakkan shalat malam / shalat Tarawih dengan berjama’ah. Dan shalat Tarawih ini lebih digiatkan lagi pada sepuluh malam terakhir sampai akhir Ramadhan.

Cara shalat Tarawih adalah:

* Dengan berjama’ah.
* Tidak lebih dari sebelas raka’at yakni salam tiap dua raka’at dikerjakan empat kali, atau salam tiap empat raka’at dikerjakan dua kali dan ditutup dengan witir tiga raka’at.
* Dibuka dengan dua raka’at yang ringan.
* Bacaan dalam witir : Raka’at pertama : Sabihisma Rabbika. Roka’t kedua : Qul yaa ayyuhal kafirun. Raka’at ketiga : Qulhuwallahu ahad.
* Membaca do’a qunut dalam shalat witir.

* Berusaha menepati lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir, terutama pada malam-malam ganjil. Bila dirasakan menepati lailatul qadar hendaklah lebih giat beribadah dan membaca : Yaa Allah Engkaulah pengampun, suka kepada keampunan maka ampunilah aku.

* Mengerjakan i’tikaf pada sepuluh malam terakhir.

Cara i’tikaf :

* Setelah shalat Shubuh lalu masuk ke tempat i’tikaf di masjid.
* Tidak keluar dari tempat i’tikaf kecuali ada keperluan yang mendesak.
* Tidak mencampuri istri dimasa i’tikaf.

* Mengerjakan umrah.

* Menjauhi perkataan dan perbuatan keji dan menjauhi pertengkaran.

Semoga amal ibadah kita diterima oleh Allah SWT. AMIN………..

Naik Turunnya Iman

Bagi sebagian orang, sudah beriman kepada Allah SWt saja sudah merasa cukup. Apapun yang dilakukannya, iman yang ada dirinya tidak akan pernah luntur. Padahal tidaklah demikian. Iman yang ada pada hati seseorang dapat luntur, atau bahkan hilang, jika orang tersebut tidak menjaganya. Perhatikan sabda Rasulullah saw berikut ini:

”Iman itu kadang naik kadang turun, maka perbaharuilah iman kalian dengan la ilaha illallah.” (HR Ibn Hibban)

Iman yang ada dalam hati kita mengalami fluktuasi. Iman tersebut bisa bertambah kuat, namun juga dapat terkikis tanpa kita sadari. Naik turunnya iman yang kita miliki tergantung kepada diri kita sendiri dalam menjaganya. Sebagai seorang muslim, tentunya kita menginginkan agar iman yang kita miliki tidak berkurang, tapi justru bertambah kuat. Karenanya, kita harus mengetahui apa saja yang mempengaruhi naik turunnya kadar keimanan dalam diri kita.

Sebab turunnya kadar iman

Ada banyak hal yang dapat menurunkan kadar keimanan yang ada dalam diri kita. Secara garis besar, sebab-sebab yang menurunkan kadar keimanan dapat datang dari dalam diri kita sendiri, dan dari pihak luar.

Hal-hal yang menurunkan kadar keimanan, yang berasal dari dalam diri kita diantaranya adalah:

1. Kebodohan

Kebodohan merupakan salah satu hal yang mengakibatkan berbagai perbuatan buruk. Boleh jadi seseorang berbuat buruk karena ia tidak mengetahui bahwa perbuatannya itu dilarang oleh agama. Bahkan bisa jadi ia tidak tahu akan balasan atas perbuatannya kelak di akhirat. Karena itu, marilah kita berupaya semaksimal mungkin untuk mencari dan menuntut ilmu, terutama ilmu agama, sehingga terhindar dari perbuatan-perbuatan yang buruk, sebagai akibat dari kebodohan kita sendiri.

2. Ketidak-pedulian, keengganan, dan melupakan kewajiban

Ketidakpedulian menyebabkan seseorang lebih mementingkan kehidupan duniawi, karena pikirannya penuh dengan hal-hal yang bersifat duniawi. Akibatnya, hal-hal duniawi menjadi prioritas utama dalam kehidupannya. Sedangkan hal-hal yang bersifat ukhrowi dikesampingkannya. Akibatnya, sedikit sekali ia mengingat Allah SWT dan tidak takut untuk melakukan perbuatan-perbuatan maksiat kepada Allah SWT.

Keengganan seseorang dalam ketika berurusan dengan hal-hal yang berbsifat ukhrowi membuatnya sulit untuk dapat melakukan kebaikan. Padahal berbuat baik sudah merupakan salah satu hal yang diperintahkan oleh Allah SWT.

Melupakan kewajibannya sebagai makhluk untuk beribadah kepada Allah SWT dapat pula menyebabkan kadar iman kita berkurang. Padahal, kita sebagai manusia diciptakan Allah SWT semata-mata untuk beribadah kepadanya. Nafsu duniawi membuat orang lupa kewajiban utamanya ini. Akibatnya, ia akan semakin jauh dari cahaya Allah SWT.

3. Menyepelekan perintah dan larangan Allah SWT

Awal dari perbuatan dosa adalah sikap menganggap sepele apa yang telah diperintahkan dan dilarang oleh Allah SWT. Sebagai akibatnya, orang yang menganggap sepele perintah dan larangan-Nya akan senang sekali melakukan perbuatan-perbuatan dosa. Sering juga ia menganggap bahwa apa yang dilakukannya hanyalah dosa kecil. Padahal, jika dilakukan terus menerus, dosa-dosa kecil tersebut akan semakin besar. Karena terbiasa melakukan dosa-dosa kecil, maka ia sudah tidak ada perasaan takut dan ragu lagi utnuk melakukan dosa-dosa besar.

4. Jiwa yang selalu memerintahkan berbuat jahat

Ibnul Qayyim Al Jauziyyah mengatakan, Allah SWT menggabungkan dua jiwa, yakni jiwa jahat dan jiwa yang tenang sekaligus dalam diri manusia, dan mereka saling bermusuhan dalam diri seorang manusia. Disaat salah satu melemah, maka yang lain menguat. Perang antar keduanya berlangsung terus hingga si empunya jiwa meninggal dunia.

Rasulullah saw bersabda: “..barang siapa yang diberi petunjuk Allah maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barang siapa yang disesatkannya maka tidak ada seorangpun yang dapat memberinya petunjuk”.

Sifat lalai, tidak mau belajar agama, sombong dan tidak peduli merupakan beberapa cara untuk membiarkan jiwa jahat dalam tubuh kita berkuasa. Sedangkan sifat rendah hati, mau belajar, mau melakukan instropeksi (muhasabah) merupakan cara untuk memperkuat jiwa kebaikan (jiwa tenang) yang ada dalam tubuh kita.

Sedangkan dari luar diri kita, ada beberapa hal yang dapat menurunkan kadar keimanan kita, diantaranya adalah:

1. Syaithan

Syaithan adalah musuh manusia. Tujuan syaithan adalah untuk merusak keimanan orang. Siapa saja yang tidak membentengi dirinya dengan selalu mengingat Allah SWT, maka ia menjadi sarang syaithan, menjerumuskannya dalam kesesatan, ketidak patuhan terhadap Allah SWT, membujuknya melakukan dosa.

2. Bujuk rayu dunia

Allah SWT berfirman dalam Al Quran:

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرّاً ثُمَّ يَكُونُ حُطَاماً وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”. (QS, al-Hadiid: 20).

Pada hakikatnya, tujuan hidup manusia adalah untuk akhirat. Dunia ini merupakan tempat kita untuk mengumpulkan bekal bagi kehidupan kita di akhirat kelak. Segala kesenangan yang ada di dunia ini merupakan kesenangan semu.

Namun tidak sedikit orang yang tergoda oleh kesenangan sesaat ini, sehingga rela melakukan apa saja demi kehidupan dunia. Bahkan meskipun harus mrnyalahi perintah Allah SWT sekalipun.

3. Pergaulan yang buruk

Rasulullah bersabda : “Seseorang itu terletak pada agama teman dekatnya, sehingga masing-masing kamu sebaiknya melihat kepada siapa dia mengambil teman dekatnya” (HR Tirmidzi, Abu Dawud, al-Hakim, al-Baghawi).

Teman dan sahabat yang sholeh sangat penting kita miliki di zaman kini dimana pergaulan manusia sudah sangat bebas dan tidak lagi memperhatikan nilai-nilai agama Islam. Berada diantara teman-teman yang sholeh akan membuat seorang wanita tidak merasa asing bila mengenakan jilbab. Demikian pula seorang pria bisa merasa bersalah bila ia membicarakan aurat wanita diantara orang-orang sholeh. Sebaliknya berada diantara orang-orang yang tidak sholeh atau berperilaku buruk menjadikan kita dipandang aneh bila berjilbab atau bahkan ketika hendak melakukan sholat.

Menaikkan Kadar Iman

Agar kadar iman dalam diri kita tidak menurun, kita harus selalu menjaga dan memelihara keimanan kita dengan baik. Bahkan sebisa mungkin, kita harus berupaya untuk meningkatkan kadar keimanan yang kitamiliki. Namun, meningkatkan kadar keimanan bukanlah hal yang mudah. Ada banyak usaha yang harus kita lakukan, terlebih lagi dengan begitu banyaknya godaan yang mampu meruntuhkan keimanan kita.

Lantas, upaya apa saja yang harus kita lakukan untuk meningkatkan kadar keimanan kita? Berikut ini ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mempertebal kadar iman kita:

1. Mempelajari ilmu agama islam yang bersumber pada Al Quran dan hadist

Banyak cara yang dapat kita lakukan untuk dapat mempelajari ilmu agama, yang sesuai dengan tuntunan Al Quran dan Hadist. Beberapa cara untuk menambah pengetahuan kita tentang agama islam diantaranya adalah:

• Memperbanyak membaca Al Quran dan merenungkan maknanya

Ayat-ayat Al-Qur’an memiliki target yang luas dan spesifik sesuai kebutuhan masing-masing orang yang sedang mencari atau memuliakan Tuhannya. Sebagian ayat Al-Qur’an mampu menggetarkan kulit seseorang yang sedang mencari kemuliaan Allah, dilain pihak Al-Qur’an mampu membuat menangis seorang pendosa, atau membuat tenang seorang pencari ketenangan.

كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِّيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُوْلُوا الْأَلْبَابِ

“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS, Shaad: 29)

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاء وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ وَلاَ يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إَلاَّ خَسَاراً

”Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang lalim selain kerugian.” (QS, al-Israa’: 82)

• Mempelajari sifat-sifat Allah SWT

Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Mendengar, Maha Melihat dan Maha Mengetahui, maka ia akan menahan lidahnya, anggota tubuhnya dan gerakan hatinya dari apapun yang tidak disukai Allah.

Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Indah, Maha Agung dan Maha Perkasa, maka semakin besarlah keinginannya untuk bertemu Allah di hari akhirat sehingga iapun secara cermat memenuhi berbagai persyaratan yang diminta Allah untuk bisa bertemu dengan-Nya (yaitu dengan memperbanyak amal ibadah).

Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Santun, Maha Halus dan Maha Penyabar, maka iapun merasa malu ketika ia marah, dan hidupnya merasa tenang karena tahu bahwa ia dijaga oleh Tuhannya secara lembut dan sabar.

• Mempelajari sejarah kehidupan (Siroh) Rasulullah saw

Dengan memahami perilaku, keagungan dan perjuangan Rasulullah saw, akan menumbuhkan rasa cinta kita terhadapnya, kemudian berkembang menjadi keinginan untuk mencontoh semua perilaku beliau dan mematuhi pesan-pesan beliau selaku utusan Allah SWT.

Seorang sahabat r.a. mendatangi Rasulullah saw dan bertanya, “Wahai Rasul Allah, kapan tibanya hari akhirat?”. Rasulullah saw balik bertanya : “Apakah yang telah engkau persiapkan untuk menghadapi hari akhirat?”. Si sahabat menjawab , “Wahai Rasulullah, aku telah sholat, puasa dan bersedekah selama ini, tetap saja rasanya semua itu belum cukup. Namun didalam hati, aku sangat mencintai dirimu, ya Rasulullah”. Rasulullah saw menjawab, “Insya Allah, di akhirat kelak engkau akan bersama orang yang engkau cintai”. (HR Muslim)

Inilah hadits yang sangat disukai para sahabat Rasulullah saw. Jelaslah bahwa mencintai Rasulullah adalah salah satu jalan menuju surga, dan membaca riwayat hidupnya (siroh) adalah cara terpenting untuk lebih mudah memahami dan mencintai Rasulullah saw.

• Mempelajari kualitas agama islam

Perenungan terhadap syariat Islam, hukum-hukumnya, akhlak yang diajarkannya, perintah dan larangannya, akan menimbulkan kekaguman terhadap kesempurnaan ajaran agama Islam ini. Tidak ada agama lain yang memiliki aturan dan etiket yang sedemikian rincinya seperti Islam, dimana untuk makan dan ke WC pun ada adabnya, untuk aspek hukum dan ekonomi ada aturannya, bahkan untuk berhubungan suami -istripun ada aturannya.

• Mempelajari kehidupan orang-prang sholeh

Mereka adalah generasi-generasi terbaik dari Islam. Mereka adalah orang-orang yang kadar keimanannya diibaratkan sebesar gunung Uhud sementara manusia zaman kini diibaratkan kadar keimananya tak lebih dari sebutir debu dari gunung Uhud.

Umar ra pernah memuntahkan makanan yang sudah masuk ke perutnya ketika tahu bahwa makanan yang diberikan padanya kurang halal sumbernya. Sejarah lain menceritakan tentang lumrahnya seorang tabi’in meng-khatamkan Qur’an dalam satu kali sholatnya.

Atau cerita tentang seorang sholeh yang lebih dari 40 tahun hidupnya berturut-turut tidak pernah sholat wajib sendiri kecuali berjamaah di mesjid. Atau seorang sholeh yang menangis karena lupa mengucap doa ketika masuk mesjid. Inilah cerita-cerita teladan yang mampu menggetarkan hati seorang yang sedang meningkatkan keimanannnya.

2. Merenungkan tanda-tanda kebesaran Allah SWT yang ada di Alam (ma’rifatullah)

Renungkan secara tulus bagaimana alam ini diciptakan. Sungguh pasti ada kekuatan luar biasa yang mampu menciptakan alam yang sempurna ini, sebuah struktur dan sistem kehidupan yang rapi, mulai dari tata surya, galaksi hingga struktur pohon dan sel-sel atom.

Renungkan pula rahasia dan mukjizat Qur’an. Salah satu keajaiban Al Qur’an adalah struktur matematis Al Qur’an. Walau wahyu Allah diturunkan bertahap namun ketika seluruh wahyu lengkap maka ditemukan bahwa kata tunggal “hari” disebut sebanyak 365 kali, sebanyak jumlah hari pada satu tahun syamsiyyah (masehi). Kata jamak hari disebut sebanyak 30 kali, sama dengan jumlah hari dalam satu bulan.

Sedang kata Syahrun (bulan) dalam Al Quran disebut sebanyak 12 kali sama dengan jumlah bulan dalam satu tahun. Kata Saa’ah (jam) disebutkan sebanyak 24 kali sama dengan jumlah jam sehari semalam. Dan semua kata-kata itu tersebar di 114 surat dan 6666 ayat dan ratusan ribu kata yang tersusun indah.

Dan masih banyak lagi keajaiban dan mukjizat Al Quran dari sisi pandang lainnya yang membuktikan bahwa itu bukan karya manusia. Masih banyak pula mukjizat lainnya di alam ini yang membuktikan bahwa alam ini memiliki struktur yang sangat sempurna dan tidak mungkin tercipta dengan sendirinya.
Adalah lumrah, bahwa sesuatu yang tidak mungkin diciptakan manusia, pastilah diciptakan sesuatu yang Maha Kuasa, Maha Besar. Inilah yang menambah kecilnya diri kita dan menambah kekaguman dan cinta serta iman kita kepada Sang Pencipta alam semesta ini.

3. Melakukan amal kebaikan dengan ikhlas

Amal perbuatan perlu digerakkan. Dimulai dari hati, kemudian terungkap melalui lidah kita dan kemudian anggota tubuh kita. Selain ikhlas, diperlukan usaha dan keseriusan untuk melakukan amalan-amalan ini.

a. Amalan Hati

Dilakukan melalui pembersihan hati kita dari sifat-sifat buruk, selalu menjaga kesucian hati. Ciptakan sifat-sifat sabar dan tawakal, penuh takut dan harap akan Allah. Jauhi sifat tamak, kikir, prasangka buruk dan sebagainya.

b. Amalan Lidah

Perbanyak membaca Al-Qur’an, zikir, bertasbih, tahlil, takbir, istighfar, mengirim salam dan sholawat kepada Rasulullah dan mengajak orang lain kepada kebaikan, melarang kemungkaran.

c. Amalan Anggota Tubuh

Dilakukan melalui kepatuhan dalam sholat, pengorbanan untuk bersedekah, perjuangan untuk berhaji hingga disiplin untuk sholat berjamaah di mesjid (khususnya bagi pria).

Marilah kita berdaya upaya semaksimal mungkin untuk menjaga dan meningkatkan kadar keimanan yang ada dalam diri kita. Jangan sampai iman yang kita miliki berkurang, atau bahkan terkikis habis, karena ketidak pedulian kita terhadap hukum-hukum Allah SWT.

Semoga Allah SWT senantiasa menjaga dan melindungi kita dari jebakan syaithan dan godaan duniawi, sehingga kita selalu berada di jalan-Nya. AMIN

Wallahu a’lam

Akhlak Islam

Sabda Rasulullah saw: ”Sesungguhnya orang yang sangat saya kasihi dan terdekat denganku pada hari kiamat adalah orang yang terbaik akhlaknya. Dan orang yang sangat aku benci dan terjauh dariku pada hari kiamat adalah yang banyak bicara, sombong dalam pembicaraannya dan berlagak menunjukkan kepandaiannya” (HR At-Tirmidzi).

Akhlak seseorang memang sangat penting. Segala sesuatu yang diperbuat oleh seseorang tentu saja akan dipertanggungjawabkan di hari akhir nanti. Dan akhlak yang baik tentu saja akan dapat menolong saat kiamat nanti.

Akhlak menjadi bagian penting yang tidak bisa dipisahkan dari Islam. Akhlak juga menunjukkan kadar iman islam seorang muslim. Akhlak yang baik juga telah dicontohkan oleh teladan kita Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam semasa hidupnya. Beliau juga diutus oleh Allah swt untuk menyempurnakan aklak manusia. Rasulullah saw bersabda: ”Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kebaikan akhlak.” (HR Ahmad).

Akhlak merupakan segala tingkah laku dan gerak-gerik manusia. Akhlak islam yang baik dari seorang muslim tentu saja bersumber pada Al Quran dan As-Sunnah. Di dalam kedua sumber yang berasal dari Allah swt itu juga telah diatur segala hal yang berkaitan dengan perbuatan manusia.

Beberapa hadits tentang akhlak islam:

“Sesungguhnya kekejian dan perbuatan keji itu sedikitpun bukan dari Islam dan sesungguhnya sebaik-baiknya manusia keislamannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Thabrani)

“Tidak ada yang lebih berat timbangan seorang hamba pada hari kiamat melebihi keluhuran akhlaknya.” (HR. Abu Daud dan AT-Tirmizi)

“Sesungguhnya sebaik-baik kalian ialah yang terbaik akhlaknya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

“Susungguhnya termasuk insan pilihan di antara kalian adalah yang terbaik akhlaknya.” (Muttafaq ‘alaih)

Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu mengabarkan bahwa suatu saat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang kriteria orang yang paling banyak masuk syurga. Beliau Shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab : “Taqwa kepada Allah dan Akhlak yang Baik.” (Hadits Shahih Riwayat Tirmidzi, juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad)

“Bertaqwalah kepada Allah dimanapun engkau berada dan balaslah perbuatan buruk dengan perbuatan baik niscaya kebaikan itu akan menutupi kejelekan dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik.” (HR Tirmidzi)

Akhlak yang baik hanya bisa didapat dengan iman seseorang. Dengan kata lain, ia mempercayai bahwa Allah swt selalu melihat segala perbuatan manusia. Dan apabila perbuatan baik itu akan mendapatkan balasan yang baik pula yaitu syurga dan kenikmatannya, sedangkan perbuatan buruk yang dilakukan seseorang akan dibalas dengan siksa yang pedih.

Tidaklah mudah mendapatkan akhlak yang baik pada diri seseorang. Selain mencontoh pada para nabi dan mempelajari Al Quran secara menyeluruh, ia juga harus melatih diri untuk selalu berbuat baik sesuai syariat Islam, melatih hati dan kesabaran, yang tentunya memerlukan kesungguhan tekad dan ketulusan niat. Wallahu a’lam bish-shawab.

Bangga Menjadi Ibu Rumah Tangga

Seorang wanita akan merasa sangat bangga jika ia dapat meraih pendidikan yang tinggi, memiliki pekerjaan yang baik, jabatan tinggi, dan mandiri dalam kehidupannya. Terlebih lagi jika ia dapat menyingkirkan dominasi kaum adam dalam aspek kehidupan. Kebanggaan yang dinilainya tiada tergantikan.

Dan jika ia diharuskan menjadi seorang ibu rumah tangga, ia akan merasa terbebani. Sebab, banyak wanita yang menganggap bahwa jabatan sebagai ibu rumah tangga adalah sesuatu yang ‘hina’, yang sebisa meungkin harus dihindarinya. Padahal, menjadi seorang ibu rumah tangga merupakan fitrah seorang wanita.

Selain itu, menjadi seorang ibu rumah tangga adalah sesuatu yang sangat mulia. Bahkan kemuliaan ini tidak dapat diperolehnya dengan kepintarannya, pangkat, maupun jabatan yang diembannya. Namun sayangnya, banyak wanita yang justru merasa malu mengatakan dirinya sebagai ibu rumah tangga.

Seorang ibu rumah tangga memiliki kedudukan yang mulia dalam islam. Begitu mulianya, hingga disebutkan bahwa surga itu berada di bawah kakinya. Seorang ibu yang memberikan pendidikan pertama pada anak. Ia pula yang mengasuh dan membesarkan anaknya dengan kasih sayang, serta menjaganya agar selalu berada di jalan Allah SWT.

Ibu seorang pendidik

Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin rahimahullah mengatakan bahwa perbaikan masyarakat bisa dilakukan dengan dua cara: Pertama, perbaikan secara lahiriah, yaitu perbaikan yang berlangsung di pasar, masjid, dan berbagai urusan lahiriah lainnya. Hal ini banyak didominasi kaum lelaki, karena merekalah yang sering nampak dan keluar rumah. Kedua, perbaikan masyarakat di balik layar, yaitu perbaikan yang dilakukan di dalam rumah. Sebagian besar peran ini diserahkan pada kaum wanita sebab wanita merupakan pengurus rumah tangga.

Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al Quran:

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيراً

“Dan hendaklah kalian tetap di rumah kalian dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa kalian, hai Ahlul Bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (QS. Al-Ahzab: 33)

Seorang ibu rumah tangga memiliki tugas mulia untuk mendidik anak-anaknya dengan baik. Ia diharuskan membekali anaknya dengan ilmu agama, sehinga kelak selalu bertingkah laku dan berkepribadian mulia. Selain itu, ibu juga bertugas mempersiapkan anak-anaknya menjadi generasi yang taat dalam beribadah dan selalu melakukan perbuatan amar ma’ruf nahi munkar. Dia pula yang berperan penting dalam mewujudkan sebuah keluarga yang sakinah ma waddah wa rahmah.

Menjadi ibu rumah tangga merupakan sebuah tanggung jawab

Allah SWT berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan- Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At Tahrim: 6)

Muqatil mengatakan bahwa maksud ayat tersebut adalah, setiap muslim harus mendidik diri dan keluarganya dengan cara memerintahkan mereka untuk mengerjakan kebaikan dan melarang mereka dari perbuatan maksiat.

Ibnu Qoyyim menjelaskan bahwa beberapa ulama mengatakan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala akan meminta pertanggungjawaban setiap orang tua tentang anaknya pada hari kiamat sebelum si anak sendiri meminta pertanggungjawaban orang tuanya. Sebagaimana seorang ayah itu mempunyai hak atas anaknya, maka anak pun mempunyai hak atas ayahnya. Jika Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Kami wajibkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya.” (QS. Al Ankabut: 7), maka disamping itu Allah juga berfirman, “Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang berbahan bakar manusia dan batu.” (QS. At Tahrim: 6)

Ibnu Qoyyim menjelaskan bahwa barang siapa yang mengabaikan pendidikan anaknya dalam hal-hal yang bermanfaat baginya, lalu ia membiarkan begitu saja, berarti telah melakukan kesalahan besar. Mayoritas penyebab kerusakan anak adalah akibat orang tua yang acuh tak acuh terhadap anak mereka, tidak mau mengajarkan kewajiban dan sunnah agama. Mereka menyia-nyiakan anak ketika masih kecil sehingga mereka tidak bisa mengambil keuntungan dari anak mereka ketika dewasa, sang anak pun tidak bisa menjadi anak yang bermanfaat bagi ayahnya.

Dalil lain yang menggambarkan tanggung jawab dalam keluarga diantaranya adalah:

Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma mengatakan bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Kaum lelaki adalah pemimpin bagi keluarganya di rumah, dia bertanggung jawab atas keluarganya. Wanita pun pemimpin yang mengurusi rumah suami dan anak-anaknya. Dia pun bertanggung jawab atas diri mereka. Budak seorang pria pun jadi pemimpin mengurusi harta tuannya, dia pun bertanggung jawab atas kepengurusannya. Kalian semua adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhari 2/91)

Dari keterangan di atas, nampak jelas bahwa setiap insan yang ada hubungan keluarga dan kerabat hendaknya saling bekerja sama, saling menasehati dan turut mendidik keluarga. Utamanya orang tua kepada anak, karena mereka sangat membutuhkan bimbingannya. Orang tua hendaknya memelihara fitrah anak agar tidak kena noda syirik dan dosa-dosa lainnya. Ini adalah tanggung jawab yang besar yang kita akan dimintai pertanggungjawaban tentangnya.

Siapa menanam, ia akan menuainya

Apa yang diajarkan oleh seorang ibu terhadap anaknya akan berpengaruh dalam kehidupannya kelak. Jika sedari kecil ibu sudah menanamkan nilai-nilai agama, maka kehidupannya kelak pun tidak akan jauh dari ajaran agama. Namun jika sejak kecil sang ibu terkesan cuek saja dengan pendidikan anaknya, terlebih lagi yang berkaitan dengan nilai-nnilai agama, dapat dipastikan pada saat dewasa nanti si anak akan senantiasa berada dalam kebimbangan.
Karena itu, peran seorang ibu dalam memberikan dan mengawasi pendidikan anaknya, terutama pendidikan agama, sangat penting. Ibu yang mencurahkan segenap kemampuannya demi keluarga, atau ibu rumah tangga, akan lebih bijak dalam menghadapi dan mengawasi pendidikan anaknya. Tidak demikian halnya dengan ibu yang sibuk bekerja. Ia akan lalai terhadap pendidikan anaknya. Bahkan bisa jadi ia akan membiarkan anaknya tumbuh tanpa kasih sayang seorang ibu yang sepantasnya ia berikan.

Setelah kita memahami besarnya peran dan tanggung jawab seorang ibu sebagai seorang pendidik, melihat realita yang ada sekarang sepertinya keadaannya menyedihkan! Tidak semua memang, tapi banyak dari para ibu yang mereka sibuk bekerja dan tidak memperhatikan bagaimana pendidikan anak mereka. Tidak memperhatikan bagaimana aqidah mereka, apakah terkotori dengan syirik atau tidak. Bagaimana ibadah mereka, apakah sholat mereka telah benar atau tidak, atau bahkan malah tidak mengerjakannya… Bagaimana mungkin pekerjaan menancapkan tauhid di dada-dada generasi muslim bisa dibandingkan dengan gaji jutaan rupiah di perusahaan bonafit? Sungguh! sangat jauh perbandingannya.

Anehnya lagi, banyak ibu-ibu yang sebenarnya tinggal di rumah namun tidak juga mereka memperhatikan pendidikan anaknya, bagaimana kepribadian anak mereka dibentuk. Penulis sempat sebentar tinggal di daerah yang sebagian besar ibu-ibu nya menetap di rumah tapi sangat acuh dengan pendidikan anak-anak mereka. Membesarkan anak seolah hanya sekedar memberinya makan. Sedih!

Padahal anak adalah investasi bagi orang tua di dunia dan akhirat! Setiap upaya yang kita lakukan demi mendidiknya dengan ikhlas adalah suatu kebajikan. Setiap kebajikan akan mendapat balasan pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tidak inginkah hari kita terisi dengannya? Atau memang yang kita inginkan adalah kesuksesan karir anak kita, meraih hidup yang berkecukupan, cukup untuk membeli rumah mewah, cukup untuk membeli mobil mentereng, cukup untuk membayar 10 pembantu, mempunyai keluarga yang bahagia, berakhir pekan di villa. Tanpa memperhatikan bagaimana aqidah, bagaimana ibadah, asal tidak bertengkar dan bisa senyum dan tertawa ria di rumah, disebutlah itu dengan bahagia.

Karena itu, penghargaan yang besar selayaknya diberikan kepada para ibu rumah tangga, yang dengan susah payah mendidik dan mengajarkan putra-putrinya nilai-nilai agama, sehingga anaknya dapat berhasil, bukan hanya di dunia, namun di akhirat kelak, insya Allah.

Mempertahankan Cinta Suami

Dalam sebuah keluarga, pelaku utama yang menggerakkan sebuah rumah tangga adalah suami dan istri. Kedua insan ini telah mengenal satu sama lain sebelum mahligai rumah tangga terbentuk. Biasanya, kedua orang ini akan saling melakukan penjajakan untuk lebih mengenal satu dengan lainnya. Dari sinilah timbul perasaan cinta, yang kemudian disatukan di dalam sebuah mahligai rumah tangga lewat prosesi pernikahan.

Seringkali perasaan cinta yang ada diantara kedua insan ini berubah seiring dengan meningkatnya usia pernikahannya. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa seorang laki-laki akan lebih tertarik dengan lawan jenis yang berusia lebih muda. Hal ini pun dapat terjadi pada laki-laki yang sudah bersuami. Akibatnya, terjadi “penghianatan” terhadap keluarganya, yang lebih kita kenal dengan perselingkuhan.

Untuk mencegah terjadinya hal tersebut, sangat penting untuk menjaga perasaan cinta masing-masing pihak di dalam keluarga. Namun menjaga perasaan cinta yang ada, bahkan meningkatkannya, adalah suatu hal yang tidak mudah. Sebab aka nada banyak rintangan dan cobaan yang akan menguji kesetiaan masing-masing pasangan, terutama dari pihak luar.

Cinta adalah suatu perasaan yang tidak dapat muncul dengan sendirinya. Perasaan cinta membutuhkan rangssangan agar dapat tumbuh dan menjadi kuat. Begitu juga untuk mempertahankan dan meningkatkan kadar cinta seorang suami pada istri, atau sebaliknya istri kepada suaminya. Masing-masing pihak harus dapat memberikan “alasan” mengapa pasangan hidupnya harus lebih memilih untuk mencintainya dari pada orang lain.

Bagi seorang istri, ada beberapa kiat yang dapat dilakukan untuk mempertahankan dan meningkatkan kadar cinta sang suami. Berikut adalah beberapa kiat yang dapat dilakukan oleh seorang istri, demi mendapatkan cinta yang besar dari suaminya:

1. Taat.

Suami adalah kepala keluarga. Dia merupakan pemimpin dari sebuah keluarga. Sebagai seorang pemimpin, tentunya dia akan berusaha untuk mewujudkan kebahagiaan dalam keluarganya. Karena itu, sudah menjadi kewajiban istri dan anggota keluarga yang lain untuk mematuhinya. Jika istri patuh terhadap suaminya, maka suami tersebut akan lebih menghargai sang istri. Tentunya patuh di sini adalah untuk hal-hal yang baik.

2. Pandai menjaga amanatnya sebagai ibu.

Tugas utama seorang ibu adalah merawat, membesarkan dan mendidik anak-anaknya. Tugas ini tidak boleh diabaikan. Agar suami senang, anak harus selalu terawat dengan baik, entah itu kondisi jasmani maupun rohaninya. Kegesitan dan kecermatan ibu dalam merawat si buah hati akan membuat suasana rumah tangga menjadi lebih ceria.

3. Pandai menjaga amanat sebagai pengatur rumah tangga.

Rumah akan sangat terasa nyaman jika senantiasa tampak tertata, teratur dan bersih. Fisik rumah tentu bukan menjadi syarat utama. Yang penting, bagaimana istri bisa mengatur dan menjaga kebersihan rumah sehingga semua anggota keluarga, termasuk suami, betah tinggal di dalamnya.

4. Pandai menjaga diri, kehormatan dan harta suami.

Ketika suami tidak di rumah, istri harus pandai menjaga diri dan harta suami dengan sebaik-baiknya. Ia tidak sembarangan menerima tamu di rumah atau melakukan aktivitas yang tidak ada manfaatnya.

5. Berilah penghargaan dan kejutan.

Semua orang, tak terkecuali suami, sangat senang jika dihargai. Penghargaan tidak selalu dalam wujud materi, tetapi bisa pujian atau pelukan mesra. Cobalah sekali-kali bawakan oleh-oleh kesukaannya saat dia dengan rela menjaga anak-anak ketika istri harus keluar rumah untuk suatu urusan; kirimkan sms penuh kebanggaan ketika suami selesai mengisi dengan sukses sebuah acara sebelum peserta memberikan applause; atau berilah hadiah spesial pada saat-saat tertentu.

6. Menyenangkan jika dipandang.

Istri yang cantik memang enak untuk dipandang. Namun, kecantikan fisik bukan segalanya, karena istri semakin lama juga akan semakin tua. Buatlah suami agar selalu merasa senang dan betah di rumah dengan memberi kesetiaan yang ikhlas, senyuman yang tulus dan menawan, serta cinta dan pengorbanan. Panggillah dengan panggilan yang paling dia sukai.

7. Bertutur kata lembut.

Saling menasihati antar suami-istri harus selalu dilakukan. Bagaimanapun, tidak ada manusia yang sempurna. Siapa pun suatu saat bisa melakukan kesalahan. Karena itu, penting bagi istri untuk mengingatkan suami ketika dia alpa. Lakukan dengan penuh kelembutan, tanpa maksud menggutui. Pilihlah kata-kata yang baik dan santun selama berdialog. Rendahkan nada bicara dan usahakan dengan intonasi yang terkontrol. Kata-kata yang baik, jika disampaikan dengan cara yang lembut, akan melahirkan kekuatan yang besar. Semua itu, akan bisa menggerakkan jiwa yang lemah, membangkitkan semangat orang yang putus asa, dan menenteramkan hati yang gelisah. Ia juga akan meluluhkan sikap yang kaku sehingga nasihat yang semula tidak bisa masuk berubah menjadi nasihat yang menggugah dan menyadarkan.

8. Tidak membebani, tetapi membantu mencari solusi.

Kehidupan berumah tangga tentu tidak lepas dari persoalan. Sebagai istri shalihah, ketika persoalan itu datang, bantulah suami untuk mencari solusi. Kalau tidak mampu, jangan menambah persoalan baru atau bahkan menuntut sesuatu di luar batas kemampuannya. Persoalan-persoalan kecil yang mampu diselesaikannya sendiri dan tidak memerlukan izin suami, selesaikanlah dengan segera. Biasakan untuk selalu bersyukur dengan semua nikmat yang didapat, bersabar ketika menghadapi kesulitan, tawakal jika mempunyai rencana, dan bermusyawarah dalam menyelesaikan persoalan.

9. Pandai melayani suami.

Urusan perempuan memang tidak hanya seputar sumur, dapur dan kasur. Namun, istri lah yang bertanggung jawab untuk ketiga urusan itu. Bisa saja ada pembantu yang memasak, tetapi menyiapkan makan, minum dan segala keperluan suami di dalam rumah merupakan kewajiban istri. Lakukan semua itu dengan ikhlas dan penuh rasa cinta. Tentu akan berbeda rasanya teh manis buatan istri tercinta dibandingkan dengan buatan pembantu. Jadilah istri yang selalu siap “melayani” suami dan pandai membuatnya “bergairah”.

10. Jadilah pemaaf dan ringan berterima kasih.

Manusia selamanya tetap manusia, yang memiliki sifat pelupa dan khilaf. Wajar jika suami atau istri sekali waktu berbuat keliru. Karena itu, diperlukan upaya saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran. Jadilah istri yang pemaaf dan tahu berterima kasih.

Semoga dengan kiat-kiat tersebut, rasa cinta suami terhadap istri akan terjaga. Bahkan tidak mungkin rasa cinta dan sayang itu justru akan semakin bertambah. Jika hal ini sudah tercipta, tujuan untuk membentuk sebuah keluarga yang bahagia bukanlah impian kosong belaka.

Suami Dambaan Istri

Seubuah keluarga inti terdiri dari suami, istri, dan anak-anak sebagai buah pernikahan. Untuk mewujudkan sebuah keluarga yang bahagia, masing-masing anggota keluarga harus memahami apa peran dan fungsinya dalam keluarga tersebut. Selain itu, suami dan istri harus dapat mewujudkan diri sebagai orang yang “terbaik” di mata pasangannya.

Seorang istri tentunya mendambakan suami yang baik, penuh pengertian, dan mampu memimpn keluarganya untuk mewujudkan keluarga yang bahagia. Kriteria suami dambaan istri itu berbeda-beda, tergantung dari istri tersebut. Namun secara umum, ada beberapa criteria penting yang dapat direnungkan oleh para suami, agar dirinya menjadi sumi dambaan istrinya. Hal hal tersebut diantaranya adalah:

1. Penuh pengertian

Sesuai dengan kodratnya sebagai seorang wanita, istri adalah sosok yang haus akan kasih sayang dan perhatian. Semandiri apapun ia, tetaplah ia mengharapkan perhatian dari sang suami. Baginya, perhatian dari seorang suami merupakan salah satu tanda akan rasa cinta suami kepada dirinya.

Seorang suami yang baik harus dapat memberikan perhatian kepada istrinya. Perhatian itu dapat diberikan melalui berbagai cara. Ada suami yang mengungkapkan perasaan sayang dan perhatiannya lewat hadiah-hadiah kecil, ada juga yang menggunakan cara lain untuk menunjukkan perhatiannya pada sang istri. Apapun cara yang dipgunakan, perhatian suami sangat penting dan diharapkan oleh istrinya.

2. Setia

Siapa orang yang tidak ingin memiliki pasangan hidup yang setia? Saya yakin jawabannya adalah TIDAK ADA. Ya… tidak ada satu orangpun di dunia ini yang tidak ingin memiliki pasangan hidup yang setia. Karena kesetiaan merupakan salah satu bentuk dari sebuah perasaan cinta yang hakiki.

Seorang istri ingin cinta suami itu hanya untuknya. Karenanya kecemburuan adalah bagian dari cinta. Sapaan sayang di tengah kesibukan, walaupun hanya satu dua menit kata-kata yang disampaikan lewat telepon, walaupun hanya satu dua kalimat SMS, akan menjadi pengokoh kepercayaan. Hadiah yang diberikan: martabak kesukaannya, seikat bunga, atau sebuah jam tangan yang manis akan menguatkan cinta. Dan mengingat hari ulang tahun serta hari pernikahan akan menjadi bukti kesetiaan suami yang disukai seorang istri.

3. Sabar dan pemaaf

Seorang istri akan amat bersyukur jika suaminya mau menerima dirinya apa adanya. Suaminya mampu memaafkan dan bersabar atas kekurangan yang ada pada dirinya. Ia butuh waktu untuk membina dirinya. Ia bahkan butuh waktu untuk memahami dirinya sendiri, ketika satu ketika ia tidak menjadi dirinya sendiri.Seorang istri perlu mendapatkan nasihat, akan tetapi itu dilakukan dengan penuh kesabaran dan kasih sayang.

4. Teguh hati dan bersemangat

Seorang istri senang melihat suaminya senantiasa berteguh hati dan bersemangat dalam menyelesaikan berbagai tugas dan amanah. Ia senang suaminya dapat senantiasa prima menunaikan tugas-tugas di luar rumah dan sekaligus membantu menyelesaikan permasalahan di rumah. Karenanya seorang istri senang melihat suaminya akrab bercengkrama, bermain dengan anak-anaknya. Dan saat suami sesekali memasak untuk keluarga, ada sentuhan hangat menyentuh relung jiwa seorang istri.

5. Romantis

Seorang wanita sangat senang jika menerima sesuatu yang bersifat romantis. Meskipun (mungkin) di depan kita ia bersikap biasa saja, namun dalam hatinya ia akan merasa senang, karena menerima hal-hal yang bersifat romantis. Begitu juga halnya dengan istri kita. Seorang istri tentunya akan merasa senang jika sang suami mampu bersikap romantic, terlebih lagi jika dikeseharian sang suami terkesan “kasar”.

Ekspresi cinta dan sayang dari suami yang benuansa romantis akan dapat membuat rasa sayang istri bertambah. Ia akan merasa bangga (apalagi dihadapan teman-temannya) jika memiliki suami yang romantis. Sikap romantis suami dapat ditunjukkan dengan berbagai cara. Semua itu tergantung dari kreativitas suami dalam mengekspresikan perasaan cinta dan sayangnya kepada sang istri.

6. Rapi dan wangi

Seorang istri suka suaminya rapi. Rapi menata rambut dan rapi berpakaian, bahkan dalam suasana santai. Kerapian yang disukai adalah kerapian yang alami dan melekat dalam kehidupan suami.Sikap suami yang kooperatif dalam menjaga kerapian rumah juga disukai seorang istri. Karenanya ketika seorang suami berinisiatif menyapu ruang tengah, membersihkan kompor di dapur, atau membersihkan kamar tidur dengan membongkar tempat tidur secara rutin, ada apresiasi tersendiri dari seorang istri.Rapi, bersih dan wangi pada seorang suami membuat istrinya senang. Seorang suami bisa meminta istrinya memilihkan minyak wangi baginya. Ia akan terbantu menyempurnakan penampilan bagi istrinya.

7. Ceria dan ramah

Suami yang selalu ceria dan ramah menjadi salah satu dambaan sang istri. Senyum dan keramahan suami laksana angin sejuk di tengah berbagai kelelahan setelah istri disibukkan dengan urusan rumah tangga. Perhatikanlah, ia mesti terus memperhatikan anaknya yang terus bergerak kesana kemari, bereksplorasi ketika mulai bisa merangkak. Dan saat si anak lelah tertidur, ia mesti bersiap-siap memasak dan merapikan rumah bagi suaminya yang sebentar lagi pulang. Senyum dan sapaan sayang suami akan menjadi hiburan jiwa bagi sang istri. Sikap humoris juga amat membantu seorang istri untuk selalu menjaga suasana riang hatinya. Ini semua akan membantunya untuk terus bersabar dan ikhlas dalam menunaikan tugas-tugasnya.

8. Menjadi pemimpin yang melindungi

Suami adalah pemimpin dalam rumah tangga. Setiap anggota keluarga sebaiknya mematuhi pemimpin keluarga tersebut. Namun, pemimpin seperti apakah yang didambakan oleh seorang istri? Yang dibutuhkan dan didambakan oleh seorang istri adalah suami yang mampu menjadi pemimpin dan pelindung keluarganya. Kepemimpinan yang ia harapkan adalah yang senantiasa menentramkan jiwanya, mengokohkan ruhaninya, memberikan pencerahan demi pencerahan pada akalnya dan membantu menjaga kebugaran dan kesehatan tubuhnya. Kepemimpinan yang ia sukai adalah yang memadukan ketegasan dan kelembutan. Yang menebarkan cinta, bukan membuat takut.

Karena itu, jadilah suami yang mampu memimpin keluarga dengan arif, bijak, dan mampu melindungi keluarganya dalam segala hal. Suami dambaan istri adalah suami yang benar-benar menjadi pemimpin, bukan suami yang menjadi boss.

Tanamkan Islam Sejak Dini

Anak adalah amanat dari Allah swt bagi para orangtua. Sebagaimana amanat yang lain, orangtua juga akan dimintai pertanggung jawabannya kelak atas anak yang telah dianugerahkan kepadanya. Bersih dan kotornya akhlak seorang anak di masa yang akan datang, adalah menjadi tanggung jawab orangtuanya di masa kini dan nanti.

Mengenalkan anak pada Islam, mendidik mereka secara Islam dan menanamkan ilmu-ilmu Islam kepada anak harus dilakukan sejak usia dini. Pada usia dini, seorang anak akan lebih mudah untuk menerima perubahan ketimbang ketika ia telah dewasa. Dan pada usia dini itulah, masa pembentukan jati diri, pola pikir dan watak sang anak sedang berproses.

Dalam masa pembentukan itulah, orangtua hendaknya memberikan perannya secara optimal. Orangtua harus mampu memberikan pengaruh positif kepada sang anak. Isilah kepala, hati dan jiwa anak-anak yang sedang dalam proses pembentukan tersebut dengan nilai-nilai Islam yang luhur. Orang tua harus dapat menjadi filter bagi berbagai unsur negatif yang dapat merusaknya. Jangan sampai sang anak justru memperoleh pengaruh-pengaruh negatif dari luar.

Islam telah mengajarkan kepada umatnya untuk senantiasa memberikan pendidikan Islam kepada anak dan keluarga mereka. Karena hanya dengan jalan itulah, maka anak dan keluarga akan mengenal Allah swt, beriman kepada-Nya, dan beribadah kepada-Nya. Hanya dengan mendidik anak dan keluarga dengan cara Islam maka insya Allah ia dan keluarganya akan selamat dari siksa api neraka kelak. Allah swt berfirman di dalam Al Quran yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah swt terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At Tahrim (66): 6)

Ayat di atas jelas sekali menggambarkan mengenai perintah kepada setiap manusia untuk mengajarkan dan menanamkan Islam kepada anak keturunan mereka, agar mereka dapat selamat dari api neraka. Tanpa mengenal dan memperdalam Islam, maka manusia tidak akan dapat mengenal Allah swt. Tanpa mengenal Allah swt maka manusia tidak akan beriman dan beribadah kepada Allah swt. Dan dengan demikian, mereka pun tidak akan selamat dari siksa api neraka. Mereka akan menjadi manusia yang jahil dan kufur. Maka, teramat pentinglah bagi setiap manusia untuk mengajarkan dan menanamkan Islam dalam diri dan anak keturunan mereka, serta dengan terus memperdalam pengetahuan tentang ilmu-ilmu Islam.

Dengan mengajarkan dan menanamkan Islam kepada anak-anak sejak dini, tentunya akan lebih mempermudah mereka untuk mengetahui “Kenapa mereka diciptakan?”. Allah swt berfirman, yang artinya:

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah (menyembah) kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariat (51): 56)

Islam telah mengajarkan kepada manusia melalui firman Allah swt di atas, bahwa tujuan diciptakannya manusia tidak lain hanyalah untuk beribadah kepada Allah swt. Maka, tugas bagi manusia adalah beribadah kepada Allah swt semata.

Dengan mengajarkan Islam sejak dini, maka anak akan lebih mudah untuk mengetahui dan menyadari tugas-tugas kehidupannya. Tidak ada lagi bagi mereka alasan untuk membuang-buang waktu dengan kemaksiatan atau hal-hal yang mubazir. Tidak ada lagi kecintaan yang berlebihan kepada sesuatu selain Allah swt dan Rasul-Nya. Karena mereka mengerti konsekuensi yang akan mereka terima jika berani meletakkan cinta melebih kecintaan kepada Allah swt dan Rasul-Nya.

“Katakanlah: ‘Jika bapak-bapak, anak-anak, saudarasaudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.’ Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS. At Taubah (9): 24)

Islam telah mengajarkan kepada umatnya untuk mendidik anak keturunan mereka agar mengenal, beriman, dan beribadah dengan setia hanya kepada Allah swt. Dan Islam telah menjadikan sholat sebagai materi dasar yang pertama kali harus diajarkan dan dibiasakan oleh seorang muslim kepada anak-anak mereka. Kenapa demikian? Hal ini karena sholat merupakan tiangnya agama, dan tanpa terlebih dahulu mendirikan tiang tersebut maka bangunan Islam tidak akan pernah dapat berdiri.

“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kami lah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa” (QS. Thahaa (20): 132)

Wajar jika orangtua, terutama ayah untuk sibuk dalam urusan pekerjaannya guna menafkahi anak-anak dan isterinya (keluarganya). Namun tidak wajar jika kesibukan tersebut akhirnya membuat mereka lupa untuk mengajarkan dan menanamkan pendidikan Islam kepada anak-anak mereka. Anak dan keluarga tidak hanya membutuhkan asupan jasmani semata, tapi juga membutuhkan asupan ruhani. Itulah yang saat ini banyak dilupakan oleh sebagian orangtua, mereka mengenyangkan perut anak dan keluarga mereka dengan materi dunia namun mereka melupakan mengisi perut ruhani anak dan keluarga mereka dengan ajaran Islam. Padahal, jasmani dan ruhani adalah sepasang tanggung jawab yang harus diperlakukan secara adil.

Ingatlah bahwa anak adalah amanat yang kelak akan dimintai pertanggung jawabannya. Jangan sampai orangtua tidak dapat memberikan pertanggung jawaban lantaran terlena dengan mengejar kehidupan duniawi semata yang akhirnya akan menjerumuskannya dalam jurang kebinasaan.

Tanamkanlah pendidikan Islam kepada anak sejak dini, mulai dari lingkungan keluarga. Orangtua tidak cukup hanya dengan memberikan contoh-contoh atau memberikan teladan saja, tetapi ia juga harus mampu menjadi teladan bagi anak-anaknya secara islami.

Suami Seperti Rasulullah saw

Menjadi seorang suami memang membutuhkan satu kematangan emosional dan berpikir yang baik. Tentunya, hal itu tidak lepas dari kuantitas dan kualitas ilmu yang dimiliki. Semakin banyak ilmu yang dimiliki oleh seorang lelaki (khusunya ilmu agama dan ilmu kerumah tanggaan), maka Insya Allah akan semakin baiklah ia dalam menjalankan peranannya sebagai seorang suami.

Tanpa disokong dengan kuantitas dan kualitas ilmu yang baik, niscaya kematangan emosional dan cara berpikir tidak akan tercapai dengan baik. Dan tanpa adanya kedua hal tersebut maka rumah tangga akan menjadi lahan empuk bagi sang suami untuk menerapkan kesewenang-wenangannya terhadap seluruh anggota keluarga yang tinggal dirumahnya.

Istri menjadi lahan jajahan yang empuk bagi para suami, hal ini banyak sekali terjadi karena minimnya kadar ilmu seorang suami. Suami senantiasa menuntut untuk dilayani dan dituruti setiap keinginan dan perintahnya. Seolah-olah istri adalah robot yang harus hanya melayani kemauannya semata. Merasa menjadi orang yang paling berjasa dalam rumah tangga karena telah mencari nafkah untuk keluarga, banyak suami yang akhirnya senantiasa “ongkang-ongkang kaki” (baca: sama sekali tidak (ingin) bekerja atau berbuat sesuatu) dalam rumah tangga. Tidak mau sedikitpun membantu pekerjaan yang ada di rumah, terlebih lagi yang memang pada umumnya dikerjakan oleh para wanita. Seolah-olah haram bagi mereka untuk menyentuh atau membantu mengerjakan pekerjaan istrinya di rumah.

Rasulullah Muhammad saw adalah seorang suami teladan bagi seluruh umat manusia. Di luar rumah beliau berperan sebagai seorang panglima perang dan figur dakwah, dan di rumah beliau pun mampu berperan sebagai suami terbaik.

Memiliki seorang suami seperti Rasulullah Muhammad saw, tentunya tidak ada yang akan menolak. Dan menjadi seorang suami seperti Rasulullah Muhammad saw, tentunya setiap lelaki yang berakal sehat pun pasti menginginkannya. Memang, untuk menjadi seorang suami seperti Rasulullah Muhammad saw tidak akan dapat dilakukan dengan sepenuhnya (sama persis seperti beliau apa adanya). Karena pada dasarnya, beliau adalah seorang Rasul yang terjaga dari kesalahan dan maksiat sekecil apapun, sementara kita hampir selalu saja bersentuhan dengan yang namanya maksiat atau dosa, baik sengaja maupun tidak sengaja. Hanya saja, sebagai umatnya kita tentu saja dapat memaksimalkan usaha untuk dapat mengikuti jejak beliau dalam berumah tangga. Untuk menjadi seorang suami seperti Rasulullah saw, kita dapat berusaha untuk senantiasa mengaplikasikan apa-apa yang beliau aplikasikan di dalam rumah tangga.

Di dalam rumah tangga, Rasulullah Muhammad saw tidak pernah bersifat meraja yang selalu ingin atau meminta untuk dilayani. Rasulullah Muhammad saw tidak pernah memperbudak istri-istri beliau. Justru beliau sangat sayang dan menghormati istri-istri beliau, mendidik istri-istri beliau dan bersikap seadil-adilnya.

Rasullah Muhammad saw senantiasa mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga dengan ikhlas. Beliau membantu mengerjakan dan menyelesaikan pekerjaan istri-istrinya. Hebatnya lagi, beliau yang merupakan seorang Rasul Allah swt, tokoh dakwah terkemuka, dan sebagai panglima perang tidak pernah merasa malu atau malas untuk mengerjakan pekerjaan-perkejaan istri beliau (pekerjaan wanita). Beliau suka menjahit pakaian beliau sendiri yang robek. Dan Rasulullah Muhammad saw ketika berada di rumah, beliau juga bekerja membantu memerah susu. Semaksimal mungkin beliau pun bersikap mandiri dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga, melayani diri sendiri dan tidak menekan sang istri untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga sendiri.

Kalau kita lihat di masa ini, tidak banyak suami yang bersedia untuk mengerjakan pekerjaan wanita atau istri-nya. Mencuci pakaian, mencuci piring, menyeterika, dan lain-lain adalah mutlak menjadi tugas istri. Padahal Rasulullah Muhammad saw tidaklah demikian, beliau berdakwah, berperang, dan juga masih mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga (pekerjaan istri). Rasulullah Muhammad saw tidak pernah mengatakan hal tersebut dan tidak pernah bersikap seperti itu. Istri Rasulullah Muhammad saw senantiasa mengatakan bahwa Rasulullah saw adalah seorang suami yang senantiasa mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah yang biasa dilakukan oleh para istri, termasuk melayani kebutuhan beliau sendiri.

Aisyah ra. pernah ditanya: “Apakah yang dilakukan Rasulullah saw di dalam rumah?” Ia radhiyallahu ‘anha menjawab: “Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah seorang manusia biasa. Beliau menambal pakaian sendiri, memerah susu dan melayani diri beliau sendiri.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)

Diriwayatkan dari Al-Aswad bin Yazid ia berkata: “Aku pernah bertanya kepada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha: ‘Apakah yang biasa dilakukan Rasulullah saw di rumah?’ ‘Aisyah ra. menjawab: “Beliau biasa membantu keluarga, apabila mendengar seruan azan, beliau segera keluar (untuk menunaikan shalat).” (HR. Muslim)

Rasulullah Muhammad saw adalah seorang Rasul Allah swt yang mulia, Figur dakwah dan panglima perang besar yang gagah perkasa. Namun beliau tidak pernah merasa enggan, malas, atau gengsi untuk membantu pekerjaan istri-istri beliau. Beliau tidak pernah mengeluh manakala harus melayani kebutuhannya sendiri.

Bagaimana dengan kita? Masihkah kita akan tetap bersikap meraja di dalam rumah tangga?

Penyakit Hati dan Penangkalnya

Setiap manusia tentu memiliki hati. Hati inilah yang mempengaruhi tabiat dan sifat seseorang. Apabila hati ini baik, maka manusia tersebut akan memiliki sifat yang terpuji. Namun jika hati yang dimiliki seorang manusia telah penuh dengan niat jahat, dapat dipastikan bahwa tingkah laku orang tersebut tidak akan jauh dari tindakan yang merugikan orang lain. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah Muhammad saw:

“Ketahuilah, sesungguhnya pada setiap jasad ada sekerat daging, apabila dia baik maka baik seluruh anggota jasad, apabila dia jelek maka jelek semua anggota jasad, ketahuilah dialah hati.” (HR. Bukhori)

Perubahan sifat yang ada dalam hati ini terjadi dengan sangat cepat. Semua itu terjadi semata karena kekuasaan yang dimilii Allah SWT. Dia-lah yang membolak-balikkan hati manusia sesuai dengan kehendak-Nya. Perhatikan sabda Rasulullah saw berikut:

“Dinamakan hati (al-qolbu) karena cepatnya berubah.”(HR. Ahmad)

“Perumpamaan hati adalah seperti sebuah bulu di tanah lapang yang diubah oleh hembusan angin dalam keadaan terbalik.” (HR. Ibnu Abi Ashim)

“Sesungguhnya hati-hati anak Adam berada di antara dua jari-jari Alloh layaknya satu hati, Dia mengubah menurut kehendak-Nya.” (HR. Muslim)

“Ya Alloh, Dzat yang membolak-balikkan hati, condongkanlah hati kami untuk selalu taat kepada-Mu.” (HR. Muslim)

Meskipun demikian, kita harus terus berupaya untuk menjaga hati kita agar tidak terkena penyakit hati, yang menyebabkab kita tersesat dari jalan yang diridhoi Allah SWT. Begitu banyak penyakit yang dapat hinggap dalam hati kita, baik kita sadari maupun tidak.

Penyakit-penyakit hati tersebut dapat diketahui dengan melihat perilaku yang ditampilkan oleh seseorang dalam kesehariannya. Perilaku yang mencerminkan rusak dan sakitnya hati seseorang diantaranya adalah:

1. Melakukan kedurhakaan dan dosa

Di antara manusia ada yang melakukan kedurhakaan terus-menerus dalam satu jenis perbuatan. Ada pula yang melakukan dalam beberapa jenis bahkan semuanya dilakukan dengan terang-terangan, padahal Rosululloh bersabda:

“Setiap umatku akan terampuni kecuali mereka yang melakukan kedurhakaan secara terang- terangan.” (HR. Bukhori)

2. Merasakan kekerasan dan kekakuan hati

Keras dan kakunya hati seseorang membuat orang itu tidak memiliki sensitifitas terhadap masalah-masalah yang menimpa saudaranya sesame muslim. Hal ini karena ia tidak akan mampu dipengaruhi oleh apapun juga, dan hanya akan bertumpu pada keinginan pribadinya.

3. Tidak tekun beribadah

Ketekunan dalam beribadah merupakan sesuatu hal yang wajib kita laksanakan. Dalam beribadah kita harus benar-benar memperhatikan dengan seksama setiap gerakan dan ucapan/bacaan serta doa. Sedangkan orang yang hatinya mulai diliputi oleh “penyakit” tidak akan mampu tekun dan memperhatikan apa yang dilakukannya dalam beriadah.

4. Malas dalam ketaatan dan ibadah

Kalaupun ia beribadah, maka ibadah tersebut hanyalah sekedar rutinitas belaka, dan “kosong”. Masuk dalam kategori ini ialah perbuatan–perbuatan yang tidak dilakukan dengan mempedulikan nilai dari perbuatan tersebut atau meremehkan waktu-waktu yang tepat untuk melakukannya. Misalnya, melakukan sholat-sholat di akhir waktu, atau menunda-nunda haji padahal sudah ada kemampuan untuk melaksanakan.

5. Perasaan gelisah dan resah karena masalah yang dihadapi

6. Tidak tersentuh kandungan ayat-ayat suci Al Qur’an

7. Lalai dalam dzikir dan doa

8. Lalai dalam amar ma’ruf nahi munkar

Bara ghiroh dalam hati telah padam, tidak menyuruh kepada yang ma’ruf, tidak pula mencegah dari yang mungkar. Pada puncaknya, dia tidak mengetahui yang ma’ruf dan tidak mengetahui yang mungkar. Segala urusan dianggap sama

9. Gila kehormatan dan popularitas

Termasuk di dalamnya, gila terhadap kedudukan ingin tampil sebagai pemimpin yang menonjol dan tidak dibarengi dengan kemampuan yang semestinya.

“Sesunguhnya kamu sekalian akan berhasrat mendapatkan kepemiminan dan hal ini akan menjadi penyesalan pada hari kiamat.” (HR. Bukhori)

10. Bakhil dan kikir atas hartanya

Allah SWT memuji orang-orang Anshor dengan firman-Nya:

“… dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. al-Hasyr [59]: 9)

Rosulullah saw bahkan bersabda :

“Tidaklah berkumpul pada hati seorang hamba selama-lamanya sifat kikir dan keimanan.” (HR. Nasai)

11. Mengakui apa-apa yang tidak dilakukannya

Padahal penyakit ini yang menjadikan binasanya umat terdahulu. Alloh berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman, mengapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Alloh bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. ash-Shof : 2–3)

12. Bersenang-senang diatas penderitaan umat muslim

13. Hanya pandai menilai kadar dosa yang dilakukan dan tidak melihat pada siapa dosa itu dilakukannya

14. Tidak peduli pada penderitaan sesama muslim

15. Mudah memutuskan tali silaturahmi/persaudaraan

16. Senang berbantah-bantahan yang mneyebabkan hatinya keras dan kaku

17. Sibuk dalam urusan dunia semata

18. Suka berlebih-lebihan

Penyembuhan

Perilaku tersebut diatas dapat dijadikan indikator awal akan adanya penyakit pada hati seseorang. Meskipun demikian, kita dapat menyembuhkan hati yang sakit tersebut dengan beberapa cara. Hal ini untuk mempertahankan keimanan yang ada dalam hati kita.

Rosulullah saw menggambarkan dalam salah satu sabda Beliau bahwa keimanan seorang hamba diibaratkan sebagai pakaian yang dibutuhkan untuk diperbaharui setiap saat. Beliau saw juga menggambarkan keimanan ibarat menatap bulan, terkadang bercahaya terkadang gelap, manakala bulan tersebut tertutup oleh awan maka hilanglah sinar dari rembulan tersebut, ketika gumpalan-gumpalan awan menghilang maka nampak kembali cahaya bulan tersebut.

Juga sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw :

“Barangsiapa di antara kamu melihat kemungkaran hendaklah dia mengubah dengan tangannya, jika dia tidak mampu maka dengan lisannya, jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan yang demikian adalah selemah-lemah iman.” (HR. Bukhari)

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan seorang muslim sebagai upaya penyembuhan penyakit hati yang dideritanya:

1. Membaca dan menyimak Al Qur’an

Allah SWT telah memastikan bahwa al-Qur’an adalah penawar dari penyakit, penerang dan cahaya bagi hamba Allah yang dikehendaki-Nya. Firman Allah SWT :

“Dan Kami turunkan dari al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman….” (QS. al-Isra’ : 82)

2. Merasakan keagungan Allah SWT

Banyak dalil dari al-Qur’an dan as-Sunnah yang mengungkap tentang keagungan Alloh. Jika seorang muslim memperhatikan nash-nash tersebut, niscaya akan bergetar hatinya dan jiwanya akan tunduk kepada Dzat yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui sebagaimana firman Allah :

“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. al-An’am: 59)

3. Mencari dan mempelajari ilmu agama

Yaitu ilmu yang bisa menghasilkan rasa takut kepada Allah SWT dan menambah nilai keimanannya. Tidak akan sama keadaan orang yang mengetahui dan orang yang tidak mengetahui.

4. Banyak berdzikir

Dengan berdzikir kepada Allah SWT keimanan bertambah, rohmat Allah datang, hati tenteram, para malaikat datang mengelilingi mereka, dosa-dosa terampuni. Rosulullah saw bersabda:

“Demi Dzat yang jiwaku ada dalam genggaman-Nya, andaikata kamu tetap seperti keadaanmu di sisiku dan di dalam berdzikir, tentu para malaikat akan menyalami kamu di atas tempat tidurmu dan tatkala dalam perjalanan.” (HR. Muslim)

5. Memperbanyak amal sholeh

Banyak hal yang dapat digunakan sebagai lading amal sholeh bagi kita. Sedangkan bentuk dan cara memperbanyak amal sholeh diantaranya adalah:

• Sesegera mungkin melaksanakan amal sholih

• Melaksanakan amal sholih secara terus-menerus

• Tidak gampang bosan dan capai dalam melaksanakannya

• Mengulang beberapa amal sholih yang terlupakan

• Senantiasa berharap apa yang dilakukannya diterima oleh Allah SWT

6. Rajin melakukan ibadah

Di antara rahmat Allah SWT ialah dengan diberikan-Nya beberapa macam peribadatan, sebagiannya berbentuk fisik seperti sholat, sebagiannya berbentuk materi seperti zakat, sebagiannya berbentuk lisan seperti dzikir dan do’a. Bahkan satu jenis ibadah bisa dibagi kepada wajib, sunnah, dan anjuran. Yang wajib pun terkadang terbagi kepada beberapa bagian. Berbagai jenis ibadah ini memungkinkan untuk dijadikan sebagai penyembuh dari penyakit hati atau lemahnya keimanan.

7. Takut meninggal dalam keadaan su’us khotimah

8. Banyak mengingat mati

Rosulullah saw bersabda:

“Perbanyaklah mengingat penebas segala kelezatan, yakni kematian.” (HR. Tirmidzi)

Di antara cara yang efektif untuk mengingatkan seseorang terhadap kematian ialah dengan berziarah kubur, mengunjungi orang sakit, mengiringkan jenazah, dan lain-lain.

9. Selalu ingat akan tibanya hari akhir

10. Menelaah firman-firman Allah SWt yang terkait dengan peristiwa alam

11. Bermunajat dan pasrah kpeada Allah SWT

12. Tidak terlalu mengharap dunia

13. Banyak melakukan ibadah hati

14. Berdo’a kepada allah SWT agar dijaga keimanan kita

Semoga kita terhindar dari penyakit hati yang dapat melemahkan dan bahkan menghilangkan keimanan kita kepada Allah SWT. Dan semoga Allah SWT memberikan perlindungan kepada kita, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Amin………

Putra-Putri Nabi Muhammad saw

Dari dua belas wanita yang Rasulullah saw nikahi, hanya Khadijah binti Khuwalid dan Mariah Al-Qabtiyya yang memberi beliau keturunan. Pernikahan Nabi Muhammad saw dengan Khadijah dikaruniai tujuh orang anak, diantaranya tiga putra (Al Qasim, Abdullah, dan Tayyib) yang meninggal dunia sewaktu masih kecil dan empat putri (Zainab, Ruqayyah,Ummi Kaltsum, dan Fatimah). Sedangkan dari pernikahan beliau dengan Mariah Al-Qabtiyya dikarunia seorang anak bernama Ibrahim yang meninggal sewaktu masih kecil.

Dengan demikian, jumlah anak Nabi Muhammad asaw dalah delapan orang, empat laki-laki yang kesemuanya meninggal sewakti masih kecil, serta empat wanita. Putranya yang bernama Ibrahim hanya hidup selama 18 bulan. Nabi saw menyaksikan ketika dia menghembuskan nafas yang terakhir sambil meneteskan air mata, beliau berkata “mata boleh meneteskan air, hati boleh bersedih, tapi kita tidak boleh mengucapkan kalimat yang tidak diridhoi Allah”.

Zainab binti Muhammad adalah putrid sulung Rasulullah saw. Zainab dipersunting oleh Abul Ash bin Rabi’. Dia memeluk agama Islam dan ikut hijrah ke Madinah, sementara suaminya bertahan dalam agamanya di Mekah sampai dia tertawan dalam perang Badar. Di saat itu, Nabi Muhammad saw meminta kepadanya untuk menceraikan Zainab, lalu diceraikannya. Setelah dia masuk Islam, Rasulullah saw menikahkan mereka kembali. Zainab binti Muhammad wafat di tahun 8 H.

Ruqayyah dipersunting oleh Utbah bin Abu Lahab sewaktu Jahiliah. Setelah munculnya Islam dan turunnya ayat yang berarti “Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.” (QS. al-Lahab : 1) dia langsung dicerai oleh suaminya atas perintah Abu Lahab. Dia memeluk Islam bersama ibunya. Kemudian dia dinikahi oleh Usman bin Affan dan ikut bersama suaminya hijrah ke Abessina (habasyah), kemudian mereka kembali dan menetap di Madinah dan seterusnya meninggal di kota itu pula. Sepeninggal Ruqayyah di tahun 2 H, adiknya yang bernama Ummi Kaltsum dinikahi oleh Usman bin Affan dan ikut berhijrah ke Madinah. Ummi Kaltsum wafat di tahun 9 H/639 M.

Putri bungsu Nabi Muhammad saw adalah Fatimah Az-Zahra. Fatimah adalah putri kesayangan Nabi Muhammad saw. Selain itu, ia juga merupakan seorang putri Nabi saw yang paling terkenal di dunia Islam. Ia menghabiskan masa kanak-kanaknya di Mekah sehingga mengalami secara langsung tekanan dan penyiksaan yang menimpa keluarganya, karena pada masa itu Nabi Muhammad saw baru memulai perjuangannya mensyiarkan Islam. Sedangkan masa remaja dan dewasanya, Fatimah tinggal di Madinah.

Fatimah binti Muhammad menikah dengan Ali bin Abu Thalib. Dari pernikahannya itu, dikaruniai lima orang keturunan, tiga putra (Hasan, Husein, dan Muhassin) dan dua putri (Ummi Kultsum dan Zainab). Fatimah adalah seorang wanita yang pintar dan ikut pula dalam perjuangan syiar Islam. Ia meninggal pada tahun 11 H.