Merenungi Firman Allah Ta'ala
Surat al-An'am Ayat: 122
Segala puji hanya untuk Allah
Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam . Aku
bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah
Shubhanahu wa ta’alla semata yang tidak ada sekutu
bagi -Nya, dan
aku juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi
wa sallam adalah seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba'du:
Sesungguhnya
Allah ta'ala menurunkan al-Qur'an yang mulia ini, tidak lain ialah supaya di
tadaburi serta diamalkan, seperti yang Allah Shubhanahu
wa ta’alla nyatakan secara tegas dalam salah satu firmanNya:
قال الله تعالى: ﴿كِتَٰبٌ أَنزَلۡنَٰهُ إِلَيۡكَ مُبَٰرَكٞ لِّيَدَّبَّرُوٓاْ ءَايَٰتِهِۦ
وَلِيَتَذَكَّرَ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ ٢٩﴾[ ص : 29]
"Ini adalah sebuah kitab
yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan
ayat-ayat -Nya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai
fikiran". (QS Shaad: 29).
Dan dalam rangka memenuhi perintah ayat ini, maka pada
kesempatan kali ini kajian kita akan membawakan sebuah ayat dari al-Qur'an yang
kemudian kita perhatikan kandungannya yang selanjutnya kita petik pelajaran
serta hukumnya. Yaitu sebuah firman Allah tabaraka wa ta'ala yang berbunyi:
قال الله تعالى: ﴿ أَوَ مَن كَانَ مَيۡتٗا فَأَحۡيَيۡنَٰهُ وَجَعَلۡنَا
لَهُۥ نُورٗا يَمۡشِي بِهِۦ فِي ٱلنَّاسِ كَمَن مَّثَلُهُۥ فِي ٱلظُّلُمَٰتِ لَيۡسَ
بِخَارِجٖ مِّنۡهَاۚ كَذَٰلِكَ زُيِّنَ لِلۡكَٰفِرِينَ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ
١٢٢﴾ [ الأنعام : 122]
"Dan apakah orang yang sudah
mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang,
yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia,
serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali
tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu
memandang baik apa yang telah mereka kerjakan". (QS al-An'am: 122).
Penjabaran
makna ayat:
Kita
mulai dari firman -Nya:
﴿ كَمَن مَّثَلُهُۥ فِي ٱلظُّلُمَٰتِ
١٢٢ ﴾ [ الأنعام : 122]
"Serupa
dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita". (QS al-An'am: 122).
Artinya yaitu dalam kesesatan dan mengikuti hawa
nafsu, sedangkan kesesatan itu sangat beragam bentuknya. Lalu Allah Shubhanahu wa ta’alla mengatakan:
﴿ لَيۡسَ بِخَارِجٖ مِّنۡهَاۚ ١٢٢ ﴾ [ الأنعام
: 122]
"Yang
sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya?". (QS al-An'am: 122).
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ خَلَقَ
خَلْقَهُ فِي ظُلْمَةٍ ثُمَّ أَلْقَى عَلَيْهِمْ مِنْ نُورِهِ يَوْمَئِذٍ فَمَنْ
أَصَابَهُ مِنْ نُورِهِ يَوْمَئِذٍ اهْتَدَى وَمَنْ أَخْطَأَهُ ضَلَّ» [أخرجه أحمد
[
"Sesungguhnya Allah azza wa jalla menciptakan makhluknya
dalam kegelapan, kemudian Allah memberi mereka penerang dari cahaya -Nya. Maka barangsiapa yang pas
terkena oleh cahaya tersebut, dirinya akan mendapat petunjuk, sebaliknya kalau
meleset darinya, iapun akan tersesat". HR Ahmad 11/220 no:
6644.
Lebih
jelas lagi, sebagaimana yang diterangkan oleh Allah azza wa jalla dalam firman -Nya:
﴿ ٱللَّهُ وَلِيُّ ٱلَّذِينَ
ءَامَنُواْ يُخۡرِجُهُم مِّنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِۖ وَٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ
أَوۡلِيَآؤُهُمُ ٱلطَّٰغُوتُ يُخۡرِجُونَهُم مِّنَ ٱلنُّورِ إِلَى ٱلظُّلُمَٰتِۗ ٢٥٧ ﴾ [ البقرة : 257]
"Allah pelindung
orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran)
kepada cahaya (iman). dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah
syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan
(kekafiran)". (QS al-Baqarah: 257).
Dan dalam firman -Nya
yang lain:
﴿ وَمَا يَسۡتَوِي ٱلۡأَعۡمَىٰ
وَٱلۡبَصِيرُ ١٩ وَلَا ٱلظُّلُمَٰتُ وَلَا ٱلنُّورُ ٢٠ وَلَا ٱلظِّلُّ وَلَا ٱلۡحَرُورُ
٢١ وَمَا يَسۡتَوِي ٱلۡأَحۡيَآءُ وَلَا ٱلۡأَمۡوَٰتُۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُسۡمِعُ مَن
يَشَآءُۖ وَمَآ أَنتَ بِمُسۡمِعٖ مَّن فِي ٱلۡقُبُورِ ٢٢ ﴾ [ فاطر : 19-22]
"Dan tidaklah sama
orang yang buta dengan orang yang melihat. Dan tidak (pula) sama gelap gulita
dengan cahaya. Dan tidak (pula) sama yang teduh dengan yang panas. Dan tidak
(pula) sama orang-orang yang hidup dan orang-orang yang mati. Sesungguhnya
Allah memberi pendengaran kepada siapa yang dikehendaki -Nya dan kamu
sekali-kali tiada sanggup menjadikan orang yang didalam kubur dapat
mendengar". (QS Faathir: 19-22).
Dan ada yang mengatakan kalau
yang dimaksud dalam ayat diatas ialah dua orang, yaitu Umar bin Khatab yang
pada awalnya hatinya telah mati kemudian Allah Shubhanahu
wa ta’alla hidupkan
dengan keimanan, lalu -Dia
memberikan padanya cahaya yang dia gunakan untuk berjalan ditengah-tengah
manusia.
Ada lagi yang mengatakan yang
dimaksud dalam ayat adalah Amar bin Yasir, adapun orang yang dalam lubang
kesesatan dan tidak bisa keluar darinya adalah Abu Jahal Amr bin Hisyam
laknatullah.
Adapun makna yang shahih, bahwa makna ayat ini adalah
umum mencakup didalamnya setiap mukmin dan kafir.[1]
Pelajaran yang bisa kita
petik:
Pertama:
Sesungguhnya cahaya ini, yang diperoleh seorang mukmin adalah cahaya iman dan
ketaatan. Seperti yang diterangkan Allah Shubhanahu
wa ta’alla di dalam firman -Nya:
﴿ أَفَمَن شَرَحَ ٱللَّهُ
صَدۡرَهُۥ لِلۡإِسۡلَٰمِ فَهُوَ عَلَىٰ نُورٖ مِّن رَّبِّهِۦۚ ٢٢ ﴾ [ الزمر : 22]
"Maka apakah orang-orang yang
dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya
dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)?. (QS az-Zumar: 22).
Demikian
pula dalam firman yang lain:
﴿ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ
ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَءَامِنُواْ بِرَسُولِهِۦ يُؤۡتِكُمۡ كِفۡلَيۡنِ مِن رَّحۡمَتِهِۦ
وَيَجۡعَل لَّكُمۡ نُورٗا تَمۡشُونَ بِهِۦ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡۚ ٢٨﴾ [ الحديد
: 28]
"Hai orang-orang yang
beriman (kepada para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada
Rasul -Nya, niscaya Allah memberikan rahmat -Nya kepadamu dua bagian, dan
menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan -Dia
mengampuni kamu". (QS al-Hadid: 28).
Kedua: Sedangkan orang-orang kafir dan munafik maka mereka
diharamkan dari cahaya ini, disebabkan karena kekafiran serta kejahatannya.
Allah Shubhanahu wa ta’alla
berfirman:
﴿ كَمَن مَّثَلُهُۥ فِي ٱلظُّلُمَٰتِ
لَيۡسَ بِخَارِجٖ مِّنۡهَاۚ ١٢٢ ﴾ [ الأنعام : 122]
"Serupa dengan orang yang
keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari
padanya?". (QS al-An'am: 122).
Dalam
kesempatan lain Allah ta'ala berfirman:
﴿ وَمَن لَّمۡ يَجۡعَلِ ٱللَّهُ
لَهُۥ نُورٗا فَمَا لَهُۥ مِن نُّورٍ ٤٠﴾ [ النور : 40]
"(Dan) barangsiapa yang tidak
diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah Tidaklah dia mempunyai cahaya
sedikitpun". (QS an-Nuur: 40).
Demikian
pula dalam firman -Nya:
﴿ يَوۡمَ يَقُولُ ٱلۡمُنَٰفِقُونَ
وَٱلۡمُنَٰفِقَٰتُ لِلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱنظُرُونَا نَقۡتَبِسۡ مِن نُّورِكُمۡ قِيلَ
ٱرۡجِعُواْ وَرَآءَكُمۡ فَٱلۡتَمِسُواْ نُورٗاۖ ١٣ ﴾ [ الحديد : 13]
"Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan
perempuan berkata kepada orang-orang yang beriman: "Tunggulah kami supaya
kami dapat mengambil sebagian dari cahayamu". dikatakan (kepada mereka):
"Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya
(untukmu)". (QS
al-Hadid: 13).
Ketiga: Dan cahaya yang Allah ta'ala berikan pada orang
mukmin ini bukan menjadi kekhususan mereka ketika didunia, namun hal itu terus
menyertai mereka baik ketika didunia, dalam kubur dan pada hari kiamat kelak,
dalilnya ialah firman Allah ta'ala:
﴿ أَوَ مَن كَانَ مَيۡتٗا فَأَحۡيَيۡنَٰهُ وَجَعَلۡنَا
لَهُۥ نُورٗا يَمۡشِي بِهِۦ فِي ٱلنَّاسِ ١٢٢﴾
[ الأنعام : 122]
"Dan apakah orang yang sudah
mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang,
yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia". (QS al-An'am: 122).
Dalam sebuah hadits dijelaskan, sebagaimana yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, kalau Nabi
Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah
bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنَّ هَذِهِ الْقُبُورَ مَمْلُوءَةٌ
ظُلْمَةً عَلَى أَهْلِهَا وَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُنَوِّرُهَا لَهُمْ
بِصَلاَتِى عَلَيْهِمْ » [أخرجه أحمد [
"Sesungguhnya kubur diliputi oleh kegelapan bagi
penghuninya, dan Allah akan menerangi mereka dengan sebab sholawat yang dulu
mereka kerjakan". HR Ahmad 15/14 no: 9027.
Allah
ta'ala menggambarkan hal tersebut dalam firman -Nya:
﴿ يَوۡمَ تَرَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ
وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتِ يَسۡعَىٰ نُورُهُم بَيۡنَ أَيۡدِيهِمۡ وَبِأَيۡمَٰنِهِمۖ بُشۡرَىٰكُمُ
ٱلۡيَوۡمَ جَنَّٰتٞ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَاۚ ذَٰلِكَ
هُوَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ ١٢ ﴾ [ الحديد : 12]
"(Yaitu)
pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang
cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, (Dikatakan
kepada meraka): "Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) surga
yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, yang kamu kekal di dalamnya. Itulah
keberuntungan yang besar". (QS
al-Hadid: 12).
Dalam riwayat Thabarani, beliau membawakan sebuah
hadits dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu, bahwasannya Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah
menceritakan keadaan orang mukmin kelak pada hari kiamat dengan sabdanya:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « فيعطيهم نورهم على قدر أعمالهم فمنهم
من يعطى نوره مثل الجبل العظيم يسعى بين يديه ومنهم من يعطى نوره أصغر من ذلك
ومنهم من يعطى نورا مثل النخلة بيمينه ومنهم من يعطى نورا أصغر من ذلك حتى يكون
رجلا يعطى نوره على إبهام قدمه يضيء مرة ويفيء مرة فإذا أضاء قدم قدمه فمشى وإذا
طفئ قام قال : والرب أمامهم حتى يمر في النار فيبقى أثره كحد السيف دحض مزلة قال :
ويقول : مروا فيمرون على قدر نورهم منهم من يمر كطرف العين ومنهم من يمر كالبرق
ومنهم من يمر كالسحاب ومنهم من يمر كانقضاض الكوكب ومنهم من يمر كالريح ومنهم من
يمر كشد الفرس ومنهم من يمر كشد الرجل حتى يمر الذي اعطى نوره على أبهم قدميه يحبو
على وجههه ويديه ورجليه تخر وتعلق رجل ويصيب جوانبه النار فلا يزال كذلك حتى يخلص »
[أخرجه الطبراني [
"Maka mereka dikasih cahaya
sesuai dengan kadar amalannya, diantara mereka ada yang dikasih cahaya sebesar
gunung yang berada didepannya. Dan ada yang dikasih cahaya lebih kecil dari itu,
ada juga yang dikasih cahaya semisal pohon kurma disamping kanannya. Diantara
mereka ada yang dikasih cahaya lebih kecil dari yang tadi, sampai sekiranya ada
seseorang yang dikasih cahaya diatas jari telunjuk kaki yang terkadang menyala
dan kadang padam, maka apabila cahayanya menyala dia berjalan dan bila padam
dirinya berhenti". Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan:
"Sedangkan Allah azza wa jalla berada didepan mereka, kemudian mereka diuji untuk melewati neraka
diatas titian yang sangat tajam bagaikan mata pedang. Lalu Allah berfirman:
'Lewatlah'. Mereka pun melewatinya sesuai dengan cahaya yang mereka miliki.
Diantara mereka ada yang berjalan secapat pandangan mata, ada yang berjalan
seperti buraq, dan ada lagi yang berjalan bagaikan awan. Diantara mereka juga
ada yang melewati seperti penunggang kuda, dan ada yang melewati seperti orang
yang lari. Sampai tiba giliranya orang yang dikasih cahaya dijari telunjuk
kakinya, dirinya berjalan merangkak menggunakan wajah, tangan dan kakinya,
setapak demi setapak, dirinya terkadang disambar api dari sisi kiri kananya,
sampai akhirnya dirinya mampu melewati ujian tersebut…al-Hadits". HR ath-Thabarani dalam Mu'jamul Kabir
9/3576-358 no: 9763.
Keempat: Al-Qur'an adalah cahaya, demikian pula Sunah, juga
cahaya dan sholat juga cahaya. Allah ta'ala berfirman:
﴿ يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَدۡ
جَآءَكُم بُرۡهَٰنٞ مِّن رَّبِّكُمۡ وَأَنزَلۡنَآ إِلَيۡكُمۡ نُورٗا مُّبِينٗا ١٧٤﴾ [ النساء: 174]
"Hai
manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu.
(Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang
terang benderang (Al Quran)". (QS
an-Nisaa': 174).
Dalam
ayat yang lain Allah tabaraka wa ta'ala berfirman:
﴿ فَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِهِۦ
وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَٱتَّبَعُواْ ٱلنُّورَ ٱلَّذِيٓ أُنزِلَ مَعَهُۥٓ أُوْلَٰٓئِكَ
هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ ١٥٧ ﴾ [ الأعراف : 157]
"Maka
orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti
cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah
orang-orang yang beruntung". (QS
al-A'raaf: 157).
Disebutkan
oleh Imam Muslim sebuah hadits dari Abu Malik al-Asy'ari radhiyallahu 'anhu,
bahwasannya Nabi Muhammad Shalallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « الطُّهُورُ شَطْرُ الإِيمَانِ
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ تَمْلأُ الْمِيزَانَ. وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ
لِلَّهِ تَمْلآنِ - أَوْ تَمْلأُ - مَا بَيْنَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ
وَالصَّلاَةُ نُورٌ وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ وَالْقُرْآنُ
حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ كُلُّ النَّاسِ يَغْدُو فَبَائِعٌ نَفْسَهُ
فَمُعْتِقُهَا أَوْ مُوبِقُهَا » [أخرجه مسلم[
"Bersuci sebagian dari iman, ucapan alhamdulillah dapat memenuhi
timbangan, (dan ucapan) Subhanallah dan alhamdulillah dapat memenuhi antara
langit dan bumi, Sholat adalah cahaya, shadaqah adalah bukti (keimanan),
al-Qur'an dapat menjadi saksi yang meringankanmu atau yang memberatkanmu. Semua
manusia berangkat menjual dirinya, ada yang membebaskan dirinya (dari kehinaan
dan azab) ada juga yang membinasakan dirinya".
HR Muslim no: 223.
Kelima: Sesungguhnya Allah Shubhanahu
wa ta’alla adalah cahaya langit dan
bumi serta apa yang ada pada keduanya. Dirinya memberi cahaya tersebut bagi
siapa saja yang dikehendaki. Lebih tegasnya, seperti yang dinyatakan Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam firman -Nya:
﴿ ٱللَّهُ نُورُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ
وَٱلۡأَرۡضِۚ ٣٥ ﴾ [ النور : 35]
"Allah
(Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi". (QS an-Nuur: 35).
Dan
Allah Shubhanahu wa ta’alla menjelaskan
sendiri seperti apa cahaya -Nya
tersebut:
﴿ نُّورٌ عَلَىٰ نُورٖۚ يَهۡدِي ٱللَّهُ لِنُورِهِۦ
مَن يَشَآءُۚ ٣٥ ﴾ [ النور : 35]
"Cahaya
di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya -Nya
siapa yang Dia kehendaki". (QS
an-Nuur: 35).
Dalam
ayat yang lain, Allah ta'ala juga menjelaskan bentuk cahaya -Nya
tersebut:
﴿ وَأَشۡرَقَتِ ٱلۡأَرۡضُ بِنُورِ
رَبِّهَا ٦٩ ﴾ [ الزمر : 69]
"Dan
terang benderanglah bumi (padang Mahsyar) dengan cahaya (keadilan)
Tuhannya". (QS
az-Zumar: 69).
Kelak, ketika Allah tabaraka wa ta'ala datang pada
hari kiamat untuk menghukumi para hamba -Nya,
maka terang benderanglah bumi padang mahsyar pada saat itu, karena cahaya yang
menerangi pada hari itu bukan lagi menggunakan sinar matahari dan bulan.
Dikarenakan matahari saat itu akan hancur sedangkan bulan juga akan hilang,
sehingga cahaya keduanya akan lenyap. [2]
Imam
Ibnu Qoyim menjelaskan: "Dan kegelapan yang banyak ini adalah lawan dari
cahaya yang berubah-berubah pada seorang mukmin. Maka tatkala hatinya telah
dimasuki cahaya iman, ketika masuk ada cahaya, keluar juga ada cahaya, ilmunya
sebagai cahaya, berjalan ditengah-tengah manusia juga dengan cahaya tersebut,
ucapannya penuh dengan cahaya, perjalanan hidupnya penuh dengan cahaya.
Adapun orang kafir maka kebalikan dari itu. Dan
manakala an-Nuur termasuk dari nama-nama Allah Shubhanahu
wa ta’alla mulia dan sifat -Nya, maka pantaslah kalau agama -Nya juga berisi dari cahaya -Nya, Rasu -lNya
juga cahaya, firman -Nya
cahaya, dan singgasana -Nya
juga cahaya yang terang benderang.
Cahaya tersebut menyinari didalam hati para hamba -Nya yang mukmin lalu mengalir dalam lisan mereka, dan
nampak jelas dalam wajahnya. Demikian pula tatkala keimanan dan penamaan mukmin
adalah cahaya -Nya, maka Allah Shubhanahu wa ta’alla tidak
memberikan kecuali pada makhluk yang dicintai -Nya.
Begitu pula ihsan yang menjadi sifat -Nya, maka Allah Shubhanahu
wa ta’alla juga mencintai orang-orang
yang berbuat ihsan, sedangkan Allah Shubhanahu wa ta’alla yang menjadikan orang yang dicintai dari kalangan
hamba -Nya untuk melakukan perbuatan
terpuji itu. Dan Allah Shubhanahu wa ta’alla memberi sifat-sifat ini bagi siapa yang dikehendaki
dan menahannya dari kalangan ahli maksiat, sehingga menjadikan lawan dari itu
semua. Maka ini merupakan bentuk keadilan -Nya,
dan itu termasuk karunia yang Allah Shubhanahu wa ta’alla berikan, sesungguhnya Allah Maha Mulia lagi
Agung". [3]
Dalam
shahih Bukhari dan Muslim disebutkan sebuah hadits dari Ibnu Abbas radhiyallahu
'anhuma, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu
‘alaihi wa sallam berdo'a tatkala bangun malam dalam sholatnya:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « اللهُم لَك الحَمدُ أَنت نُور
السَماواتِ والأرضِ » [أخرجه البخاري و مسلم[
"Ya Allah, bagi -Mu segala pujian, Engkau
adalah cahaya (yang) menerangi langit dan bumi". HR Bukhari no: 6317. Muslim no: 769.
Keenam: Bahwa seorang mukmin tiap kali menambah amal sholeh,
ketaatan serta mendekatkan diri kepada -Nya,
maka dirinya akan memperoleh cahaya yang lebih besar. Hal itu seperti yang
dijelaskan dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam berdo'a ketika berdiri pada sholat
malamnya:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « اللَّهُمَّ اجْعَلْ فِي قَلْبِي
نُورًا وَفِي بَصَرِي نُورًا وَفِي سَمْعِي نُورًا وَعَنْ يَمِينِي نُورًا وَعَنْ
يَسَارِي نُورًا وَفَوْقِي نُورًا وَتَحْتِي نُورًا وَأَمَامِي نُورًا وَخَلْفِي
نُورًا وَاجْعَلْ لِي نُورًا » [أخرجه البخاري و مسلم[
"Ya Allah, ciptakanlah
cahaya dalam hatiku, cahaya pada penglihatanku, cahaya pada pendengaranku,
cahaya dari sebelah kananku, cahaya dari sebelah kiriku, cahaya dari atasku,
cahaya dari bawahku, cahaya dari sebelah belakangku. Ciptakan cahaya pada
diriku (Dalam riwayat muslim) "Dan jadikan diriku sebagai cahaya".
HR Bukhari no: 6316. Muslim no: 763.
Ketujuh: Kalau an-Nuur adalah sifat dari sifat-sifatnya
Allah ta'ala. Disebutkan dalam sebuah hadits dari Abu Musa al-Asy'ari bahwa
Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: "Tabir yang menutupi -Nya adalah cahaya".
HR Muslim no: 179.
Dan
cahaya ini tidak boleh diungkapkan dari Allah Shubhanahu
wa ta’alla kecuali seperti ungkapan Nabawi seperti ini yang
mengandung makna pengagungan pada -Nya. Bahwasannya para makhluk yang ada tidak
mungkin sanggup untuk menerangkan cahaya wajah -Nya kalau sekiranya Allah
membuka tabir -Nya. Kalaulah seandainya penduduk surga tidak diberi oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla kehidupan sempurna serta menolong
mereka untuk mendapatkan seperti itu, tentulah mereka tidak akan mungkin bisa
untuk melihat Rabb yang Maha Agung.
Dan
seluruh cahaya yang ada di langit tertinggi semuanya bagian dari cahaya -Nya,
bahkan cahaya yang ada disurga yang penuh dengan kenikmatan –yang panjangnya
seluas langit dan bumi serta lebarnya hanya Allah yang mengetahuinya- itu
didapat dari cahaya -Nya, maka cahaya
arsy, kursi, dan surga itu termasuk dari cahaya -Nya, yang lebih terang dari cahaya
matahari, bulan apalagi bintang. [4]
Akhirkan kita tutup kajian kita dengan mengucapkan
segala puji bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla,
Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla
senantiasa curahkan kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, pada keluarga beliau dan para sahabatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar