19 Januari 2012 pada 13:12 ·
Tak jarang dari umat manusia yang belum memahami dengan sebenarnya akan hakekat keberadaannya di muka bumi ini.
Sebagian mereka beranggapan bahwa hidup ini hanyalah proses alamiah
untuk menuju kematian. Sehingga hidup ini tak ubahnya hanyalah makan,
minum, tidur, beraktifitas dan mati, lalu selesai! Tanpa adanya
pertanggungjawaban amal di hari kiamat kelak.
Allah , Pencipta semesta alam mengingkari anggapan batil ini dengan firman-Nya (artinya): “Dan mereka berkata: “Kehidupan
ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, (sebagian) kami ada
yang mati dan sebagian lagi ada yang hidup (lahir). Dan tidak ada yang
membinasakan kita kecuali masa.” Mereka sekali-kali tidak mengerti
tentang hal itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.” (Al Jatsiyah: 24)
Bila demikian keadaannya, lalu apa tujuan diciptakannya kita di muka bumi ini?
Tujuan Diciptakannya Manusia
Para pembaca, sesungguhnya keberadaan kita di muka bumi ini tidaklah sia-sia belaka. Allah berfirman (artinya): “Apakah kalian mengira bahwa Kami menciptakan kalian sia-sia belaka?” (Al Mu’minun: 115)
Bahkan dengan tegas Allah menyatakan (artinya): “Tidaklah
Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah (mengesakan
ibadahnya) kepada-Ku, Aku tidak menghendaki rizki sedikitpun dari mereka
dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi makan pada-Ku,
Sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pemberi rizki Yang mempunyai
kekuatan Lagi Maha Sangat Kuat” (Adz Dzariyat: 56-58)
Tentunya, ibadah di sini hanyalah berhak diberikan kepada Allah
semata, karena Dia-lah satu-satunya Pencipta kita dan seluruh alam
semesta ini. Allah berfirman (artinya):
“Hai manusia beribadahlah kepada Rabbmu yang telah menciptakanmu dan
orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertaqwa. Dialah yang menjadikan
bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap. Dan Dia yang
menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan sebab
itu segala buah-buahan sebagai rizki untukmu, karena itu janganlah kamu
menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah padahal kamu mengetahui.” (Al Baqarah: 21-22)
Demikianlah hikmah dan tujuan penciptaan kita di muka bumi ini.
Makna Ibadah
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Ibadah adalah suatu nama
yang mencakup seluruh perkara yang dicintai oleh Allah dan diridhai-Nya
baik berupa ucapan maupun perbuatan, baik yang dhahir maupun batin.”
Asal ibadah adalah ketundukan dan perendahan diri. Suatu ibadah
tidaklah dikatakan ibadah sampai pelakunya bertauhid yaitu
mengikhlashkan peribadatan hanya kepada Allah dan meniadakan segala
sesembahan kepada selain Allah . Atas dasar itu Ibnu Abbas berkata:
“Makna beribadah kepada Allah adalah tauhidullah (yaitu mengesakan
peribadahan hanya kepada Allah).
Itulah realisasi dari kalimat tauhid ‘Lailahailallah’ . Kalimat
tauhid ini merupakan kalimat yang sangat akrab dengan kita, bahkan
kalimat inilah yang kita jadikan sebagai panji tauhid dan identitas
keislaman. Ia sangat mudah diucapkan, namun menuntut adanya sebuah
konsekuensi yang amat besar. Oleh karena itu, Allah gelari kalimat ini
dengan “Al ‘Urwatul Wutsqo” (buhul tali yang amat kuat yang tidak akan
putus), sebagaimana dalam firman-Nya: “Tidak
ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas
jalan yang benar dari jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang
ingkar kepada Thaghut (segala apa yang diibadahi selain Allah) dan
beriman kepada Allah, maka sungguh ia telah berpegang kepada buhul tali
yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui.” (Al Baqarah: 256)
Dakwah Tauhid Adalah Misi Utama Yang Diemban Para Rasul
Tujuan pokok diutusnya para Rasul adalah menyeru umat manusia agar
beribadah hanya kepada Allah semata, dan melarang dari peribadatan
kepada selain-Nya, sebagaimana Allah berfirman (artinya): “Sungguh
tidaklah Kami mengutus seorang rasul pada setiap kelompok manusia
kecuali untuk menyerukan: “Beribadahlah kalian kepada Allah saja dan
tinggalkan thaghut (yakni sesembahan selain Allah).” (An Nahl: 36)
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul
pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan padanya bahwa tidak ada
sesembahan yang haq diibadahi melainkan Aku, maka beribadahlah
kepada-Ku”. (Al Anbiya’: 25)
Nabi Nuh sebagai seorang rasul pertama mengajak umatnya kepada
tauhid selama 950 tahun. Demikian pula Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wasalam selama 13 tahun tinggal di Mekkah menyeru umatnya kepada tauhid
dan dilanjutkan di Madinah, sampai-sampai menjelang wafat pun beliau
tetap mewanti-wanti tentang pentingnya tauhid dan bahayanya syirik,
beliau berkata:
“Allah melaknat orang-orang Yahudi dan Nashrani karena mereka menjadikan kuburan nabi mereka sebagai sebagai masjid-masjid.” (Muttafaqun ‘alaihi).
Sebagaimana pula yang beliau wasiatkan kepada Sahabat Mu’adz bin Jabal t tatkala diutus ke negeri Yaman:
“Sesungguhnya kamu akan mendatangi
sekelompok kaum dari Ahlul Kitab, maka jadikanlah yang pertama kali
dalam dakwahmu, (ajakan) supaya mereka mau bertauhid kepada Allah .” (HR. Muslim)
Tauhid Adalah Solusi Dari Problema Umat
Di kancah perselisihan dakwah dengan lahirnya berbagai macam
bendera-bendera Islam yang semuanya mengatasnamakan Islam. Sebagian
mereka mengatakan Islam tidak akan maju dan mulia selama tidak
memperhatikan sisi ekonomi kaum muslimin. Yang lain berpandangan bahwa
medan politik adalah solusi umat, meraih kekuasan adalah target utama
sebagai jembatan penegak syari’at di muka bumi, dan sekian banyak
logika-logika yang hanya berdasarkan kepada perasaan ataupun emosional
semata tanpa didasari dengan ilmu.
Para pembaca yang mulia, perhatikanlah berita penegasan dari Allah ,
bahwa dakwah tauhid yang merupakan tujuan diutusnya para rasul dan para
nabi, dan diturunkannya kitab-kitab suci dari langit, adalah faktor
terbesar untuk meraih kejayaan, mengangkat kehormatan, kemuliaan dan
kesejahteraan kaum muslimin. Allah berfirman (artinya): “Dan
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang shalih bahwa Dia benar-benar akan menjadikan
mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang
yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi
mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar
akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan
menjadi aman sentosa. Yaitu mereka tetap beribadah hanya kepada-Ku
dengan tiada mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun. Dan barangsiapa yang
(tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang
fasik.” (An Nur: 55)
“Jikalau penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami melimpahkan berkah dari langit dan bumi.” (Al A’raf: 96)
Dan tauhid merupakan landasan utama dari sebuah keimanan dan ketakwaan.
Keutamaan Tauhid
Allah subhanahu wa ta’ala tidaklah mewajibkan suatu perkara,
melainkan pasti padanya terdapat keutamaan-keutamaan yang sangat mulia.
Begitu pula dengan “Tauhid” yang merupakan perkara paling wajib dari
perkara-perkara yang paling wajib, tentunya pasti mempunyai berbagai
keutamaan.
Di antara keutamaannya ialah:
1. Tauhid Adalah Tingkat Keimanan Yang Tertinggi
Kita ketahui bahwa iman itu bertingkat-tingkat, dan tingkatan yang
tertinggi adalah kalimat tauhid Laa Ilaaha Illallah. Rasulullah r
bersabda:
“Iman itu ada enam puluh cabang lebih,
yang paling tinggi adalah perkataan/ucapan Laa Ilaaha Illallah dan yang
paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan.” (HR. Muslim)
2. Tauhid Sebagai Syarat Diterimanya Suatu Ibadah
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman (artinya):
“Seandainya mereka menyekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (Al An’am: 88)
3. Tauhid Merupakan Sebab Bagi Datangnya Ampunan Allah Subhanahu wa ta’ala
Hal ini didasarkan kepada firman Allah subhanahu wa ta’ala : “Sesungguhnya
Allah tidak mengampuni dosa syirik (ketika pelakunya meninggal dunia
dan belum bertaubat darinya), dan Dia mengampuni dosa yang di bawah
syirik bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya.” (An Nisa’: 48 & 116)
4. Tauhid Sebagai jaminan Masuk ke Surga (Al Jannah) Tanpa Hisab
Ketika para shahabat bertanya-tanya tentang 70.000 orang dari umat
Muhammad shalallahu ‘alaihi wasalam yang masuk surga tanpa hisab dan
tanpa adzab, maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda:
“… mereka adalah orang-orang yang tidak
minta diruqyah, tidak minta di kay dan tidak mengundi nasib dengan
burung dan sejenisnya dan mereka bertawakkal hanya kepada Allah.” (H.R. At Tirmidzi)
5. Orang Yang Tauhidnya Benar Pasti Akan Masuk Al Jannah
Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam :
“Barangsiapa bertemu Allah dalam keadaan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu, niscaya dia akan masuk surga.” (H.R. Muslim)
6. Tauhid Merupakan Sumber Keamanan
Sebagaimana firman Allah (artinya): “Orang-orang
yang beriman dan tidak mencampuradukkan keimanan mereka dengan
kedhaliman (kesyirikan), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka
itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Al An’am: 82)
Bagaimanakah Bahaya Syirik ?
Syirik merupakan lawan dari tauhid. Kalau tauhid mengandung makna
menunggalkan Allah dalam hal ibadah, maka syirik mengandung makna
menyekutukan Allah dalam hal ibadah. Di saat tauhid mempunyai banyak
keutamaan maka sebaliknya syirik pun sangat berbahaya dan mempunyai
banyak mudharat. Di antaranya adalah:
1. Dosa Syirik Tidak Akan Diampuni Oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman (artinya):
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni
dosa syirik (ketika pelakunya meninggal dunia dan belum bertaubat
darinya), dan Dia mengampuni dosa yang di bawah syirik bagi siapa saja
yang dikehendaki-Nya.” (An Nisa’: 48 & 116)
2. Kesyirikan Adalah Kedhaliman Yang Besar
Firman Allah subhanahu wa ta’ala (artinya): “Sesungguhnya kesyirikan adalah kedhaliman yang besar.” (Luqman: 13)
3. Orang Yang Meninggal Dunia Dalam Keadaan Musyrik Akan Masuk Neraka Dan Kekal Di Dalamnya
Allah berfirman (artinya):
“Sesungguhnya barangsiapa yang
menyekutukan Allah maka sungguh Allah mengharamkan baginya surga, dan
tempat kembalinya adalah neraka dan tidak ada penolong bagi orang-orang
yang dhalim.” (Al Maidah: 72)
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam juga bersabda:
“Barangsiapa meninggal dunia dan dia berdo’a kepada selain Allah niscaya dia masuk neraka.” (HR. Al Bukhari)
4. Kesyirikan Penyebab Terpecah Belahnya Umat
Firman Allah subhanahu wa ta’ala (artinya):
“Dan janganlah kamu termasuk
orang-orang yang menyekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah
belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap
golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” (Ar Ruum: 31-32)
Semoga Allah menjauhkan kita semua dari kesyirikan, dan menjadikan
kita sebagai hamba-hamba-Nya yang bertauhid, dan para penghuni jannah
(surga)-Nya. Amin…
Sumber : Kewajiban Bertauhid Dan Menjauhi Kesyirikan, Buletin Al-Ilmu 23 Syaban 1427 | 17 September 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar