Jumat, 30 Juli 2010

MENJADIAKN AL-QUR’AN SEBAGAI BACAAN DZIKIR

Setiap aktifitas yang dapat mengingatkan dan mengadirkan Allah Swt disebut dzikir. Dzikir dapat berupa ucapan, seperti; membaca al-Qur’an, membaca wirid-wirid, dan do’a. Dzikir juga dapat berupa tindakan, seperti; sholat, mencari ilmu, penelitian, ziarah, ta’ziyah, silaturahmi dan ibadah-ibadah lainnya. Dzikir juga dapat berupa pikiran, seperti; berpikir dan mengamati kejadian alam, mengamati ciptaan-Nya dan berpikir akan kekuasaan-Nya Yang Maha Dahsyat.
Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, dari Abu Darda’ r.a., berkata: Rasulallah Saw bersabda: “Tidakkah engkau semua suka kalau saya beritahukan kepadamu semua akan sebaik-baik amalanmu, juga seindah-indahnya amalanmu bagi Tuhan Yang Maha Merajaimu, serta yang tertinggi dalam derajat-derajatmu, bahkan lebih baik untukmu dari-pada menafkahkan emas dan perak, juga lebih baik untukmu daripada engkau bertemu dengan musuhmu lalu engkau tebas leher-leher mereka dan merekapun menebas lehermu?” Para sahabat berkata: “Baiklah Ya Rasulallah Saw. Kemudian Beliau Saw bersabda: “Yaitu berzikir kepada Allah Swt”.
Ketika seseorang selalu ingat kepada Allah Swt dan percaya bahwa segala apa yang dikerjakannya tidak pernah lepas dari pengawasan-Nya. Maka hal ini akan berakibat pada sikap dan perbuatan yang akan dilakukan oleh orang itu sendiri. Dimana ketika berniat untuk melakukan maksiat, kita malu dan takut kalau-kalau setelah melakukan maksiat Allah Swt mengambil nyawanya. Sehingga dengan kita selalu ingat kepada Allah Swt, segala perbuatan maksiat kepada-Nya akan dapat diminimalisir, bahkan dengan petunjuk-Nya kita akan mampu menghindari segala perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah Swt.
Sebagaimana kita ketahui bahwa, al-Qur’an adalah kalamullah yang mulia dan suci. Membacanya adalah sebuah ibadah, dimana setiap hurufnya sama dengan 1 kali kebaikan yang mana akan dilipatgandakan menjadi 10 kali lipat kebaikan. Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa; Abu Umamah r.a. berkata : “Rasulallah Saw telah menganjurkan supaya kami semua mempelajari al-Qur’an, setelah itu Rasulallah Saw memberitahu tentang kelebihan al-Qur’an”.
Rasulallah Saw bersabda: Belajarlah kamu akan al-Qur’an, di akhirat nanti dia akan datang kepada ahli-ahlinya, yang mana di kala itu orang sangat memerlukannya. Ia akan datang dalam bentuk seindah-indahnya dan ia bertanya, “Kenalkah kamu kepadaku?” Maka orang yang pernah membaca akan menjawab : “Siapakah kamu?” Maka berkata al-Qur’an : “Akulah yang kamu cintai dan kamu sanjung, dan juga telah bangun malam untukku dan kamu juga pernah membacaku di waktu siang hari”.
Kemudian berkata orang yang pernah membaca al-Qur’an itu : “Adakah kamu al-Qur’an?”. Lalu al-Qur’an mengakui dan menuntun orang yang pernah membaca mengadap Allah Swt. Lalu orang itu diberi kerajaan di tangan kanan dan kekal di tangan kirinya, kemudian dia meletakkan mahkota di atas kepalanya. Dan pada kedua ayah dan ibunya pula yang muslim diberi perhiasan yang tidak dapat ditukar dengan dunia walau berlipat ganda, sehingga keduanya bertanya: “Dari manakah kami memperolehi ini semua, pada hal amal kami tidak sampai ini?” Lalu dijawab : “Kamu diberi ini semua ini, karena anak kamu telah mempelajari al-Qur’an”. Bagaimana kalau sekiranya kita mampu mengamalkannya sebagai dzikir setiap hari?.
Adapun perumpamaan orang yang membaca al-Qur’an, Rasulallah Saw bersabda: Perumpamaan orang mu’min yang suka membaca al-Qur’an ialah seperti buah jeruk utrujah, baunya enak dan rasanya pun enak dan perumpamaan orang mu’min yang tidak suka membaca al-Qur’an ialah seperti buah kurma, tidak ada baunya, tetapi rasanya manis. Adapun perumpamaan orang munafik yang suka membaca al-Qur’an ialah seperti minyak harum, baunya enak sedang rasanya pahit dan perumpamaan orang munafik yang tidak suka membaca al-Qur’an ialah seperti rumput hanzhalah, tidak ada baunya dan rasanyapun pahit.
Dalam al-Qur’an ada beberapa ayat dan surat yang secara khusus mempunyai keutamaan-keutamaan bagi yang membacanya. Bahkan hal ini sangat dianjurakan bagi siapa saja yang menyakini akan kandungan yang ada didalamnya, yakni;
1. Pertama; surat al-Fatihah, ini adalah seagung-agung surat dalam al-Qur’an, disebut juga Assab’ul Matsani. Dan itulah al-Qur’an yang diberikan kepada Rasulallah Muhammad Saw.
2. Kedua; surat al-Baqarah, baik keseluruhan ayat-ayatnya atau pun sebagian ayatnya, yakni; ayat 1-6, ayat 255 atau yang biasa disebut ayat kursy, dan dua ayat terakhir yaitu ayat 285-286. Adapun surat al-Baqarah dan surat al-Imran, keduanya merupakan hujjah keselamatan nanti di hari kiamat.
3. Ketiga; surat al-Kahfi, as-Sajdah, ar-Rahman, al-Waqi’ah, al-Mulk, al-Zalzalah, al-Kafirun, al-Nasr dan tiga surat terakhir al-Qur’an dalam Mushaf Usmani, yakni; surat al-Ikhlas, al-Falaq dan an-Naas.
Ini semua adalah anjuran yang disampaiakan Rasulallah Saw kepada sahabat-sahabatnya dan bukan berarti ayat dan surat yang lain tidak dibaca dan diamalkan. Hal ini sama sekali bukan bermaksud demikian. Dan barang siapa yang membaca al-Qur’an di masjid, yakni dengan bertadarus bersama dalam sebuah majelis, dimana satu membaca dan yang lain menyimak. Maka Allah Swt akan menurunkan rahmat-Nya kepada mereka dan menurunkan ketenangan di hati mereka.
Tsabit al-Banni pernah berkata: “Sesungguhnya aku tahu kapan Allah Swt akan mengingat-ku”. Orang-orang pun merasa terkejut dengan ucapan Tsabit tersebut, lalu mereka bertanya: “Bagaimana engkau bisa tahu akan hal itu?”. Ia menjawab: “Apabila aku mengingat-Nya, Dia akan mengingat-ku”.
Dengan dzikir gelap menjadi terang, yang berliku menjadi lurus, dan dengannya berbagai persoalan dan masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh aktifitas fisik, dapat diselesaikan dengan dzikir. Dengan dzikir Allah Swt akan memberikan yang lebih baik dari apa yang diminta oleh hambanya yang berdzikir dan memohon sesuatu. Begitu besar manfaat dari dzikir kepada Allah Swt, sehingga Rasulallah Saw pernah bersabda; “Perbanyaklah dzikir kepada Allah Swt, sehingga orang-orang mengatakan kamu gila”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar