Disunnahkan banyak berdoa setelah
membaca tasyahud, dan sebelum salam.
Terdapat banyak hadits, yang
menganjurkan kita untuk banyak berdoa setelah kita membaca tasyahud.
Rasuulullaah shallalaahu ‘alayhi wa
sallam bersabda:
لا تقولوا السَّلامُ على اللهِ فإنّ اللهَ
هو السَّلامُ ولكن إذا جلس أحدُكم فليقُلْ التَّحيَّات للهِ والصَّلواتُ والطَّيباتُ
السَّلامُ عليك أيها النبيُّ ورحمةُ اللهِ وبركاتُه السَّلامُ علينا وعلى عبادِ اللهِ
الصَّالحينَ فإنكم إذا قلتُم ذلك أصاب كلَّ عبدٍ صالحٍ في السماءِ والأرضِ أو بين السماءِ
والأرضِ أشهد أن لا إله إلا اللهُ وأشهد أن محمدًا عبدُه ورسولُه ثم لِيتخيَّرْ أحدُكم
من الدعاءِ أعجبَه إليه فيدعو بهِ
Janganlah kalian berkata: ‘assalaamu
‘alaLLaah’ (Keselamatan atas Allaah), karena Dia-lah as-salaam. Jika kalian
duduk (tasyahud), maka ucapkanlah: ‘at tahiyaatu lillaah, wash shalaatutuh
thayyibaat, assalaamu ‘alayka ayyuhannabiy warahmatullaahi wabarakaatuh,
assalaamu ‘alayna wa ‘ala ibaadillaahish shaalihiin’. Jika kalian telah berkata
demikian, maka doa tersebut akan meliputi SELURUH hamba yang shaalih di langit
maupun di bumi, maupun diantara keduanya. (Kemudian katakanlah) ‘asyhadu an laa
ilaaha illaLLaah wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rasuuluh’. Kemudian
hendaklah diantara kalian memilih doa, yang kalian berdoa dengannya.
(HR Ahmad, al Bukhaariy, Abu Daawud,
dll)
Beliau juga bersabda:
إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ فَلْيَبْدَأْ
بِتَحْمِيدِ اللَّهِ وَالثَّنَاءِ عَلَيْهِ ثُمَّ لْيُصَلِّ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ لْيَدْعُ بَعْدُ بِمَا شَاءَ
“Apabila salah seorang diantara
kalian melakukan shalat maka hendaknya ia memulai dengan memuji Allaah,
kemudian bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian
berdoalah setelah itu dengan doa yang ia kehendaki.”
(HR. Tirmidziy, dan beliau berkata
bahwa hadits ini hasan shahiih)
Beliau juga bersabda:
إِذَا تَشَهَّدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَعِذْ
بِاللهِ مِنْ أَرْبَعٍ
Jika salah seorang dinatara kalian
tasyahud, maka berlindunglah kepada Allaah dari empat hal… [akan disinggung
haditsnya dibawah]
(HR Muslim dan selainnya)
Disebutkan juga, bahwa berkata
Mihjan ibnul Adra':
أنَّ رسولَ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ عليهِ
وسلَّمَ دخلَ المسجدَ ، إذا رجلٌ قد قَضى صلاتَهُ وَهوَ يتشَهَّدُ ، فقالَ
Sesungguhnya Rasuulullaah
shallallaahu ‘alayhi wa sallam masuk masjid, dan ternyata ada seorang lelaki
yang sedang menunaikan shalat dan sedang dalam TASYAHUD, dan ia berdoa [dalam
tasyahudnya, dengan doa -yang nanti akan disebutkan dibawah-]
(Shahiih, an Nasaa-iy dan selainnya)
Disebutkan juga dalam hadits Anas,
bahwa beliau berkata:
كنتُ معَ رسولِ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ
عليهِ وسلَّمَ جالسًا ـ يَعني ـ ورجلٌ قائمٌ يصلِّي ، فلمَّا رَكَعَ وسجدَ وتشَهَّدَ
دعا ، فقالَ في دعائِهِ
Dahulu aku pernah duduk bersama
Rasuulullaah -shallallaahu ‘alayhi wa sallam-, dan ada seorang yang sedang
berdiri dalam shalantya, kemudian ia ruku’, sujud, dan berdoa dalam
tasyahudnya. Dan ia berkata dalam doanya [doa -yang nanti akan disebutkan dibawah-]
(Shahiih, an Nasaa-iy dan selainnya)
Berdoa lebih utama sebelum salam,
adapun dzikir maka setelah shalat
Berkata Syaikh ibnul ‘Utsaimiin
rahimahullaah tentang ‘dubur shalat’ :
“Dubur dari sesuatu merupakan bagian
darinya, seperti dubur hewan. Sesungguhnya hewan mempunyai dubur, dan dubur-nya
ada pada tubuh hewan itu sendiri. Begitu pula dengan dubur shalat1, merupakan
bagian dari shalat.
Apabila Rasul shallallaahu ‘alaihi
wa sallam membimbing kita untuk berdoa setelah tasyahud, maka doa yang ditaqyid
dengan ‘dubur’, tempatnya adalah sebelum salam di akhir shalat. Adapun setelah
shalat, yang ada adalah dzikir….”
[Asy-Syarhul-Mumti’, 3/62 – via
Syamilah; dari blog ustadz abul jauzaa].
Beliau juga berkata:
“…Oleh karena itu dapat kita katakan
bahwa apabila engkau ingin berdo’a kepada Allah, maka berdo’alah kepada-Nya
sebelum salam.
Hal ini karena dua alasan :
Alasan pertama : Inilah yang
diperintahkan oleh Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam membicarakan tentang tasyahud, “Jika selesai (dari tasyahud),
maka terserah dia untuk berdo’a dengan do’a yang dia suka.”
Alasan kedua : Jika engkau berada dalam shalat, maka
berarti engkau sedang bermunajat kepada Rabbmu. Jika engkau telah selesai
mengucapkan salam, berakhir pula munajatmu tersebut. Lalu manakah yang lebih
afdhol (lebih utama), apakah meminta pada Allah ketika bermunajat kepada-Nya
ataukah setelah engkau berpaling (selesai) dari shalat? Jawabannya, tentu yang
pertama yaitu ketika engkau sedang bermunajat kepada Rabbmu.
[Liqo’at Al Bab Al Maftuh, kaset no. 82, dari rumaysho]
Maka hendaknya kita tidak
menyia-nyiakan kesempatan ini, meskipun hanya memanjatkan salah satu doa, dari
doa-doa yang diajarkan Rasul pada kondisi ini (inilah yang lebih utama), atau
berdoa dengan doa yang kita inginkan untuk kebaikan dunia dan aakhrat kita.
Diantara
doa-doa yang dibaca setelah tasyahud sebelum salam
Catatan: Doa-doa ini boleh dibaca
seluruhnya (jika kita ingin), atau sebagiannya (baik sebagian besar atau
sebagian kecil), atau boleh pula cuma beberapa, atau boleh pula cuma salah satu
darinya.
Membaca:
اللَّهمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي
ظُلْمًا كَثِيرًا ، وَلا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلا أَنْتَ , فَاغْفِرْ لِي
مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ ، وَارْحَمْنِي إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Allaahumma inni zhalamtu nafsiy
zhulman katsiiraa, wa laa yaghfirudz dzunuuba illaa anta, faghfirliy magfiratan
min ‘indik, warhamniy innaka antal ghafuurur rahiim
Yaa Allaah, sesungguhnya aku telah
menzhalimi diriku dengna kezhaliman yang banyak, sedangkan tidak ada yang
mengampuni dosa melainkan Engkau, maka ampunilah aku dengan ampunan dari
sisiMu, dan rahmatilah aku; sesungguhnya engkau Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.
(HR Bukhaariy dan Muslim)2
Dan/atau membaca
اللَّهمَّ إنِّي أسألُكَ يا اللَّهُ
بأنَّكَ الواحدُ الأحدُ الصَّمدُ ، الَّذي لم يَلِدْ ولم يولَدْ ولم يَكُنْ لَهُ
كُفُوًا أَحَدٌ ، أن تغفِرَ لي ذُنوبي ، إنَّكَ أنتَ الغَفورُ الرَّحيمُ
Allaahumma inni as-aluka yaa Allaah,
bi annakal waahidul ahadush shamad, alladziy lam yalid wa lam yuulad wa lam
yakul-lahu kufuwan ahad, an taghfiraliy dzunuubiy innaka antal ghafuuur rahiim
Ya Allaah, sesungguhnya aku memohon
kepadaMu yaa Allaah, Yang Maha Esa lagi tempat bergantungnya seluruh makhluq,
Yang tidak berank, tidak pula diperanakkan, dan tidak ada yang setara
denganNya, agar engkau mengampuni dosa-dosaku. Sesungguhnya Engkau Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
(HR Ahmad, Abu Dawud, an Nasaa-iy,
Ibnu Khuzaymah, al Haakim, dishahiihkannya dan disepakati adz Dzahabiy dan al
albaaniy)3
Dan/atau membaca
اللَّهُمَّ اغْفِرْ ﻟِﻲ مَا قَدَّمْتُ
وَمَا أَخَّرْتُ وَمَا أَﺳْﺮَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ وَمَا أَﺳْﺮَفْتُ وَمَا أَنْتَ
أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي
Allaahummaghfirly maa qaddamtu wa
maa akh-khartu wa maa as-rartu wa maa a’lantu wa maa asraftu wa maa anta a’lamu
bihi minniy
‘Yaa Allâh Ta’âla ampunilah dosaku
yang telah aku lakukan dan (dosa akibat dari kewajiban) yang telah aku
tinggalkan, (dosa) yang aku rahasiakan dan yang aku lakukan dengan
terang-terangan, serta (segala hal) yang aku telah melakukan dengan berlebihan
dan segala dosa yang Engkau lebih mengetahuinya daripadaku.
أَنْتَ الْـمُقَدِّمُ وَ أَنْتَ
الْـمُؤَخَّرُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ
Anta al-muqaddim wa anta al-muakhkhir,
laa ilaaha illaa anta
Engkau adalah al Muqaddim (Dzat Yang
memajukan orang yang Engkau kehendaki dengan sebab mentaati-Mu atau sebab
lainnya) dan Engkau adalah al Muakhkhir (Yang memundurkan orang yang Engkau
kehendaki). Tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Engkau'”.
(HR. Ibnu Hibbaan dan selainnya)4
Dan/atau membaca
اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ
وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
Allaahumma a’inniy ‘ala dzikrika wa syukrika
wa husni ‘ibaadatik
“Ya Allah, bantulah aku agar
senantiasa berdzikir, bersyukur dan beribadah dengan baik kepada-Mu”.
(HR. Abu Dawud dan yang lainnya.
Hadits ini dinilai sahih oleh al-Hakim, Ibn Khuzaimah, Ibn Hibban dan
al-Albani)5
Dan/atau membaca
اللَّهمَّ إنِّي أسألُكَ الجنَّةَ،
وأَعوذُ بِكَ منَ النَّارِ
Allaahumma inni as-alukal jannah, wa
a’udzubika minann naar
Ya Allaah, aku meminta kepadaMu
surga, dan berlindung darimu dari neraka
(HR Ahmad, Abu Daawud, ibnu Maajah,
dan selainnya; shahiih)6
Dan/atau membaca
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ
مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ ، وَمِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا
وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ
Allaahumma inni a’uudzubika min
‘adzaabil qabr, wa ‘adzaabi jahannam, wa min fitnatil mahyaa wal mamaat, wa min
fitnatil masiihid dajjaal.
“Ya Allah, Sesungguhnya aku
berlindung kepadaMu dari siksaan kubur, siksa neraka Jahanam, fitnah kehidupan
dan setelah mati, serta dari kejahatan fitnah Almasih Dajjal.”
(HR al Bukhaariy Muslim, dll)7
Dan/atau membaca
اللَّهُمَّ حَاسِبْنِي حِسَابًا
يَسِيرًا
Allaahumma haasibniy hisaaban
yasiiraa
Yaa Allaah hisablah aku dengan hisab
yang mudah
(HR Bukhaariy, dan selainnya)8
Dan/atau membaca
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ
مِنْ الْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ
Allaahumma inni a’uudzubika minal
ma’tsami wal maghrami
“Ya Allah, Sesungguhnya aku
berlindung kepadaMu dari perbuatan dosa dan hutang.”
(Keduanya diriwayatkan oleh
Bukhariy, Muslim, dan selainnya)9
Dan/atau membaca
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ
الْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ أَنْ أُرَدَّ إِلَى
أَرْذَلِ الْعُمُرِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الْقَبْرِ
Allaahumma inni a’uudzubika minal
bukhli, wa a’uudzubika minal jubni, wa a’uudzubika min an araddal ‘umuri, wa
a’uudzubika min fitnatil dunyaa, wa ‘adzaabil qabr
“Ya Allah, aku berlindung pada-Mu
dari sifat kikir, aku berlindung pada-Mu dari hati yang lemah, aku berlindung
dari dikembalikan ke umur yang jelek, aku berlindung kepada-Mu dari musibah
dunia dan aku berlindung pada-Mu dari siksa kubur.
(HR an Nasaa-iy, shahiih)10
Dan/atau membaca
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ
عَذَابِ النَّارِ، وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الصَّدْرِ، وَسُوءِ
الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ
“Allaahumma innii a’uudzubika min
‘adzaabin-naar wa min ‘adzaabil-qabri, wa min fitnaish-shadr, wa suuil-mahyaa
wal-mamaati
(Ya Allah, sesungguhnya aku
berlindung kepada-Mu dari adzab neraka, adzab kubur, fitnah hati, dan kejelekan
kehidupan dan sesudah mati)”
(Diriwayatkan oleh Ibnu Hibbaan no.
1002; shahih)11
Dan/atau membaca
اللهم إني أعوذ بك من الكفر ، والفقر
، وعذاب القبر
Allaahumma inni a’uudzubika minal
kufr wal faqr, wa ‘adzaabil qabr
Yaa Allaah, aku berlindung dari
kekufuran dan kefakiran, dan ‘adzab kubur.
(HR an Nasaa-iy, at tirmidziy, dll;
dishahiihkan syaikh al-albaaniy)12
Dan/atau membaca
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ذُنُوبِي
وَخَطَايَايَ ، اللَّهُمَّ أَنْعِشْنِي ، وَاجْبُرْنِي ، وَاهْدِنِي لِصَالِحِ
الأَعْمَالِ وَالأَخْلاقِ ، فَإِنَّهُ لا يَهْدِي لِصَالِحِهَا ، وَلا يَصْرِفُ
سَيِّئَهَا إِلا أَنْتَ
Allaahummaghfirliy dzunuubiy wa
khathaayaaya, Allaahumma an’isyniy waj’burniy wahdiniy lishaalihil a’maali wal
akhlaaq. Fa innahu laa yahdi li shaalihihaa wa laa yashrifu sayyiahaa illaa
anta
Ya Allah ampunilah dosa-dosa dan
kesalahanku, Ya Allah angkatlah (derajatku) dan cukupkanlah (hidupku), bimbinglah
aku kepada amal dan akhlak yang shalih (baik), karena tidak ada yang membimbing
kepada yang shalih dan memalingkan dari yang buruk kecuali Engkau
(HR ath Thabraaniy, Ibnus sunniy,
dan selainnya; dihasankan Syaikh al Albaaniy dalam Shahiihul Jaami’)13
Dan/atau membaca
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ
الثَّبَاتَ فِي الْأَمْرِ ، وَأَسْأَلُكَ عَزِيمَةَ [على] الرُّشْدِ ،
وَأَسْأَلُكَ شُكْرَ نِعْمَتِكَ ، وَحُسْنَ عِبَادَتِكَ ، وَأَسْأَلُكَ لِسَانًا
صَادِقًا ، وَقَلْبًا سَلِيمًا
Allaahumma inni as-aluka ats
tsabaata fil amri, wal ‘aziimata ‘alar rusydi, wa as-aluka syukra ni’matik, wa
husni ‘ibaadatik, wa as-aluka lisaanan shaadiqan, wa qalban saliiman
Ya Allaah aku meminta kepadaMu
ditetapkan diatas urusan (agamaku), dan diberi tekad yang kuat (untuk meniti
jalan) diatas petunjuk, serta agar aku dapat memperbaiki ibadahku kepadaMu. Aku
meminta kepadaMu lisan yang benar/jujur, dan hati yang selamat
وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا تَعْلَمُ
، وَأَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا تَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ مِمَّا تَعْلَمُ
إِنَّكَ أَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ
wa a’uudzubika min syarri maa
ta’lam, wa as-aluka min khayri maa ta’lam, wa astaghfiruka mimma ta’lam, innaka
anta ‘allaamul ghuyuub
Dan aku berlindung kepadaMu dari
segala keburukan yang engkau ketahui, dan aku memohon kepadaMu dari segala
kebaikan yang engkau ketahui, dan aku memohon ampun kepadaMu dari apa-apa yang
engkau ketahui (dariku), sesungguhnya engkau Dzat Yang Maha Mengetahui perkara
yang ghayb.
(HR Ahmad, at tirmidziy, an
nasaa-iy, dll; terdapat dalam ash shahiihah 3228)14
Dan/atau membaca
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ
شَرِّ مَا عَمِلْتُ وَمِنْ شَرِّ مَا لَمْ أَعْمَلْ
allaahumma inni a’uudzubika min
syarri maa ‘alimtu, wa min syarri maa a’mal.
‘Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu
dari keburukan yang telah kuperbuat dan keburukan yang belum aku perbuat.”
(Shahiih, HR Nasaa-iy, Abu Daawud,
ibnu Maajah, dll; dishahiihkan syaikh al Albaaniy)15
Dan/atau membaca
اللَّهمَّ إنِّي أسألُكَ بأنَّ لَكَ
الحمدَ لا إلَهَ إلَّا أنتَ المنَّانُ بديعُ السَّماواتِ والأرضِ ، يا ذا الجلالِ والإِكْرامِ
، يا حيُّ يا قيُّومُ
Allaahumma inni as-aluka bi anna
lakal hamd, laa ilaaha illaa anta, al mannaanu badii’us-samaawaati wal ardh,
yaa dzal jalaali wal ikraam, yaa hayyu yaa qayyuum…
Yaa Allah, aku memohon kepadaMu
(dengan mempersaksikan) bahwa bagiMu segala pujian, tidak ada sesembahan yang
berhak disembah kecuali Engkau, (Engkaulah) Maha Pemberi, (Engkaulah) Pencipta
langit dan bumi. Wahai Dzat yang memiliki keagungan, serta kemuliaan, wahai
Dzat yang Maha Hidup, lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya)
(HR an Nasaa-i dan selainnya;
shahiih)16
Dan/atau membaca
اللَّهُمَّ بِعِلْمِكَ الْغَيْبَ
وَقُدْرَتِكَ عَلَى الْخَلْقِ
Allahumma bi ‘ilmikal ghayb, wa
qadratika ‘alal khalqi
‘Ya Allah dengan ilmu-Mu terhadap
hal gaib dan kekuasaan-Mu atas makhluk,
أَحْيِنِي مَا عَلِمْتَ الْحَيَاةَ
خَيْرًا لِي
ahyiniy maa ‘alimtal hayaata khayran
liy
hidupkanlah aku selagi Engkau
mengetahui bahwa hidup itu lebih baik bagiku,
وَتَوَفَّنِي إِذَا عَلِمْتَ
الْوَفَاةَ خَيْرًا لِي
wa tawaffaniy idzaa ‘alimtal wafaata
khayran liy
dan matikanlah aku jika Engkau
mengetahui bahwa mati lebih baik bagiku.
اللَّهُمَّ وَأَسْأَلُكَ خَشْيَتَكَ
فِي الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ
Allahumma wa as-aluka khasy-yataka
fil ghaybi wasy syahaadah
Ya Allah, aku memohon kepada-Mu rasa
takut kepada-Mu saat nampak ataupun saat tidak nampak.
وَأَسْأَلُكَ كَلِمَةَ الْحَقِّ فِي
الرِّضَا وَالْغَضَبِ
wa as-aluka kalimatal haqqi fir
ridhaa wal ghadhab
Dan aku memohon kepadamu (agar aku
berkata) kalimat yang haq dalam keadaan senang ataupun marah
وَأَسْأَلُكَ نَعِيمًا لَا يَنْفَدُ
wa as-aluka na’iiman laa yanfad
Aku memohon kenikmatan tanpa habis
وَأَسْأَلُكَ الْقَصْدَ فِي الْفَقْرِ
وَالْغِنَى
wa as-alukal qashdal faqr wal ghina
Aku memohon kesederhanaan saat fakir
dan kaya.
وَأَسْأَلُكَ قُرَّةَ عَيْنٍ لَا
تَنْقَطِعُ
wa as-aluka qurrata ‘ainin laa
tanqathi’
dan aku memohon kepadamu kesenangan
tanpa henti.
وَأَسْأَلُكَ الرِّضَاءَ بَعْدَ
الْقَضَاءِ
wa as-aluka ar ridhaa-a ba’dal
qadhaa-i
Aku memohon keridhaan setelah adanya
keputusan
وَأَسْأَلُكَ بَرْدَ الْعَيْشِ بَعْدَ
الْمَوْتِ
wa as-aluka bardal ‘aysy ba’dal mawt
dan aku memohon kenyamanan hidup
setelah mati
وَأَسْأَلُكَ لَذَّةَ النَّظَرِ إِلَى
وَجْهِكَ وَالشَّوْقَ إِلَى لِقَائِكَ فِي غَيْرِ ضَرَّاءَ مُضِرَّةٍ وَلَا
فِتْنَةٍ مُضِلَّةٍ
wa as-aluka ladzdzatan nazhari ila
wajhika wasy syawqa ila liqaa-ika fiy ghayri dharaa-a mudhirratin wa laa
fitnatin mudhillah
dan aku memohon kelezatan memandang
kepada wajah-Mu serta keridhaan berjumpa dengan-Mu tanpa ada bahaya yang
membahayakan dan tanpa fitnah yang menyesatkan.
اللَّهُمَّ زَيِّنَّا بِزِينَةِ
الْإِيمَانِ وَاجْعَلْنَا هُدَاةً مُهْتَدِينَ
Allahumma zayyinnaa bi ziinatil
iimaan waj ‘alnaa hudaatan muhtadiin
Ya Allah, hiasilah kami dengan
hiasan iman dan jadikanlah kami orang yang menyampaikan hidayah dan yang
mendapatkan hidayah.”
(Shahiih, driwayatkan oleh an Nasaa-iy,
dishahiihkan syaikh al albaaniy dalam shahiih an nasaa-iy)17
Catatan Kaki
- Terdapat banyak hadits yang menyebutkan tentang “dubur
shalat”, diantaranya, bahwa Rasuulullaah bersabda:
يَا
مُعَاذُ، وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ، وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ، فَقَالَ:
أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ لَا تَدَعَنَّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ تَقُولُ: اللَّهُمَّ
أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
“Wahai
Mu’aadz, demi Allah sungguh aku mencintaimu, demi Allah sungguh aku
mencintaimu. Aku akan berwasiat kepadamu wahai Mu’aadz. Janganlah engkau
tinggalkan doa di akhir setiap shalat (fii duburi kulli shalaah). Bacalah :
Allaahumma a’innii ‘alaa dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibaadatik (Ya Allah,
tolonglah aku untuk senantiasa mengingat-Mu, mensyukuri-Mu, dan ibadah
kepada-Mu dengan baik)”
(Diriwayatkan
oleh Abu Daawud; shahih)
Terdapat
pula hadits lain seperti:
كَتَبَ
الْمُغِيرَةُ: إِلَى مُعَاوِيَةَ بْنِ أَبِي سُفْيَانَ: أَنّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ إِذَا
سَلَّمَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ
وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، اللَّهُمَّ لَا مَانِعَ
لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلَا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ
مِنْكَ الْجَدُّ ”
Al-Mughiirah
pernah menulis surat kepada Mu’aawiyyah bin Abi Sufyaan : Bahwasannya
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca di akhir setiap shalat
apabila selesai salam : Laa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariika lahu,
lahul-mulku walahul-hamdu wahuwa ‘alaa kulli syain-qadiir. Allaahumma laa
maani’a limaa a’thaita walaa mu’thiya limaa mana’ta, walaa yanfa’u dzal-jaddi
minkal-jaddu”
(Diriwayatkan
oleh Al-Bukhaariy)
Para ulama
berbeda pendapat, dimanakah tempat dubur shalat tersebut? Yang benar, adalah
seperti yang dirajihkan syaikh ibnul ‘utsaimiin diatas. Jika berkaitan dengan
doa, maka dibaca pada saat setelah membaca tasyahud sebelum salam. Dan jika
berkaitan dengan dzikir, maka dibacanya setelah selesai salam
Wallaahu
a’lam
- Dari ‘Abdullaah ibn ‘Amr radhiyallaahu ‘anhumaa:
أَنَّهُ
قَالَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : عَلِّمْنِي دُعَاءً
أَدْعُو بِهِ فِي صَلاتِي . قَالَ
Sesungguhnya
(Abu Bakar) berkata kepada Rasuulullaah: “ajarkanlah kepadaku doa yang kubaca
dalam shalatku”… Rasuulullaah bersabda: “Katakanlah…” (doa diatas)
- Berkata Mihjaan ibnul Adra':
أنَّ رسولَ
اللَّهِ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ دخلَ المسجدَ ، إذا رجلٌ قد قَضى صلاتَهُ
وَهوَ يتشَهَّدُ ، فقالَ
Sesungguhnya
Rasuulullaah shallallaahu ‘alayhi wa sallam masuk masjid, dan ternyata ada
seorang lelaki yang sedang menunaikan shalat dan sedang dalam tasyahud, dan ia
berdoa (dalam tasyahudnya, dengan doa diatas)
فقالَ
رسولُ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ: قَد غَفرَ اللَّهُ لَهُ ، ثلاثًا
Maka
Rasuulullaah berkata: Sungguh Allaah telah mengampuninya, Sungguh Allaah telah
mengampuninya, Sungguh Allaah telah mengampuninya.
- ‘Aliy bin Abi Thalib radhiyallaahu ‘anhu berkata:
“Kebiasaan Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam mengucapkan doa diatas
diantara tasyahud akhir dan salam..”
- Rasuulullaah bersabda:
أُوصِيكَ
يَا مُعَاذُ لَا تَدَعَنَّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ تَقُولُ
“Wahai
Mu’adz, aku wasiatkan padamu agar setiap akhir shalat tidak meninggalkan untuk
membaca (doa diatas)”
- Diriwayatkan dari beberapa shahabat nabi, bahwa:
قال النبي
صلى الله عليه وسلم لرجل كيف تقول في الصلاة قال أتشهد ثم أقول اللهم إني أسألك
الجنة وأعوذ بك من النار أما إني لا أحسن دندنتك ولا دندنة معاذ فقال النبي صلى
الله عليه وسلم حولها ندندن
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada seseorang, “Doa apa yang engkau
ucapkan dalam shalat?” Orang tersebut menjawab, “Aku meminta surga kepada Allah
Azza wa Jalla dan berlindung kepada-Nya dari neraka.” Aku tidak mampu melakukan
sebaik seruanmu dan seruan Muadz.” Orang itu mengisyaratkan betapa banyaknya
doa dan usaha beliau dan Muadz dalam meminta. Kemudian Rasulullâh Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Di seputar itulah seruan kami.”
- Dari Abu Hurayrah, bahwa Rasuulullaah bersabda:
إِذَا
تَشَهَّدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللهِ مِنْ أَرْبَعٍ يَقُوْلُ
Jika salah
seorang dinatara kalian tasyahud, maka berlindunglah kepada Allaah dari empat
hal, dengan berdoa (doa diatas)
- Berkata ‘Aa-isyah:
سَمِعْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، يَقُولُ في بعض صلاته
Aku
mendengar Rasuulullaah berdoa dalam sebagian shalatnya
يَا
رَسُولَ اللَّهِ , مَا الْحِسَابُ الْيَسِيرُ ؟ فَقَالَ : ” هُوَ أَنْ يَنْظُرَ
فِي سَيِّئَاتِهِ فَيَتَجَاوَزَ لَهُ عَنْهَا , فَإِنَّهُ مَنْ نُوقِشَ الْحِسَابَ
فَقَدْ هَلَكَ , وَمَا أَصَابَ الْمُؤْمِنَ مِنْ نَكْبَةٍ إِلا كَفَّرَ بِهَا
عَنْهُ مِنْ سَيِّئَاتِهِ , حَتَّى الشَّوْكَةِ يَشُوكُهُ
Wahai
Rasuulallaah, apa itu hisab yang mudah? Rasuulullaah bersabda: Seseorang yang
Allah melihat kitabnya lalu memaafkannya. Karena orang yang diperdebatkan
hisabnya pada hari itu, pasti celaka wahai Aisyah. Dan SETIAP musibah yang
menimpa seorang MUKMIN, maka Allah akan menghapus (dosanya) karenanya, bahkan
sampai duri yang menusuknya.”
(Diriwayatkan
Ahmad, al Haakim dan selainnya; dishahiihkan al haakim, disepakati adz
Dzahabiym dan dinilai jayyid oleh al Albaaniy)
- Dari ‘Aa-isyah, bahwa beliau berkata:
أن رسولَ
اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم كان يَدْعو في الصلاةِ
Sesungguhnya
Rasuulullaah shallallaahu ‘alayhi wa sallam pernah berdoa dalam shalatnya
(dengan doa diatas)
- Berkata Abu Sa’id al Khudriy:
إن رسول
الله صلى الله عليه و سلم كان يتعوذ بهن في دبر كل صلاة
Sesungguhnya
Rasuulullaah shallallaahu ‘alayhi wa sallam berlindung (kepada Allaah) dari hal
tersebut, dalam setiap shalat
- Diriwayatkan:
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ، قَالَ: مَا صَلَّى نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَرْبَعًا أَوِ اثْنَتَيْنِ، إِلا سَمِعْتُهُ يَدْعُو
dari Abu
Hurairah, ia berkata : “Tidaklah Nabiyullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam
shalat empat raka’at atau dua raka’at kecuali aku mendengar beliau berdoa
(dengan doa diatas)
- Berkata Abi Bakrah:
إن رسول
الله صلى الله عليه وسلم كان يقولهن في دبر الصلاة
Sesungguhnya
Rasuulullaah membaca doa tersebut pada dubur shalat.
- Berkata Abu Umaamah al Baahiliy:
ما دنوتُ
مِن رسولِ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ في دُبُرِ مَكْتوبةٍ ولا تطوُّعٍ
إلَّا سَمِعْتُهُ يدعو بهؤلاءِ الكلماتِ لا يزيدُ فيهنَّ ولا ينقصُ منهن
“Tidaklah
aku mendekati Rasuulullaah disetiap akhir shalat sunnah maupun wajib, kecuali
beliau membaca kalimat-kalimat berikut, yang tanpa aku tambahi tidak pula aku
kurangi…”
(HR ath
Thabraaniy, Ibnus sunniy, dan selainnya; dihasankan Syaikh al Albaaniy dalam
Shahiihul Jaami’) Berkata Syadaad bin Aus radhiyallaahu ‘anhu:
كان رسولُ
اللَّهِ صلَّى اللهُ عليْهِ وسلَّمَ يقولُ في صلاتِهِ
Rasuulullaah
pernah berdoa dalam shalatnya (dengan doa diatas)
- dari Farwah bin Naufal, dia berkata; ‘Aku berkata
kepada ‘Aa-isyah,
حدثيني
بشيءٍ كان رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلم يدعو به في صلاتهِ
“Beritahukanlah
kepadaku doa yang dipanjatkan Rasulullah Shalallah ‘Alaihi Wa Sallam dalam
shalatnya.”
Maka
‘Aa-isyah berkata:
نعم كان
رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلم يقولُ
Ya, dahulu
Rasuulullaah shallallaahu ‘alayhi wa sallam membaca (doa diatas)
- Anas bin Maalik berkata:
كنتُ معَ
رسولِ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ جالسًا ـ يَعني ـ ورجلٌ قائمٌ يصلِّي ،
فلمَّا رَكَعَ وسجدَ وتشَهَّدَ دعا ، فقالَ في دعائِهِ
Dahulu aku
pernah duduk bersama Rasuulullaah -shallallaahu ‘alayhi wa sallam-, dan ada
seorang yang sedang berdiri dalam shalantya, kemudian ia ruku’, sujud, dan
berdoa dalam tasyahudnya. Dan ia berkata dalam doanya (doa diatas)
Rasuulullaah
bersabda:
سْمِهِ
الْعَظِيمِ الَّذِي إِذَا دُعِيَ بِهِ أَجَابَ وَإِذَا سُئِلَ بِهِ أَعْطَى
“Sungguh
ia telah berdoa kepada Allah dengan namaNya yang agung, yang apabila
dipanjatkan doa kepadaNya dengan nama tersebut maka Dia akan mengabulkannya,
dan apabila Dia diminta dengan nama tersebut maka Dia akan memberinya.”
(Shahiih
HR. Abu Dawud; dishahiihkan syaikh al Albaaniy)
- ‘Ammar bin Yasir menukilkan bahwa beliau mendengar bahw
doa tersebut pernah dipanjatkan Rasulullah dalam shalatnya….
- ‘Ammar bin Yasir menukilkan bahwa beliau
mendengar bahw doa tersebut pernah dipanjatkan Rasulullah dalam shalatnya…