Jumat, 22 Mei 2015

Nasehat Berharga Dari Imam Abul Laits as-Samarqandiy



Beliau berkata:
فَالْوَاجِبُ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ أَنْ يَسْتَعِيذَ بِاللَّهِ تَعَالَى مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ ، وَأَنْ يَسْتَعِدَّ لِلْقَبْرِ بِالْأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ قَبْلَ أَنْ يَدْخُلَ فِيهِ ، فَإِنَّهُ قَدْ سَهُلَ عَلَيْهِ الْأَمْرُ مَا دَامَ فِي الدُّنْيَا ، فَإِذَا دَخَلَ الْقَبْرَ فَإِنَّهُ يَتَمَنَّى أَنْ يُؤْذَنَ لَهُ بِحَسَنَةٍ وَاحِدَةٍ ، فَلَا يُؤْذَنُ لَهُ ، فَيَبْقَى فِي حَسْرَةٍ وَنَدَامَةٍ
Yang wajib atas setiap muslim adalah memohon perlindungan kepada Allaah Ta’aala dari ‘adzab kubur, dan bersiap-siap untuk menghadapi (alam) kubur dengan amal-amal shaalih sebelum ia memasukinya. Karena sesungguhnya terkadang dia meremehkan perkara itu selama ia di dunia, namun ketika dia telah masuk kedalamnya, maka dia berharap bisa diizinkan untuk melakukan satu kebajikan tapi dia tidak diizinkan, maka dia pun berada dalam kerugian dan penyesalan.
فَيَنْبَغِي لِلْعَاقِلِ أَنْ يَتَفَكَّرَ فِي أُمُورِ الْمَوْتَى ، فَإِنَّ الْمَوْتَى يَتَمَنَّوْنَ أَنْ يُؤْذَنَ لَهُمْ بِأَنْ يُصَلُّوا رَكْعَتَيْنِ ، أَوْ يُؤْذَنَ لَهُمْ أَنْ يَقُولُوا مَرَّةً لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ ، أَوْ يُؤْذَنَ لَهُمْ بِتَسْبِيحَةٍ وَاحِدَةٍ ، فَلَا يُؤْذَنُ لَهُمْ فَيَتَعَجَّبُونَ مِنَ الْأَحْيَاءِ أَنَّهُمْ يُضَيِّعُونَ أَيَّامَهُمْ فِي الْغَفْلَةِ وَالْبَطَالَةِ
Maka hendaklah orang yang berakal itu mau berfikir tentang perkara orang-orang yang telah wafat1 , karena orang-orang tersebut berharap bisa diizinkan untuk shalat dua raka’at, atau diizinkan sekali saja mengucapkan ‘Laa ilaaha illaLLaah, Muhammadur Rasuulullaah’, atau diizinkan untuk bertasbih satu kali; tapi mereka tidak diizinkan. Mereka pun merasa heran terhadap orang-orang yang masih hidup, yang menyia-nyaakan hari-hari mereka dengan kelalaian dan kebathilan.
يَا أَخِي فَلَا تُضَيِّعْ أَيَّامَكَ فَإِنَّهَا رَأْسُ مَالِكَ ، فَإِنَّكَ مَا دُمْتَ قَادِرًا عَلَى رَأْسِ مَالِكَ قَدِرْتَ عَلَى الرِّبْحِ ، لِأَنَّ بِضَاعَةَ الْآخِرَةَ كَاسِدَةٌ فِي يَوْمِكَ هَذَا ، فَاجْتَهِدْ حَتَّى تَجْمَعَ بِضَاعَةَ الْآخِرَةِ كَاسِدَةً فِي وَقْتِ الْكَسَادِ ، فَإِنَّهُ يَجِئُ يَوْمٌ تَصِيرُ هَذِهِ الْبِضَاعَةُ فِيهِ عَزِيزَةً ، فَاسْتَكْثِرْ مِنْهَا فِي يَوْمِ الْكَسَادِ لِيَوْمِ الْعِزِّ ، فَإِنَّكَ لَا تَقْدِرُ عَلَى طَلَبِهَا فِي ذَلِكَ الْيَوْمِ
Wahai saudaraku, janganlah engkau menyia-nyiakan hari-harimu… Karena sesungguhnya itu adalah modalmu… Sesungguhnya selama engkau menguasai modalmu, maka engkau akan mendapatkan laba… Sesungguhnya barang akhirat itu tidak laku2 hari ini, maka bersungguh-sungguhlah engkau mengumpulkan barang akhirat di waktu yang tidak laku ini. Karena sesungguhnya kelak akan datang suatu hari, dimana barang ini sangat berharga… Maka perbanyaklah pembendaharaan ini dihari yang tidak laku ini, untuk hari yang kelak ia menjadi suatu yang berharga, karena sesungguhnya engkau tidak akan mampu mengupayakannya di hari itu.
فَنَسْأَلُ اللَّهَ تَعَالَى أَنْ يُوَفِّقَنَا لِلِاسْتِعْدَادِ لِيَوْمِ الْفَقْرِ وَالْحَاجَةِ ، وَلَا يَجْعَلَنَا مِنَ النَّادِمِينَ الَّذِينَ يَطْلُبُونَ الرَّجْعَةَ فَلَا يُقَالُونَ وَيُسَهِّلَ عَلَيْنَا سَكَرَاتِ الْمَوْتِ وَشِدَّةَ الْقَبْرِ ، وَعَلَى جَمِيعِ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ آمِينَ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ
Maka kita memohon kepada Allaah ta’aala agar memberi kita taufiiq untuk menyiapkan diri menghadapi hari yang penuh kefaqiran dan kebutuhan, dan agar (Dia) tidak menjadikan kita termasuk orang-orang yang meminta dihidupkan kembali, dan (kita memohon kepadaNya) agar kita dimudahkan sakarat maut serta dimudahkan (dari) beratnya (fitnah) kubur; demikian pula atas sekalian kaum muslimiin dan muslimaat… Aamiin, Yaa Rabbal ‘aalamiin…
فَإِنَّهُ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ ، وَهُوَ حَسْبُنَا وَنِعْمَ الْوَكِيلُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيمِ
Maka sesungguhnya Dialah Dzat Yang Maha Penyayang dari segala penyayang, Cukuplah Dia (sebagai penolong kami), dan Dialah sebaik-baik penolong. Dan tiada daya maupun kekuatan kecuali dengan (pertolongan) Allaah Yang Maha Tinggi Lagi Maha Agung…
[Tanbiihul Ghaafiliin hlm. 30 (Daar ibnul Jauziy), teks arab: dari IslamWeb, juga merujuk terjemahan dari Pustaka Azzam dengan penyesuaian teks aslinya]

Catatan Kaki
  1. Komentar Abu Zuhriy: Maka hendaknya kita benar-benar memperhatikan perkataan beliau ini. Beliau mengajak kita untuk melihat dari sudut pandang orang-orang yang telah wafat. Mereka itu dalam keadaan berharap agar dapat diizinkan SEKALI SAJA untuk beribadah, namun itu tidak akan pernah terjadi. Sungguh, jika kita menghadirkan ini dalam hati kita, maka kita akan bersemangat untuk beribadah kepadaNya; bersemangat untuk mengerjakan segala ketaatan dan bersemangat untuk menjauhi kemaksiatan.
  2. Komentar Abu Zuhriy: Sungguh indah permisalan beliau tentang amalan aakhirat sebagai “barang tidak laku hari ini”, karena memang faktanya banyaknya orang-orang yang tidak beriman atau jauh dari keimanan kepada Allaah dan hari aakhir yang tidak mempedulikan, tidak mengindahkan dan meremehkan amalan aakhirat, bagaikan “barang yang tidak laku” disisi mereka…
Maka jangan sampai kita tertipu dengan banyaknya orang-orang yang lalai disekitar kita, sehingga membuat kita ikut-ikutan lalai. Bahkan hendaknya kita menyalahi mereka dalam hal ini! Hadirkanlah (bahkan sampaikanlah) ilmu yang telah kita pelajari ketika kita ditengah-tengah mereka. Ilmu yang kita pelajari itu bukan hanya saat kita menghadiri majels ta’lim, atau saat kita membaca kitab-kitab saja; tapi hendaknya ia kita resapkan kedalam hati, sehingga semoga ia terhadir dalam perikehidupan kita; yang dengannya ia menghiasi amal perbuatan kita.
Ingatlah selalu “barang tidak laku” oleh kebanyakan orang hari ini, adalah “barang yang amat berharga” untuk hari yang akan datang. Hadirkanlah ini ketika kita mulai terpengaruh dengan kelalaian mereka, maka kita akan kembali kejalanNya, dan tidak mengikuti jalan-jalan orang yang tertipu dengan dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar