Jumat, 22 Mei 2015

Nasehat Berharga Dari Imam Abul Laits as-Samarqandiy



Beliau berkata:
فَالْوَاجِبُ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ أَنْ يَسْتَعِيذَ بِاللَّهِ تَعَالَى مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ ، وَأَنْ يَسْتَعِدَّ لِلْقَبْرِ بِالْأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ قَبْلَ أَنْ يَدْخُلَ فِيهِ ، فَإِنَّهُ قَدْ سَهُلَ عَلَيْهِ الْأَمْرُ مَا دَامَ فِي الدُّنْيَا ، فَإِذَا دَخَلَ الْقَبْرَ فَإِنَّهُ يَتَمَنَّى أَنْ يُؤْذَنَ لَهُ بِحَسَنَةٍ وَاحِدَةٍ ، فَلَا يُؤْذَنُ لَهُ ، فَيَبْقَى فِي حَسْرَةٍ وَنَدَامَةٍ
Yang wajib atas setiap muslim adalah memohon perlindungan kepada Allaah Ta’aala dari ‘adzab kubur, dan bersiap-siap untuk menghadapi (alam) kubur dengan amal-amal shaalih sebelum ia memasukinya. Karena sesungguhnya terkadang dia meremehkan perkara itu selama ia di dunia, namun ketika dia telah masuk kedalamnya, maka dia berharap bisa diizinkan untuk melakukan satu kebajikan tapi dia tidak diizinkan, maka dia pun berada dalam kerugian dan penyesalan.
فَيَنْبَغِي لِلْعَاقِلِ أَنْ يَتَفَكَّرَ فِي أُمُورِ الْمَوْتَى ، فَإِنَّ الْمَوْتَى يَتَمَنَّوْنَ أَنْ يُؤْذَنَ لَهُمْ بِأَنْ يُصَلُّوا رَكْعَتَيْنِ ، أَوْ يُؤْذَنَ لَهُمْ أَنْ يَقُولُوا مَرَّةً لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ ، أَوْ يُؤْذَنَ لَهُمْ بِتَسْبِيحَةٍ وَاحِدَةٍ ، فَلَا يُؤْذَنُ لَهُمْ فَيَتَعَجَّبُونَ مِنَ الْأَحْيَاءِ أَنَّهُمْ يُضَيِّعُونَ أَيَّامَهُمْ فِي الْغَفْلَةِ وَالْبَطَالَةِ
Maka hendaklah orang yang berakal itu mau berfikir tentang perkara orang-orang yang telah wafat1 , karena orang-orang tersebut berharap bisa diizinkan untuk shalat dua raka’at, atau diizinkan sekali saja mengucapkan ‘Laa ilaaha illaLLaah, Muhammadur Rasuulullaah’, atau diizinkan untuk bertasbih satu kali; tapi mereka tidak diizinkan. Mereka pun merasa heran terhadap orang-orang yang masih hidup, yang menyia-nyaakan hari-hari mereka dengan kelalaian dan kebathilan.
يَا أَخِي فَلَا تُضَيِّعْ أَيَّامَكَ فَإِنَّهَا رَأْسُ مَالِكَ ، فَإِنَّكَ مَا دُمْتَ قَادِرًا عَلَى رَأْسِ مَالِكَ قَدِرْتَ عَلَى الرِّبْحِ ، لِأَنَّ بِضَاعَةَ الْآخِرَةَ كَاسِدَةٌ فِي يَوْمِكَ هَذَا ، فَاجْتَهِدْ حَتَّى تَجْمَعَ بِضَاعَةَ الْآخِرَةِ كَاسِدَةً فِي وَقْتِ الْكَسَادِ ، فَإِنَّهُ يَجِئُ يَوْمٌ تَصِيرُ هَذِهِ الْبِضَاعَةُ فِيهِ عَزِيزَةً ، فَاسْتَكْثِرْ مِنْهَا فِي يَوْمِ الْكَسَادِ لِيَوْمِ الْعِزِّ ، فَإِنَّكَ لَا تَقْدِرُ عَلَى طَلَبِهَا فِي ذَلِكَ الْيَوْمِ
Wahai saudaraku, janganlah engkau menyia-nyiakan hari-harimu… Karena sesungguhnya itu adalah modalmu… Sesungguhnya selama engkau menguasai modalmu, maka engkau akan mendapatkan laba… Sesungguhnya barang akhirat itu tidak laku2 hari ini, maka bersungguh-sungguhlah engkau mengumpulkan barang akhirat di waktu yang tidak laku ini. Karena sesungguhnya kelak akan datang suatu hari, dimana barang ini sangat berharga… Maka perbanyaklah pembendaharaan ini dihari yang tidak laku ini, untuk hari yang kelak ia menjadi suatu yang berharga, karena sesungguhnya engkau tidak akan mampu mengupayakannya di hari itu.
فَنَسْأَلُ اللَّهَ تَعَالَى أَنْ يُوَفِّقَنَا لِلِاسْتِعْدَادِ لِيَوْمِ الْفَقْرِ وَالْحَاجَةِ ، وَلَا يَجْعَلَنَا مِنَ النَّادِمِينَ الَّذِينَ يَطْلُبُونَ الرَّجْعَةَ فَلَا يُقَالُونَ وَيُسَهِّلَ عَلَيْنَا سَكَرَاتِ الْمَوْتِ وَشِدَّةَ الْقَبْرِ ، وَعَلَى جَمِيعِ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ آمِينَ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ
Maka kita memohon kepada Allaah ta’aala agar memberi kita taufiiq untuk menyiapkan diri menghadapi hari yang penuh kefaqiran dan kebutuhan, dan agar (Dia) tidak menjadikan kita termasuk orang-orang yang meminta dihidupkan kembali, dan (kita memohon kepadaNya) agar kita dimudahkan sakarat maut serta dimudahkan (dari) beratnya (fitnah) kubur; demikian pula atas sekalian kaum muslimiin dan muslimaat… Aamiin, Yaa Rabbal ‘aalamiin…
فَإِنَّهُ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ ، وَهُوَ حَسْبُنَا وَنِعْمَ الْوَكِيلُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيمِ
Maka sesungguhnya Dialah Dzat Yang Maha Penyayang dari segala penyayang, Cukuplah Dia (sebagai penolong kami), dan Dialah sebaik-baik penolong. Dan tiada daya maupun kekuatan kecuali dengan (pertolongan) Allaah Yang Maha Tinggi Lagi Maha Agung…
[Tanbiihul Ghaafiliin hlm. 30 (Daar ibnul Jauziy), teks arab: dari IslamWeb, juga merujuk terjemahan dari Pustaka Azzam dengan penyesuaian teks aslinya]

Catatan Kaki
  1. Komentar Abu Zuhriy: Maka hendaknya kita benar-benar memperhatikan perkataan beliau ini. Beliau mengajak kita untuk melihat dari sudut pandang orang-orang yang telah wafat. Mereka itu dalam keadaan berharap agar dapat diizinkan SEKALI SAJA untuk beribadah, namun itu tidak akan pernah terjadi. Sungguh, jika kita menghadirkan ini dalam hati kita, maka kita akan bersemangat untuk beribadah kepadaNya; bersemangat untuk mengerjakan segala ketaatan dan bersemangat untuk menjauhi kemaksiatan.
  2. Komentar Abu Zuhriy: Sungguh indah permisalan beliau tentang amalan aakhirat sebagai “barang tidak laku hari ini”, karena memang faktanya banyaknya orang-orang yang tidak beriman atau jauh dari keimanan kepada Allaah dan hari aakhir yang tidak mempedulikan, tidak mengindahkan dan meremehkan amalan aakhirat, bagaikan “barang yang tidak laku” disisi mereka…
Maka jangan sampai kita tertipu dengan banyaknya orang-orang yang lalai disekitar kita, sehingga membuat kita ikut-ikutan lalai. Bahkan hendaknya kita menyalahi mereka dalam hal ini! Hadirkanlah (bahkan sampaikanlah) ilmu yang telah kita pelajari ketika kita ditengah-tengah mereka. Ilmu yang kita pelajari itu bukan hanya saat kita menghadiri majels ta’lim, atau saat kita membaca kitab-kitab saja; tapi hendaknya ia kita resapkan kedalam hati, sehingga semoga ia terhadir dalam perikehidupan kita; yang dengannya ia menghiasi amal perbuatan kita.
Ingatlah selalu “barang tidak laku” oleh kebanyakan orang hari ini, adalah “barang yang amat berharga” untuk hari yang akan datang. Hadirkanlah ini ketika kita mulai terpengaruh dengan kelalaian mereka, maka kita akan kembali kejalanNya, dan tidak mengikuti jalan-jalan orang yang tertipu dengan dunia.

Doa setelah tasyahud sebelum salam



Doa setelah tasyahud sebelum salam


Disunnahkan banyak berdoa setelah membaca tasyahud, dan sebelum salam.
Terdapat banyak hadits, yang menganjurkan kita untuk banyak berdoa setelah kita membaca tasyahud.
Rasuulullaah shallalaahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
لا تقولوا السَّلامُ على اللهِ فإنّ اللهَ هو السَّلامُ ولكن إذا جلس أحدُكم فليقُلْ التَّحيَّات للهِ والصَّلواتُ والطَّيباتُ السَّلامُ عليك أيها النبيُّ ورحمةُ اللهِ وبركاتُه السَّلامُ علينا وعلى عبادِ اللهِ الصَّالحينَ فإنكم إذا قلتُم ذلك أصاب كلَّ عبدٍ صالحٍ في السماءِ والأرضِ أو بين السماءِ والأرضِ أشهد أن لا إله إلا اللهُ وأشهد أن محمدًا عبدُه ورسولُه ثم لِيتخيَّرْ أحدُكم من الدعاءِ أعجبَه إليه فيدعو بهِ
Janganlah kalian berkata: ‘assalaamu ‘alaLLaah’ (Keselamatan atas Allaah), karena Dia-lah as-salaam. Jika kalian duduk (tasyahud), maka ucapkanlah: ‘at tahiyaatu lillaah, wash shalaatutuh thayyibaat, assalaamu ‘alayka ayyuhannabiy warahmatullaahi wabarakaatuh, assalaamu ‘alayna wa ‘ala ibaadillaahish shaalihiin’. Jika kalian telah berkata demikian, maka doa tersebut akan meliputi SELURUH hamba yang shaalih di langit maupun di bumi, maupun diantara keduanya. (Kemudian katakanlah) ‘asyhadu an laa ilaaha illaLLaah wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rasuuluh’. Kemudian hendaklah diantara kalian memilih doa, yang kalian berdoa dengannya.
(HR Ahmad, al Bukhaariy, Abu Daawud, dll)
Beliau juga bersabda:
إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ فَلْيَبْدَأْ بِتَحْمِيدِ اللَّهِ وَالثَّنَاءِ عَلَيْهِ ثُمَّ لْيُصَلِّ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ لْيَدْعُ بَعْدُ بِمَا شَاءَ
“Apabila salah seorang diantara kalian melakukan shalat maka hendaknya ia memulai dengan memuji Allaah, kemudian bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian berdoalah setelah itu dengan doa yang ia kehendaki.”
(HR. Tirmidziy, dan beliau berkata bahwa hadits ini hasan shahiih)
Beliau juga bersabda:
إِذَا تَشَهَّدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللهِ مِنْ أَرْبَعٍ
Jika salah seorang dinatara kalian tasyahud, maka berlindunglah kepada Allaah dari empat hal… [akan disinggung haditsnya dibawah]
(HR Muslim dan selainnya)
Disebutkan juga, bahwa berkata Mihjan ibnul Adra':
أنَّ رسولَ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ دخلَ المسجدَ ، إذا رجلٌ قد قَضى صلاتَهُ وَهوَ يتشَهَّدُ ، فقالَ
Sesungguhnya Rasuulullaah shallallaahu ‘alayhi wa sallam masuk masjid, dan ternyata ada seorang lelaki yang sedang menunaikan shalat dan sedang dalam TASYAHUD, dan ia berdoa [dalam tasyahudnya, dengan doa -yang nanti akan disebutkan dibawah-]
(Shahiih, an Nasaa-iy dan selainnya)
Disebutkan juga dalam hadits Anas, bahwa beliau berkata:
كنتُ معَ رسولِ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ جالسًا ـ يَعني ـ ورجلٌ قائمٌ يصلِّي ، فلمَّا رَكَعَ وسجدَ وتشَهَّدَ دعا ، فقالَ في دعائِهِ
Dahulu aku pernah duduk bersama Rasuulullaah -shallallaahu ‘alayhi wa sallam-, dan ada seorang yang sedang berdiri dalam shalantya, kemudian ia ruku’, sujud, dan berdoa dalam tasyahudnya. Dan ia berkata dalam doanya [doa -yang nanti akan disebutkan dibawah-]
(Shahiih, an Nasaa-iy dan selainnya)
Berdoa lebih utama sebelum salam, adapun dzikir maka setelah shalat
Berkata Syaikh ibnul ‘Utsaimiin rahimahullaah tentang ‘dubur shalat’ :
“Dubur dari sesuatu merupakan bagian darinya, seperti dubur hewan. Sesungguhnya hewan mempunyai dubur, dan dubur-nya ada pada tubuh hewan itu sendiri. Begitu pula dengan dubur shalat1, merupakan bagian dari shalat.
Apabila Rasul shallallaahu ‘alaihi wa sallam membimbing kita untuk berdoa setelah tasyahud, maka doa yang ditaqyid dengan ‘dubur’, tempatnya adalah sebelum salam di akhir shalat. Adapun setelah shalat, yang ada adalah dzikir….”
[Asy-Syarhul-Mumti’, 3/62 – via Syamilah; dari blog ustadz abul jauzaa].
Beliau juga berkata:
“…Oleh karena itu dapat kita katakan bahwa apabila engkau ingin berdo’a kepada Allah, maka berdo’alah kepada-Nya sebelum salam.
Hal ini karena dua alasan :
Alasan pertama : Inilah yang diperintahkan oleh Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam membicarakan tentang tasyahud, “Jika selesai (dari tasyahud), maka terserah dia untuk berdo’a dengan do’a yang dia suka.”
Alasan kedua : Jika engkau berada dalam shalat, maka berarti engkau sedang bermunajat kepada Rabbmu. Jika engkau telah selesai mengucapkan salam, berakhir pula munajatmu tersebut. Lalu manakah yang lebih afdhol (lebih utama), apakah meminta pada Allah ketika bermunajat kepada-Nya ataukah setelah engkau berpaling (selesai) dari shalat? Jawabannya, tentu yang pertama yaitu ketika engkau sedang bermunajat kepada Rabbmu.
 [Liqo’at Al Bab Al Maftuh, kaset no. 82, dari rumaysho]
Maka hendaknya kita tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, meskipun hanya memanjatkan salah satu doa, dari doa-doa yang diajarkan Rasul pada kondisi ini (inilah yang lebih utama), atau berdoa dengan doa yang kita inginkan untuk kebaikan dunia dan aakhrat kita.
Diantara doa-doa yang dibaca setelah tasyahud sebelum salam
Catatan: Doa-doa ini boleh dibaca seluruhnya (jika kita ingin), atau sebagiannya (baik sebagian besar atau sebagian kecil), atau boleh pula cuma beberapa, atau boleh pula cuma salah satu darinya.
Membaca:
اللَّهمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْمًا كَثِيرًا ، وَلا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلا أَنْتَ , فَاغْفِرْ لِي مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ ، وَارْحَمْنِي إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Allaahumma inni zhalamtu nafsiy zhulman katsiiraa, wa laa yaghfirudz dzunuuba illaa anta, faghfirliy magfiratan min ‘indik, warhamniy innaka antal ghafuurur rahiim
Yaa Allaah, sesungguhnya aku telah menzhalimi diriku dengna kezhaliman yang banyak, sedangkan tidak ada yang mengampuni dosa melainkan Engkau, maka ampunilah aku dengan ampunan dari sisiMu, dan rahmatilah aku; sesungguhnya engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(HR Bukhaariy dan Muslim)2
Dan/atau membaca
اللَّهمَّ إنِّي أسألُكَ يا اللَّهُ بأنَّكَ الواحدُ الأحدُ الصَّمدُ ، الَّذي لم يَلِدْ ولم يولَدْ ولم يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ ، أن تغفِرَ لي ذُنوبي ، إنَّكَ أنتَ الغَفورُ الرَّحيمُ
Allaahumma inni as-aluka yaa Allaah, bi annakal waahidul ahadush shamad, alladziy lam yalid wa lam yuulad wa lam yakul-lahu kufuwan ahad, an taghfiraliy dzunuubiy innaka antal ghafuuur rahiim
Ya Allaah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu yaa Allaah, Yang Maha Esa lagi tempat bergantungnya seluruh makhluq, Yang tidak berank, tidak pula diperanakkan, dan tidak ada yang setara denganNya, agar engkau mengampuni dosa-dosaku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(HR Ahmad, Abu Dawud, an Nasaa-iy, Ibnu Khuzaymah, al Haakim, dishahiihkannya dan disepakati adz Dzahabiy dan al albaaniy)3
Dan/atau membaca
اللَّهُمَّ اغْفِرْ ﻟِﻲ مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ وَمَا أَﺳْﺮَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ وَمَا أَﺳْﺮَفْتُ وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي
Allaahummaghfirly maa qaddamtu wa maa akh-khartu wa maa as-rartu wa maa a’lantu wa maa asraftu wa maa anta a’lamu bihi minniy
‘Yaa Allâh Ta’âla ampunilah dosaku yang telah aku lakukan dan (dosa akibat dari kewajiban) yang telah aku tinggalkan, (dosa) yang aku rahasiakan dan yang aku lakukan dengan terang-terangan, serta (segala hal) yang aku telah melakukan dengan berlebihan dan segala dosa yang Engkau lebih mengetahuinya daripadaku.
أَنْتَ الْـمُقَدِّمُ وَ أَنْتَ الْـمُؤَخَّرُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ
Anta al-muqaddim wa anta al-muakhkhir, laa ilaaha illaa anta
Engkau adalah al Muqaddim (Dzat Yang memajukan orang yang Engkau kehendaki dengan sebab mentaati-Mu atau sebab lainnya) dan Engkau adalah al Muakhkhir (Yang memundurkan orang yang Engkau kehendaki). Tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Engkau'”.
(HR. Ibnu Hibbaan dan selainnya)4
Dan/atau membaca
اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
Allaahumma a’inniy ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibaadatik
“Ya Allah, bantulah aku agar senantiasa berdzikir, bersyukur dan beribadah dengan baik kepada-Mu”.
(HR. Abu Dawud dan yang lainnya. Hadits ini dinilai sahih oleh al-Hakim, Ibn Khuzaimah, Ibn Hibban dan al-Albani)5
Dan/atau membaca
اللَّهمَّ إنِّي أسألُكَ الجنَّةَ، وأَعوذُ بِكَ منَ النَّارِ
Allaahumma inni as-alukal jannah, wa a’udzubika minann naar
Ya Allaah, aku meminta kepadaMu surga, dan berlindung darimu dari neraka
(HR Ahmad, Abu Daawud, ibnu Maajah, dan selainnya; shahiih)6
Dan/atau membaca
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ ، وَمِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ
Allaahumma inni a’uudzubika min ‘adzaabil qabr, wa ‘adzaabi jahannam, wa min fitnatil mahyaa wal mamaat, wa min fitnatil masiihid dajjaal.
“Ya Allah, Sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari siksaan kubur, siksa neraka Jahanam, fitnah kehidupan dan setelah mati, serta dari kejahatan fitnah Almasih Dajjal.”
(HR al Bukhaariy Muslim, dll)7
Dan/atau membaca
اللَّهُمَّ حَاسِبْنِي حِسَابًا يَسِيرًا
Allaahumma haasibniy hisaaban yasiiraa
Yaa Allaah hisablah aku dengan hisab yang mudah
(HR Bukhaariy, dan selainnya)8
Dan/atau membaca
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ الْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ
Allaahumma inni a’uudzubika minal ma’tsami wal maghrami
“Ya Allah, Sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari perbuatan dosa dan hutang.”
(Keduanya diriwayatkan oleh Bukhariy, Muslim, dan selainnya)9
Dan/atau membaca
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ أَنْ أُرَدَّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الْقَبْرِ
Allaahumma inni a’uudzubika minal bukhli, wa a’uudzubika minal jubni, wa a’uudzubika min an araddal ‘umuri, wa a’uudzubika min fitnatil dunyaa, wa ‘adzaabil qabr
“Ya Allah, aku berlindung pada-Mu dari sifat kikir, aku berlindung pada-Mu dari hati yang lemah, aku berlindung dari dikembalikan ke umur yang jelek, aku berlindung kepada-Mu dari musibah dunia dan aku berlindung pada-Mu dari siksa kubur.
(HR an Nasaa-iy, shahiih)10
Dan/atau membaca
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ النَّارِ، وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الصَّدْرِ، وَسُوءِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ
“Allaahumma innii a’uudzubika min ‘adzaabin-naar wa min ‘adzaabil-qabri, wa min fitnaish-shadr, wa suuil-mahyaa wal-mamaati
(Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari adzab neraka, adzab kubur, fitnah hati, dan kejelekan kehidupan dan sesudah mati)”
(Diriwayatkan oleh Ibnu Hibbaan no. 1002; shahih)11
Dan/atau membaca
اللهم إني أعوذ بك من الكفر ، والفقر ، وعذاب القبر
Allaahumma inni a’uudzubika minal kufr wal faqr, wa ‘adzaabil qabr
Yaa Allaah, aku berlindung dari kekufuran dan kefakiran, dan ‘adzab kubur.
(HR an Nasaa-iy, at tirmidziy, dll; dishahiihkan syaikh al-albaaniy)12
Dan/atau membaca
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ذُنُوبِي وَخَطَايَايَ ، اللَّهُمَّ أَنْعِشْنِي ، وَاجْبُرْنِي ، وَاهْدِنِي لِصَالِحِ الأَعْمَالِ وَالأَخْلاقِ ، فَإِنَّهُ لا يَهْدِي لِصَالِحِهَا ، وَلا يَصْرِفُ سَيِّئَهَا إِلا أَنْتَ
Allaahummaghfirliy dzunuubiy wa khathaayaaya, Allaahumma an’isyniy waj’burniy wahdiniy lishaalihil a’maali wal akhlaaq. Fa innahu laa yahdi li shaalihihaa wa laa yashrifu sayyiahaa illaa anta
Ya Allah ampunilah dosa-dosa dan kesalahanku, Ya Allah angkatlah (derajatku) dan cukupkanlah (hidupku), bimbinglah aku kepada amal dan akhlak yang shalih (baik), karena tidak ada yang membimbing kepada yang shalih dan memalingkan dari yang buruk kecuali Engkau
(HR ath Thabraaniy, Ibnus sunniy, dan selainnya; dihasankan Syaikh al Albaaniy dalam Shahiihul Jaami’)13
Dan/atau membaca
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الثَّبَاتَ فِي الْأَمْرِ ، وَأَسْأَلُكَ عَزِيمَةَ [على] الرُّشْدِ ، وَأَسْأَلُكَ شُكْرَ نِعْمَتِكَ ، وَحُسْنَ عِبَادَتِكَ ، وَأَسْأَلُكَ لِسَانًا صَادِقًا ، وَقَلْبًا سَلِيمًا
Allaahumma inni as-aluka ats tsabaata fil amri, wal ‘aziimata ‘alar rusydi, wa as-aluka syukra ni’matik, wa husni ‘ibaadatik, wa as-aluka lisaanan shaadiqan, wa qalban saliiman
Ya Allaah aku meminta kepadaMu ditetapkan diatas urusan (agamaku), dan diberi tekad yang kuat (untuk meniti jalan) diatas petunjuk, serta agar aku dapat memperbaiki ibadahku kepadaMu. Aku meminta kepadaMu lisan yang benar/jujur, dan hati yang selamat
وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا تَعْلَمُ ، وَأَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا تَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ مِمَّا تَعْلَمُ إِنَّكَ أَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ
wa a’uudzubika min syarri maa ta’lam, wa as-aluka min khayri maa ta’lam, wa astaghfiruka mimma ta’lam, innaka anta ‘allaamul ghuyuub
Dan aku berlindung kepadaMu dari segala keburukan yang engkau ketahui, dan aku memohon kepadaMu dari segala kebaikan yang engkau ketahui, dan aku memohon ampun kepadaMu dari apa-apa yang engkau ketahui (dariku), sesungguhnya engkau Dzat Yang Maha Mengetahui perkara yang ghayb.
(HR Ahmad, at tirmidziy, an nasaa-iy, dll; terdapat dalam ash shahiihah 3228)14
Dan/atau membaca
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا عَمِلْتُ وَمِنْ شَرِّ مَا لَمْ أَعْمَلْ
allaahumma inni a’uudzubika min syarri maa ‘alimtu, wa min syarri maa a’mal.
‘Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari keburukan yang telah kuperbuat dan keburukan yang belum aku perbuat.”
(Shahiih, HR Nasaa-iy, Abu Daawud, ibnu Maajah, dll; dishahiihkan syaikh al Albaaniy)15
Dan/atau membaca
اللَّهمَّ إنِّي أسألُكَ بأنَّ لَكَ الحمدَ لا إلَهَ إلَّا أنتَ المنَّانُ بديعُ السَّماواتِ والأرضِ ، يا ذا الجلالِ والإِكْرامِ ، يا حيُّ يا قيُّومُ
Allaahumma inni as-aluka bi anna lakal hamd, laa ilaaha illaa anta, al mannaanu badii’us-samaawaati wal ardh, yaa dzal jalaali wal ikraam, yaa hayyu yaa qayyuum…
Yaa Allah, aku memohon kepadaMu (dengan mempersaksikan) bahwa bagiMu segala pujian, tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Engkau, (Engkaulah) Maha Pemberi, (Engkaulah) Pencipta langit dan bumi. Wahai Dzat yang memiliki keagungan, serta kemuliaan, wahai Dzat yang Maha Hidup, lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya)
(HR an Nasaa-i dan selainnya; shahiih)16
Dan/atau membaca
اللَّهُمَّ بِعِلْمِكَ الْغَيْبَ وَقُدْرَتِكَ عَلَى الْخَلْقِ
Allahumma bi ‘ilmikal ghayb, wa qadratika ‘alal khalqi
‘Ya Allah dengan ilmu-Mu terhadap hal gaib dan kekuasaan-Mu atas makhluk,
أَحْيِنِي مَا عَلِمْتَ الْحَيَاةَ خَيْرًا لِي
ahyiniy maa ‘alimtal hayaata khayran liy
hidupkanlah aku selagi Engkau mengetahui bahwa hidup itu lebih baik bagiku,
وَتَوَفَّنِي إِذَا عَلِمْتَ الْوَفَاةَ خَيْرًا لِي
wa tawaffaniy idzaa ‘alimtal wafaata khayran liy
dan matikanlah aku jika Engkau mengetahui bahwa mati lebih baik bagiku.
اللَّهُمَّ وَأَسْأَلُكَ خَشْيَتَكَ فِي الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ
Allahumma wa as-aluka khasy-yataka fil ghaybi wasy syahaadah
Ya Allah, aku memohon kepada-Mu rasa takut kepada-Mu saat nampak ataupun saat tidak nampak.
وَأَسْأَلُكَ كَلِمَةَ الْحَقِّ فِي الرِّضَا وَالْغَضَبِ
wa as-aluka kalimatal haqqi fir ridhaa wal ghadhab
Dan aku memohon kepadamu (agar aku berkata) kalimat yang haq dalam keadaan senang ataupun marah
وَأَسْأَلُكَ نَعِيمًا لَا يَنْفَدُ
wa as-aluka na’iiman laa yanfad
Aku memohon kenikmatan tanpa habis
وَأَسْأَلُكَ الْقَصْدَ فِي الْفَقْرِ وَالْغِنَى
wa as-alukal qashdal faqr wal ghina
Aku memohon kesederhanaan saat fakir dan kaya.
وَأَسْأَلُكَ قُرَّةَ عَيْنٍ لَا تَنْقَطِعُ
wa as-aluka qurrata ‘ainin laa tanqathi’
dan aku memohon kepadamu kesenangan tanpa henti.
وَأَسْأَلُكَ الرِّضَاءَ بَعْدَ الْقَضَاءِ
wa as-aluka ar ridhaa-a ba’dal qadhaa-i
Aku memohon keridhaan setelah adanya keputusan
وَأَسْأَلُكَ بَرْدَ الْعَيْشِ بَعْدَ الْمَوْتِ
wa as-aluka bardal ‘aysy ba’dal mawt
dan aku memohon kenyamanan hidup setelah mati
وَأَسْأَلُكَ لَذَّةَ النَّظَرِ إِلَى وَجْهِكَ وَالشَّوْقَ إِلَى لِقَائِكَ فِي غَيْرِ ضَرَّاءَ مُضِرَّةٍ وَلَا فِتْنَةٍ مُضِلَّةٍ
wa as-aluka ladzdzatan nazhari ila wajhika wasy syawqa ila liqaa-ika fiy ghayri dharaa-a mudhirratin wa laa fitnatin mudhillah
dan aku memohon kelezatan memandang kepada wajah-Mu serta keridhaan berjumpa dengan-Mu tanpa ada bahaya yang membahayakan dan tanpa fitnah yang menyesatkan.
اللَّهُمَّ زَيِّنَّا بِزِينَةِ الْإِيمَانِ وَاجْعَلْنَا هُدَاةً مُهْتَدِينَ
Allahumma zayyinnaa bi ziinatil iimaan waj ‘alnaa hudaatan muhtadiin
Ya Allah, hiasilah kami dengan hiasan iman dan jadikanlah kami orang yang menyampaikan hidayah dan yang mendapatkan hidayah.”
(Shahiih, driwayatkan oleh an Nasaa-iy, dishahiihkan syaikh al albaaniy dalam shahiih an nasaa-iy)17

Catatan Kaki
  1. Terdapat banyak hadits yang menyebutkan tentang “dubur shalat”, diantaranya, bahwa Rasuulullaah bersabda:
يَا مُعَاذُ، وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ، وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ، فَقَالَ: أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ لَا تَدَعَنَّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ تَقُولُ: اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
“Wahai Mu’aadz, demi Allah sungguh aku mencintaimu, demi Allah sungguh aku mencintaimu. Aku akan berwasiat kepadamu wahai Mu’aadz. Janganlah engkau tinggalkan doa di akhir setiap shalat (fii duburi kulli shalaah). Bacalah : Allaahumma a’innii ‘alaa dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibaadatik (Ya Allah, tolonglah aku untuk senantiasa mengingat-Mu, mensyukuri-Mu, dan ibadah kepada-Mu dengan baik)”
(Diriwayatkan oleh Abu Daawud; shahih)
Terdapat pula hadits lain seperti:
كَتَبَ الْمُغِيرَةُ: إِلَى مُعَاوِيَةَ بْنِ أَبِي سُفْيَانَ: أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ إِذَا سَلَّمَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، اللَّهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلَا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ ”
Al-Mughiirah pernah menulis surat kepada Mu’aawiyyah bin Abi Sufyaan : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca di akhir setiap shalat apabila selesai salam : Laa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariika lahu, lahul-mulku walahul-hamdu wahuwa ‘alaa kulli syain-qadiir. Allaahumma laa maani’a limaa a’thaita walaa mu’thiya limaa mana’ta, walaa yanfa’u dzal-jaddi minkal-jaddu”
(Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy)
Para ulama berbeda pendapat, dimanakah tempat dubur shalat tersebut? Yang benar, adalah seperti yang dirajihkan syaikh ibnul ‘utsaimiin diatas. Jika berkaitan dengan doa, maka dibaca pada saat setelah membaca tasyahud sebelum salam. Dan jika berkaitan dengan dzikir, maka dibacanya setelah selesai salam
Wallaahu a’lam
  1. Dari ‘Abdullaah ibn ‘Amr radhiyallaahu ‘anhumaa:
أَنَّهُ قَالَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : عَلِّمْنِي دُعَاءً أَدْعُو بِهِ فِي صَلاتِي . قَالَ
Sesungguhnya (Abu Bakar) berkata kepada Rasuulullaah: “ajarkanlah kepadaku doa yang kubaca dalam shalatku”… Rasuulullaah bersabda: “Katakanlah…” (doa diatas)
  1. Berkata Mihjaan ibnul Adra':
أنَّ رسولَ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ دخلَ المسجدَ ، إذا رجلٌ قد قَضى صلاتَهُ وَهوَ يتشَهَّدُ ، فقالَ
Sesungguhnya Rasuulullaah shallallaahu ‘alayhi wa sallam masuk masjid, dan ternyata ada seorang lelaki yang sedang menunaikan shalat dan sedang dalam tasyahud, dan ia berdoa (dalam tasyahudnya, dengan doa diatas)
فقالَ رسولُ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ: قَد غَفرَ اللَّهُ لَهُ ، ثلاثًا
Maka Rasuulullaah berkata: Sungguh Allaah telah mengampuninya, Sungguh Allaah telah mengampuninya, Sungguh Allaah telah mengampuninya.
  1. ‘Aliy bin Abi Thalib radhiyallaahu ‘anhu berkata: “Kebiasaan Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam mengucapkan doa diatas diantara tasyahud akhir dan salam..”
  2. Rasuulullaah bersabda:
أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ لَا تَدَعَنَّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ تَقُولُ
“Wahai Mu’adz, aku wasiatkan padamu agar setiap akhir shalat tidak meninggalkan untuk membaca (doa diatas)”
  1. Diriwayatkan dari beberapa shahabat nabi, bahwa:
قال النبي صلى الله عليه وسلم لرجل كيف تقول في الصلاة قال أتشهد ثم أقول اللهم إني أسألك الجنة وأعوذ بك من النار أما إني لا أحسن دندنتك ولا دندنة معاذ فقال النبي صلى الله عليه وسلم حولها ندندن
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada seseorang, “Doa apa yang engkau ucapkan dalam shalat?” Orang tersebut menjawab, “Aku meminta surga kepada Allah Azza wa Jalla dan berlindung kepada-Nya dari neraka.” Aku tidak mampu melakukan sebaik seruanmu dan seruan Muadz.” Orang itu mengisyaratkan betapa banyaknya doa dan usaha beliau dan Muadz dalam meminta. Kemudian Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Di seputar itulah seruan kami.”
  1. Dari Abu Hurayrah, bahwa Rasuulullaah bersabda:
إِذَا تَشَهَّدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللهِ مِنْ أَرْبَعٍ يَقُوْلُ
Jika salah seorang dinatara kalian tasyahud, maka berlindunglah kepada Allaah dari empat hal, dengan berdoa (doa diatas)
  1. Berkata ‘Aa-isyah:
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، يَقُولُ في بعض صلاته
Aku mendengar Rasuulullaah berdoa dalam sebagian shalatnya
يَا رَسُولَ اللَّهِ , مَا الْحِسَابُ الْيَسِيرُ ؟ فَقَالَ : ” هُوَ أَنْ يَنْظُرَ فِي سَيِّئَاتِهِ فَيَتَجَاوَزَ لَهُ عَنْهَا , فَإِنَّهُ مَنْ نُوقِشَ الْحِسَابَ فَقَدْ هَلَكَ , وَمَا أَصَابَ الْمُؤْمِنَ مِنْ نَكْبَةٍ إِلا كَفَّرَ بِهَا عَنْهُ مِنْ سَيِّئَاتِهِ , حَتَّى الشَّوْكَةِ يَشُوكُهُ
Wahai Rasuulallaah, apa itu hisab yang mudah? Rasuulullaah bersabda: Seseorang yang Allah melihat kitabnya lalu memaafkannya. Karena orang yang diperdebatkan hisabnya pada hari itu, pasti celaka wahai Aisyah. Dan SETIAP musibah yang menimpa seorang MUKMIN, maka Allah akan menghapus (dosanya) karenanya, bahkan sampai duri yang menusuknya.”
(Diriwayatkan Ahmad, al Haakim dan selainnya; dishahiihkan al haakim, disepakati adz Dzahabiym dan dinilai jayyid oleh al Albaaniy)
  1. Dari ‘Aa-isyah, bahwa beliau berkata:
أن رسولَ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم كان يَدْعو في الصلاةِ
Sesungguhnya Rasuulullaah shallallaahu ‘alayhi wa sallam pernah berdoa dalam shalatnya (dengan doa diatas)
  1. Berkata Abu Sa’id al Khudriy:
إن رسول الله صلى الله عليه و سلم كان يتعوذ بهن في دبر كل صلاة
Sesungguhnya Rasuulullaah shallallaahu ‘alayhi wa sallam berlindung (kepada Allaah) dari hal tersebut, dalam setiap shalat
  1. Diriwayatkan:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: مَا صَلَّى نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرْبَعًا أَوِ اثْنَتَيْنِ، إِلا سَمِعْتُهُ يَدْعُو
dari Abu Hurairah, ia berkata : “Tidaklah Nabiyullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam shalat empat raka’at atau dua raka’at kecuali aku mendengar beliau berdoa (dengan doa diatas)
  1. Berkata Abi Bakrah:
إن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان يقولهن في دبر الصلاة
Sesungguhnya Rasuulullaah membaca doa tersebut pada dubur shalat.
  1. Berkata Abu Umaamah al Baahiliy:
ما دنوتُ مِن رسولِ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ في دُبُرِ مَكْتوبةٍ ولا تطوُّعٍ إلَّا سَمِعْتُهُ يدعو بهؤلاءِ الكلماتِ لا يزيدُ فيهنَّ ولا ينقصُ منهن
“Tidaklah aku mendekati Rasuulullaah disetiap akhir shalat sunnah maupun wajib, kecuali beliau membaca kalimat-kalimat berikut, yang tanpa aku tambahi tidak pula aku kurangi…”
(HR ath Thabraaniy, Ibnus sunniy, dan selainnya; dihasankan Syaikh al Albaaniy dalam Shahiihul Jaami’) Berkata Syadaad bin Aus radhiyallaahu ‘anhu:
كان رسولُ اللَّهِ صلَّى اللهُ عليْهِ وسلَّمَ يقولُ في صلاتِهِ
Rasuulullaah pernah berdoa dalam shalatnya (dengan doa diatas)
  1. dari Farwah bin Naufal, dia berkata; ‘Aku berkata kepada ‘Aa-isyah,
حدثيني بشيءٍ كان رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلم يدعو به في صلاتهِ
“Beritahukanlah kepadaku doa yang dipanjatkan Rasulullah Shalallah ‘Alaihi Wa Sallam dalam shalatnya.”
Maka ‘Aa-isyah berkata:
نعم كان رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلم يقولُ
Ya, dahulu Rasuulullaah shallallaahu ‘alayhi wa sallam membaca (doa diatas)
  1. Anas bin Maalik berkata:
كنتُ معَ رسولِ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ جالسًا ـ يَعني ـ ورجلٌ قائمٌ يصلِّي ، فلمَّا رَكَعَ وسجدَ وتشَهَّدَ دعا ، فقالَ في دعائِهِ
Dahulu aku pernah duduk bersama Rasuulullaah -shallallaahu ‘alayhi wa sallam-, dan ada seorang yang sedang berdiri dalam shalantya, kemudian ia ruku’, sujud, dan berdoa dalam tasyahudnya. Dan ia berkata dalam doanya (doa diatas)
Rasuulullaah bersabda:
سْمِهِ الْعَظِيمِ الَّذِي إِذَا دُعِيَ بِهِ أَجَابَ وَإِذَا سُئِلَ بِهِ أَعْطَى
“Sungguh ia telah berdoa kepada Allah dengan namaNya yang agung, yang apabila dipanjatkan doa kepadaNya dengan nama tersebut maka Dia akan mengabulkannya, dan apabila Dia diminta dengan nama tersebut maka Dia akan memberinya.”
(Shahiih HR. Abu Dawud; dishahiihkan syaikh al Albaaniy)
  1. ‘Ammar bin Yasir menukilkan bahwa beliau mendengar bahw doa tersebut pernah dipanjatkan Rasulullah dalam shalatnya….
  2. ‘Ammar bin Yasir menukilkan bahwa beliau mendengar bahw doa tersebut pernah dipanjatkan Rasulullah dalam shalatnya…