Perjalanan Ruh Setelah Manusia Meninggal Dunia
Al-Imam Ahmad, Abu Dawud, An-Nasai, Ibnu Majah, serta yang selainnya, telah
meriwayatkan dari hadits Al-Baro’ bin ‘Azib, bahwa suatu ketika para sahabat
berada di pekuburan Baqi’ul ghorqod. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam mendatangi mereka. Beliau pun duduk. Sementara para sahabat duduk
disekitarnya dengan tenang tanpa mengeluarkan suara, seakan-akan di atas kepala
mereka ada burung.
Beliau sedang menanti penggalian kubur seorang yang baru saja meninggal.
Ini menunjukkan bahwa tatkala seorang hamba berada di pekuburan, dituntunkan
kepadanya untuk bersikap tenang, diam, hening, dan tidak mengucapkan
dzikir-dzikir dengan suara yang keras. Terlebih lagi berbicara mengenai
urusan-urusan dunia yang fana. Dalam suasana yang seperti ini, hendaknya dia
berpikir tentang kematian yang akan menimpa setiap manusia tanpa terkecuali.
Sudahkah dia berbekal diri untuk menghadapinya. Ini membutuhkan perenungan yang
dalam, sehingga melahirkan keimanan, ketakwaan, dan amal sholeh yang diterima
disisi Allah.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengangkat kepalanya dan
mengucapkan:
“Aku berlindung kepada Allah dari adzab kubur.”
Beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali. Setelah itu, beliau shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya bila seorang yang mukmin menghadap
ke alam akhirat dan meninggalkan alam dunia, turun kepadanya sejumlah malaikat
berwajah putih yang seolah-olah seperti matahari. Mereka membawa sebuah kain
kafan dan minyak wangi dari surga. Mereka pun duduk di dekatnya sejauh mata
memandang. Lalu datanglah malaikat pencabut nyawa dan duduk di dekat kepalanya.
Malaikat pencabut nyawa berkata:
“Wahai jiwa yang baik, keluarlah engkau kepada
keampunan dan keridhoan Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Maka nyawanya keluar dan mengalir seperti air
yang mengucur dari mulut wadah. Lalu malaikat pencabut nyawa mengambilnya.
Nyawanya tidak dibiarkan sekejap mata pun berada di tangan malaikat pencabut
nyawa dan segera diambil oleh para malaikat yang berwajah putih tadi. Kemudian
mereka meletakkannya pada kain kafan dan minyak wangi surga yang telah mereka
bawa. Maka nyawanya mengeluarkan aroma minyak wangi misik yang paling terbaik
di muka bumi. Lalu mereka menyertainya untuk naik ke langit. Tidaklah mereka
melewati sekumpulan malaikat melainkan para malaikat itu akan bertanya: “Siapakah
nyawa yang baik ini?” Mereka menjawab: “Ini adalah Fulan bin Fulan”, dan
disebutkan namanya yang paling terbaik ketika mereka memanggilnya di dunia.
Tatkala mereka telah sampai membawanya kelangit,
mereka meminta agar pintu langit dibukakan untuknya. Maka dari setiap langit
dia diiringi oleh para penjaganya sampai ke langit berikutnya. Demikianlah yang
akan terjadi hingga dia sampai ke langit yang disana ada Allah. Maka Allah
berfirman:
“Catatlah oleh kalian bahwa hambaku (ini) berada
di surga ‘illiyyin, dan (sekarang) kembalikanlah dia ke muka bumi. Sungguh
darinya Aku telah menciptakan mereka, dan padanya Aku akan mengembalikan
mereka, serta darinya pula Aku akan mengeluarkan mereka sekali lagi”.
Kemudian nyawanya dikembalikan ke dalam jasadnya.
Lalu datanglah dua orang malaikat kepadanya. Keduanya bertanya, siapa Rabbmu?
Maka dia menjawab, Rabbku adalah Allah. Keduanya kembali bertanya, apa agamamu?
Maka dia menjawab, agamaku adalah islam. Keduanya kembali bertanya, siapa orang
yang telah diutus di tengah kalian ini? Maka dia menjawab, beliau adalah utusan
Allah. Keduanya kembali bertanya, siapakah yang telah mengajarimu? Maka dia
menjawab, aku membaca kitab Allah, beriman kepadanya dan membenarkannya.
Kemudian terdengarlah suara yang menyeru dari langit,
“Hambaku ini telah benar. Bentangkanlah untuknya permadani dari surga dan
bukakanlah sebuah pintu ke surga”.
Maka harum wangi surga pun menerpanya dan
kuburnya diperluas sejauh mata memandang. Lalu datang kepadanya seorang yang
bagus wajahnya, pakainnya, dan harum wanginya. Orang itu berkata, bergembiralah
dengan segala yang akan menyenangkanmu. Ini adalah hari yang dahulu engkau
telah dijanjikan. Maka si mukmin bertanya kepadanya, “Siapakah engkau? Wajahmu
adalah wajah yang datang dengan membawa kebaikan.” Dia pun menjawab, “Aku
adalah amalmu yang sholih.” Lalu si mukmin berkata, “Wahai Rabbku! Segerakanlah
hari kiamat agar aku kembali kepada keluarga dan hartaku”.
Selanjutnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Adapun bila seorang yang kafir meninggalkan alam
dunia dan menghadap ke alam akhirat, turun kepadanya dari langit sejumlah
malaikat yang berwajah hitam legam. Mereka membawa sebuah kain kafan yang buruk
dan kasar. Mereka pun duduk di dekatnya sejauh mata memandang. Lalu datanglah
malaikat pencabut nyawa dan duduk di dekat kepalanya. Malaikat pencabut nyawa
berkata,
“Wahai jiwa yang buruk, keluarlah engkau kepada
kemurkaan dan kemarahan Allah”.
Maka nyawanya tercerai berai di dalam jasadnya.
Kemudian malaikat pencabut nyawa merenggut nyawanya seperti mencabut besi
pemanggang daging dari bulu domba yang basah. Setelah malaikat pencabut nyawa
mengambilnya, tidak dibiarkan sekejap mata pun berada di tangannya dan segera
diambil oleh para malaikat yang berwajah hitam legam tadi. Lalu mereka
meletakkannya pada kain kafan (yang telah mereka bawa) itu. Sehingga keluarlah
dari nyawanya seperti bau yang sangat busuk di atas muka bumi.
Kemudian mereka naik bersamanya. Tidaklah mereka
melewati sekumpulan malaikat melainkan para malaikat itu akan bertanya,
siapakah nyawa yang buruk ini? Mereka menjawab: “Ini adalah Fulan bin Fulan”
dan disebutkan namanya yang paling terburuk ketika mereka memanggilnya di
dunia.
Kemudian mereka membawanya naik sampai ke langit
dunia dan dimintakan agar pintu langit di bukakan untuknya. Namun pintu langit
tidak dibukakan untuknya”.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca ayat yang
berbunyi,
“Tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu
langit dan mereka tidak akan masuk surga sampai onta bisa masuk ke dalam lubang
jarum.” (QS. Al-A’rof: 40)
Selanjutnya Allah Azza wa jalla berfirman,
“Catatlah oleh kalian bahwa ketetapannya berada
di (neraka) Sijjiin, di bumi yang paling bawah”.
Setelah itu, nyawanya benar-benar dilemparkan.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca ayat yang
berbunyi,
“Barangsiapa yang berbuat syirik kepada Allah,
Maka dia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau
diterbangkan oleh angin ke tempat yang jauh”. (surat Al Hajj:ayat 31)
Demikianlah, nyawanya dikembalikan kedalam
jasadnya. Maka dua orang malaikat mendatanginya lalu mendudukkannya. Keduanya
bertanya, “Siapa Rabbmu?” Dia menjawab, “Hah.. hah..aku tidak tahu”. Keduanya
kembali bertanya, “Siapa orang yang telah diutus ditengah kalian ini?” Dia
menjawab, “Hah..hah..aku tidak tahu.” Kemudian terdengarlah suara yang
menyeru dari langit, “Dia telah berdusta, bentangkanlah untuknya permadani dari
api neraka dan bukakanlah sebuah pintu ke neraka.” Sehingga hawa panas dan
racun neraka pun menerpanya dan kuburnya dipersempit sampai tulang-tulang
rusuknya saling bergeser. Lalu datang kepadanya seorang yang buruk wajahnya,
pakainnya, dan busuk baunya. Orang itu berkata, “Bergembiralah dengan segala
yang akan memperburuk keadanmu. Ini adalah hari yang dahulu engkau telah
dijanjikan.” Maka si kafir bertanya, “Siapakah engkau? Wajahmu adalah wajah
yang datang dengan membawa keburukan.” Dia pun menjawab, “Aku adalah amalmu
yang buruk.” Lalu si kafir berkata, “Wahai Rabbbku! Janganlah engkau datangkan
hari kiamat”.
Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah di dalam kitabnya
“Ahkamul Janaiz” (hal. 156-157) dan tahqiq beliau terhadap “Syarh Aqidah
Thahawiyyah” (hal. 397-398).
Inilah keadaan seorang yang mukmin dan seorang yang kafir tatkala
meninggalkan alam dunia dan masuk ke dalam alam akhirat yang dimulai dengan
alam barzakh (alam kubur). Wallahu a’lam bi showab
Ketika manusia meninggalkan alam dunia bukan berarti urusannya telah
selesai. Dia akan mengalami alam kedua yaitu alam barzakh (alam kubur). Alam
ini merupakan pintu masuk ke dalam alam akhirat yang sesungguhnya. Disebut
dengan alam barzakh, karena makna barzakh adalah penutup atau perantara bagi
dua perkara. Maka alam barzakh adalah alam di antara alam dunia dan alam
akhirat. Di alam barzakh, manusia akan mengalami berbagai masalah yang
menandakan bahwa urusannya belum selesai dengan semata-mata meninggalkan alam
dunia. Saat melewati alam barzakh, pertama kali yang akan dihadapinya adalah
pertanyaan dua malaikat di dalam kuburnya, sebagaimana di dalam hadits Al Baro`
bin ’Azib yang terdahulu. Maka keberhasilannya di alam barzakh, mendapat
kebaikan atau keburukan, akan tergantung dengan kemampuannya dalam menjawab
pertanyaan dua malaikat itu.
Perlu diingat, bahwa di alam barzakh, jasad manusia tidak akan mampu untuk
menjawabnya. Yang akan menjawabnya adalah ruh dan jiwa manusia yang telah diisi
saat di alam dunia dengan kebaikan atau keburukan. Adapun seorang yang mukmin
niscaya akan dimudahkan oleh Allah untuk bisa menjawab pertanyaan kubur yaitu
tentang siapa Rabmu, apa agamamu, dan siapa nabimu. Itulah yang Allah maksudkan
dengan firman-Nya:
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman
dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.”
(Ibrahim: 27)
Di dalam sebuah hadits yang shohih dari sahabat Al-Bara’ bin ‘Azib
radhiyallahu ‘anhu , bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Seorang hamba yang muslim bila ditanya di dalam
kuburnya, niscaya dia akan bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak
diibadahi dengan benar kecuali Allah dan bahwasanya muhammad adalah utusan
Allah”.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Itulah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman
dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat”.
(HR. Al Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menunjukkan bahwa seorang yang mukmin akan mampu mengucapkan dua
kalimat syahadat “La ilaha illallah wa anna Muhammadan Rasulullah”, baik ketika
di dunia maupun di akhirat.
Tatkala seorang hamba menghadapi pertanyaan dua malaikat ini, maka dia akan
menjawabnya sesuai dengan amal perbuatannya sewaktu di dunia. Oleh sebab itu,
seorang hamba yang berbuat dosa-dosa besar dan tidak bertaubat darinya, sangat
mungkin disiksa oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam kuburnya, walaupun dia
seorang yang mukmin.
Telah datang sebuah hadits dari sahabat ‘Abdullah bin Abbas radhiyallahu
‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melewati dua
kuburan, lalu beliau bersabda:
“Orang-orang yang berada di dalam dua kubur ini,
sungguh sedang disiksa. Dan tidaklah keduanya disiksa karena suatu masalah yang
besar. Adapun salah satu dari keduanya, dahulu tidak mau menjaga diri dari air
kencing. Sedangkan yang lain, dahulu biasa berjalan untuk mengadu domba”.
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menunjukkan kepada kita sekalian bahwa dua orang yang disiksa di
dalam kuburnya itu dikarenakan dosa-dosa besar. Berarti yang disiksa oleh Allah
di alam kubur bukan karena kekafiran saja tetapi juga karena dosa-dosa besar.
Nasalullah salamah wal ‘afiah.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengambil sebuah pelepah
kurma yang masih basah dan membelahnya menjadi dua bagian. Beliau meletakkannya
di masing-masing dua kubur ini dengan harapan semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala
memperingan siksa keduanya, selama pelepah kurma itu masih basah dan belum
kering.
Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, semoga kita dimudahkan untuk
menjawab pertanyaan kubur dan diselamatkan dari siksanya.
Wallahu a’lam bis shawab.
Kami persembahkan nasehat ini untuk saudara-saudara kami terkhusus para
pemuda dan remaja muslim. Mudah-mudahan nasehat ini dapat membuka mata hati
mereka sehingga mereka lebih tahu tentang siapa dirinya sebenarnya, apa
kewajiban yang harus mereka tunaikan sebagai seorang muslim, agar mereka merasa
bahwa masa muda ini tidak sepantasnya untuk diisi dengan perkara yang bisa
melalaikan mereka dari mengingat Allah subhanahu wata’ala sebagai penciptanya,
agar mereka tidak terus-menerus bergelimang ke dalam kehidupan dunia yang fana
dan lupa akan negeri akhirat yang kekal abadi.
Wahai para pemuda muslim, tidakkah kalian menginginkan kehidupan yang
bahagia selamanya? Tidakkah kalian menginginkan jannah (surga) Allah subhanahu
wata’ala yang luasnya seluas langit dan bumi?
Ketahuilah, jannah Allah subhanahu wata’ala itu diraih dengan usaha yang
sungguh-sungguh dalam beramal. Jannah itu disediakan untuk orang-orang yang
bertaqwa yang mereka tahu bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara, mereka
merasa bahwa gemerlapnya kehidupan dunia ini akan menipu umat manusia dan
menyeret mereka kepada kehidupan yang sengsara di negeri akhirat selamanya.
Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya) :
“Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah
kesenangan yang menipu.” (Ali ‘Imran: 185)
Untuk Apa Kita Hidup di Dunia?
Wahai para pemuda, ketahuilah, sungguh Allah subhanahu wata’ala telah
menciptakan kita bukan tanpa adanya tujuan. Bukan pula memberikan kita
kesempatan untuk bersenang-senang saja, tetapi untuk meraih sebuah tujuan
mulia. Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya) :
“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia
melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (Adz Dzariyat: 56)
Beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala dengan menjalankan segala
perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Itulah tugas utama yang harus
dijalankan oleh setiap hamba Allah.
Dalam beribadah, kita dituntut untuk ikhlas dalam menjalankannya. Yaitu
dengan beribadah semata-mata hanya mengharapkan ridha dan pahala dari Allah
subhanahu wata’ala. Jangan beribadah karena terpaksa, atau karena gengsi
terhadap orang-orang di sekitar kita. Apalagi beribadah dalam rangka agar
dikatakan bahwa kita adalah orang-orang yang alim, kita adalah orang-orang
shalih atau bentuk pujian dan sanjungan yang lain.
Umurmu Tidak Akan Lama Lagi
Wahai para pemuda, jangan sekali-kali terlintas di benak kalian: beribadah
nanti saja kalau sudah tua, atau mumpung masih muda, gunakan untuk foya-foya.
Ketahuilah, itu semua merupakan rayuan setan yang mengajak kita untuk menjadi
teman mereka di An Nar (neraka).
Tahukah kalian, kapan kalian akan dipanggil oleh Allah subhanahu wata’ala,
berapa lama lagi kalian akan hidup di dunia ini? Jawabannya adalah sebagaimana
firman Allah subhanahu wata’ala (artinya):
“Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui apa
yang akan dilakukannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di
bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal.” (Luqman: 34)
Wahai para pemuda, bertaqwalah kalian kepada Allah subhanahu wata’ala.
Mungkin hari ini kalian sedang berada di tengah-tengah orang-orang yang sedang
tertawa, berpesta, dan hura-hura menyambut tahun baru dengan berbagai bentuk
maksiat kepada Allah subhanahu wata’ala, tetapi keesokan harinya kalian sudah
berada di tengah-tengah orang-orang yang sedang menangis menyaksikan
jasad-jasad kalian dimasukkan ke liang lahad (kubur) yang sempit dan
menyesakkan.
Betapa celaka dan ruginya kita, apabila kita belum sempat beramal shalih.
Padahal, pada saat itu amalan diri kita sajalah yang akan menjadi pendamping
kita ketika menghadap Allah subhanahu wata’ala. Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
“Yang mengiringi jenazah itu ada tiga:
keluarganya, hartanya, dan amalannya. Dua dari tiga hal tersebut akan kembali
dan tinggal satu saja (yang mengiringinya), keluarga dan hartanya akan kembali,
dan tinggal amalannya (yang akan mengiringinya).” (Muttafaqun ‘Alaihi)
Wahai para pemuda, takutlah kalian kepada adzab Allah subhanahu wata’ala.
Sudah siapkah kalian dengan timbangan amal yang pasti akan kalian hadapi nanti.
Sudah cukupkah amal yang kalian lakukan selama ini untuk menambah berat
timbangan amal kebaikan.
Betapa sengsaranya kita, ketika ternyata bobot timbangan kebaikan kita
lebih ringan daripada timbangan kejelekan. Ingatlah akan firman Allah subhanahu
wata’ala (artinya) :
“Dan adapun orang-orang yang berat timbangan
(kebaikan)nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan adapun
orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka tempat kembalinya adalah
neraka Hawiyah. Tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu? (Yaitu) api yang sangat
panas.” (Al Qari’ah: 6-11)
Bersegeralah dalam Beramal
Wahai para pemuda, bersegeralah untuk beramal kebajikan, dirikanlah shalat
dengan sungguh-sungguh, ikhlas dan sesuai tuntunan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam. Karena shalat adalah yang pertama kali akan dihisab nanti
pada hari kiamat, sebagaimana sabdanya:
“Sesungguhnya amalan yang pertama kali manusia
dihisab dengannya di hari kiamat adalah shalat.” (HR. At Tirmidzi, An
Nasa`i, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad. Lafazh hadits riwayat Abu Dawud
no.733)
Bagi laki-laki, hendaknya dengan berjama’ah di masjid. Banyaklah berdzikir
dan mengingat Allah subhanahu wata’ala. Bacalah Al Qur’an, karena sesungguhnya
ia akan memberikan syafaat bagi pembacanya pada hari kiamat nanti.
Banyaklah bertaubat kepada Allah subhanahu wata’ala. Betapa banyak dosa dan
kemaksiatan yang telah kalian lakukan selama ini. Mudah-mudahan dengan
bertaubat, Allah subhanahu wata’ala akan mengampuni dosa-dosa kalian dan
memberi pahala yang dengannya kalian akan memperoleh kebahagiaan dunia dan
akhirat.
Wahai para pemuda, banyak-banyaklah beramal shalih, pasti Allah subhanahu
wata’ala akan memberi kalian kehidupan yang bahagia, dunia dan akhirat. Allah
subhanahu wata’ala berfirman (artinya) :
“Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik
laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik.” (An Nahl: 97)
Engkau Habiskan untuk Apa Masa Mudamu?
Pertanyaan inilah yang akan diajukan kepada setiap hamba Allah subhanahu
wata’ala pada hari kiamat nanti. Sebagaimana yang diberitakan oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam dalam salah satu haditsnya:
“Tidak akan bergeser kaki anak Adam (manusia)
pada hari kiamat nanti di hadapan Rabbnya sampai ditanya tentang lima perkara: umurnya
untuk apa dihabiskan, masa mudanya untuk apa dihabiskan, hartanya dari mana dia
dapatkan dan dibelanjakan untuk apa harta tersebut, dan sudahkah beramal
terhadap ilmu yang telah ia ketahui.” (HR. At Tirmidzi no. 2340)
Sekarang cobalah mengoreksi diri kalian sendiri, sudahkah kalian mengisi
masa muda kalian untuk hal-hal yang bermanfaat yang mendatangkan keridhaan
Allah subhanahu wata’ala? Ataukah kalian isi masa muda kalian dengan perbuatan
maksiat yang mendatangkan kemurkaan-Nya?
Kalau kalian masih saja mengisi waktu muda kalian untuk bersenang-senang
dan lupa kepada Allah subhanahu wata’ala, maka jawaban apa yang bisa kalian
ucapkan di hadapan Allah subhanahu wata’ala Sang Penguasa Hari Pembalasan?
Tidakkah kalian takut akan ancaman Allah subhanahu wata’ala terhadap orang yang
banyak berbuat dosa dan maksiat? Padahal Allah subhanahu wata’ala telah
mengancam pelaku kejahatan dalam firman-Nya (artinya):
“Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya
akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan
tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah.” (An Nisa’: 123)
Bukanlah masa tua yang akan ditanyakan oleh Allah subhanahu wata’ala. Oleh
karena itu, pergunakanlah kesempatan di masa muda kalian ini untuk kebaikan.
Ingat-ingatlah selalu bahwa setiap amal yang kalian lakukan akan
dipertanggungjawabkan kelak di hadapan Allah subhanahu wata’ala.
Jauhi Perbuatan Maksiat
Apa yang menyebabkan Adam dan Hawwa dikeluarkan dari Al Jannah (surga)?
Tidak lain adalah kemaksiatan mereka berdua kepada Allah subhanahu wata’ala.
Mereka melanggar larangan Allah subhanahu wata’ala karena mendekati sebuah
pohon di Al Jannah, mereka terbujuk oleh rayuan iblis yang mengajak mereka
untuk bermaksiat kepada Allah subhanahu wata’ala.
Wahai para pemuda, senantiasa iblis, setan, dan bala tentaranya berupaya
untuk mengajak umat manusia seluruhnya agar mereka bermaksiat kepada Allah
subhanahu wata’ala, mereka mengajak umat manusia seluruhnya untuk menjadi
temannya di neraka. Sebagaimana yang Allah subhanahu wata’ala jelaskan dalam
firman-Nya (yang artinya):
“Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka
jadikanlah ia musuh(mu), karena sesungguhnya setan-setan itu mengajak
golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.”
(Fathir: 6)
Setiap amalan kejelekan dan maksiat yang engkau lakukan, walaupun kecil
pasti akan dicatat dan diperhitungkan di sisi Allah subhanahu wata’ala. Pasti
engkau akan melihat akibat buruk dari apa yang telah engkau lakukan itu. Allah
subhanahu wata’ala berfirman (yang artinya):
“Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan
sekecil apapun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” (Az Zalzalah:
Setan juga menghendaki dengan kemaksiatan ini, umat manusia menjadi
terpecah belah dan saling bermusuhan. Jangan dikira bahwa ketika engkau bersama
teman-temanmu melakukan kemaksiatan kepada Allah subhanahu wata’ala, itu
merupakan wujud solidaritas dan kekompakan di antara kalian. Sekali-kali tidak,
justru cepat atau lambat, teman yang engkau cintai menjadi musuh yang paling
engkau benci. Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya) :
“Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak
menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu karena (meminum) khamr dan
berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat, maka
berhentilah kamu (dari mengerjakan perbuatan itu).” (Al Maidah: 91)
Demikianlah setan menjadikan perbuatan maksiat yang dilakukan manusia
sebagai sarana untuk memecah belah dan menimbulkan permusuhan di antara mereka.
Ibadah yang Benar Dibangun di atas Ilmu
Wahai para pemuda, setelah kalian mengetahui bahwa tugas utama kalian hidup
di dunia ini adalah untuk beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala semata,
maka sekarang ketahuilah bahwa Allah subhanahu
wata’ala hanya menerima amalan ibadah yang dikerjakan dengan benar. Untuk
itulah wajib atas kalian untuk belajar dan menuntut ilmu agama, mengenal Allah
subhanahu wata’ala, mengenal Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam, dan
mengenal agama Islam ini, mengenal mana yang halal dan mana yang haram, mana
yang haq (benar) dan mana yang bathil (salah), serta mana yang sunnah dan mana
yang bid’ah.
Dengan ilmu agama, kalian akan terbimbing dalam
beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala, sehingga ibadah yang kalian lakukan
benar-benar diterima di sisi Allah subhanahu wata’ala. Betapa banyak orang yang
beramal kebajikan tetapi ternyata amalannya tidak diterima di sisi Allah
subhanahu wata’ala, karena amalannya tidak dibangun di atas ilmu agama yang
benar.
Oleh karena itu, wahai para pemuda muslim, pada kesempatan ini, kami juga
menasehatkan kepada kalian untuk banyak mempelajari ilmu agama, duduk di
majelis-majelis ilmu, mendengarkan Al Qur’an dan hadits serta nasehat dan
penjelasan para ulama. Jangan sibukkan diri kalian dengan hal-hal yang kurang
bermanfaat bagi diri kalian, terlebih lagi hal-hal yang mendatangkan murka
Allah subhanahu wata’ala.
Ketahuilah, menuntut ilmu agama merupakan kewajiban bagi setiap muslim,
maka barangsiapa yang meninggalkannya dia akan mendapatkan dosa, dan setiap
dosa pasti akan menyebabkan kecelakaan bagi pelakunya.
“Menuntut ilmu agama itu merupakan kewajiban bagi
setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah no.224)
Akhir Kata
Semoga nasehat yang sedikit ini bisa memberikan manfaat yang banyak kepada
kita semua. Sesungguhnya nasehat itu merupakan perkara yang sangat penting
dalam agama ini, bahkan saling memberikan nasehat merupakan salah satu sifat
orang-orang yang dijauhkan dari kerugian, sebagaimana yang Allah subhanahu
wata’ala firmankan dalam surat
Al ‘Ashr (artinya):
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar
dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih
dan nasehat- menasehati dalam kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi
kesabaran.” (Al ‘Ashr: 1-3)
Wallahu ta‘ala a’lam bishshowab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar