Makna
Sabar
Sabar
secara bahasa berarti menahan/ mencegah diri. Sedangkan secara istilah syar’i
sabar berarti menahan diri untuk tetap dalam ketaatan kepada Allah, menahan
diri dari maksiat, menahan diri dari marah kepada takdir Allah, baik itu dengan
lisan, hati maupun anggota badan. (Syarah Aqidah washitiyah hal 262,
Muhammad bin Shalih ‘Utsaimin).
Secara
berurutan, sabar yang paling utama adalah sabar dalam melakukan ketaatan kepada
Allah ta’ala, kemudian kesabaran dalam menjauhi maksiat, dan tingkatan
ketiga adalah sabar dalam menghadapi musibah. Dalam melakukan maksiat dan ketaatan,
seseorang bisa memilih, apakah dia mau melanjutkan untuk taat dan meninggalkan
maksiat, ataukah menyimpang dari jalur ketaatan. Berbeda dengan sabar terhadap
takdir Allah, seseorang tidak dapat memilih, sehingga baik dia sabar maupun
tidak sabar, dia tetap mendapatkan musibah itu, karena sudah merupakan
ketetapan Allah.
Imam
Ahmad berkata “Laki-laki ini dizhalimi oleh penguasa kemudian dia memberi
seruan kepadanya (demonstrasi).” Imam Ahmad berkata, bahwa yang demikian
itu menyelisihi makna kesabaran yang diajarkan oleh nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam terhadap penguasa. Jika dia bersabar dia tidak
berdemonstrasi.
Dan
tidak termasuk di dalam sikap sabar jika seseorang tidak membalas gangguan
orang lain karena dia tidak mampu/ lemah. Seseorang baru disebut bersabar
ketika dia mampu membalas gangguan orang lain tetapi memilih untuk tidak
membalas karena bersabar.
Keutamaan
Sabar
- Sabar merupakan teman setia kemenanganSebagaimana disebutkan dalam hadits ke 19 pada hadits Arba’in An Nawawiyah :
عَنْ أَبِي الْعَبَّاسِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبَّاسٍ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : كُنْتُ خَلْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَوْماً، فَقَالَ : يَا غُلاَمُ إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ: اْحْفَظِ
اللهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، …. [رواه الترمذي وقال :
حديث حسن صحيح وفي رواية غير الترمذي: احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ أَمَامَكَ،
تَعَرَّفْ إِلَى اللهِ فِي الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِي الشِّدَّةِ، وَاعْلَمْ أَنَّ
مَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيْبَكَ، وَمَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ،
وَاعْلَمْ أَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ، وَأَنَّ الْفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ
وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً
Dari Abu Al 'Abbas, 'Abdullah bin 'Abbas, mengatakan: Aku
pernah membonceng di belakang Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
Kemudian beliau berpesan, ”Wahai anakku, aku akan mengajarkan kepadamu
beberapa kalimat : Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjaga kamu. Jagalah Allah,
niscaya kamu akan mendapati Dia di hadapanmu…” (HR. Tirmidzi, ia telah
berkata, Hadits ini hasan, pada lafazh lain hasan shahih. Dalam riwayat selain
Tirmidzi: "Hendaklah kamu selalu mengingat Allah, pasti kamu
mendapati-Nya di hadapanmu. Hendaklah kamu mengingat Allah di waktu lapang
(senang), niscaya Allah akan mengingat kamu di waktu sempit (susah). Ketahuilah
bahwa apa yang semestinya tidak menimpa kamu, tidak akan menimpamu, dan apa
yang semestinya menimpamu tidak akan terhindar darimu. Ketahuilah sesungguhnya
petolongan menyertai kesabaran dan sesungguhnya kesenangan menyertai kesusahan
dan kesulitan".
Syaikh Shalih bin Abdul ‘Aziz Alu Syaikh menjelaskan hadits
ini,
Pertolongan merupakan sesuatu yang dicari, maka sabar menjadi
kunci untuk mendapatkannya. Karena sabar merupakan tahapan yang wajib dilalui.
Ketika seseorang tertimpa musibah maka dia wajib bersabar karena itu merupakan
perintah Allah kepada setiap orang. Maksud dari perkataan “dia wajib bersabar”,
yaitu ia menahan lisannya dari mengeluh, menahan hatinya dari marah dan menahan
anggota badannya untuk melakukan kemaksiatan yang dilarang, seperti
memukul-mukul pipi, merobek baju saat tertimpa musibah kematian dan selainnya.
Maka dari itu Allah memerintahkan kita untuk memohon pertolongan dalam setiap
perkara dengan sabar dan shalat sebagaimana firman Allah berikut ini:
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ وَإِنَّهَا
لَكَبِيرَةٌ إِلا عَلَى الْخَاشِعِينَ (٤٥)
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan
sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang
khusyu. (Qs Al Baqarah : 45)
- Sabar adalah cahaya
عَنْ أَبِيْ مَالِكْ الْحَارِثِي ابْنِ عَاصِمْ
اْلأَشْعَرِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
الطُّهُوْرُ شَطْرُ اْلإِيْمَانِ، وَالْحَمْدُ للهِ
تَمْلأُ الْمِيْزَانِ، وَسُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ للهِ تَمْلأُ - أَوْ
تَمْلآنِ – مَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ، وَالصَّلاَةُ نُوْرٌ،
وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ، وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ . كُلُّ
النَّاسِ يَغْدُو فَباَئِعٌ نَفْسَهُ فَمُعْتِقُهَا أَوْ مُوْبِقُهَا [رواه مسلم]
Dari Abu Malik, Al Harits bin Al Asy’ari berkata, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda ”Suci itu sebagian dari iman, (bacaan) alhamdulillaah
memenuhi timbangan, (bacaan) subhaanallaah dan alhamdulillaah
keduanya memenuhi ruang yang ada di antara langit dan bumi. Shalat itu adalah
nur (cahaya), sedekah adalah pembela, sabar adalah sinar, dan Al-Qur’an menjadi
pembelamu atau akan menuntutmu. Setiap manusia bekerja, lalu dia menjual
dirinya, kemudian pekerjaan itu dapat menyelamatkannya atau mencelakakannya”.
(HR. Muslim)
Imam Nawawi dalam menjelaskan hadits ini mengatakan bahwa:
Sabar merupakan sifat yang terpuji. Yaitu kesabaran untuk
ta’at kepada Allah dan terhadap ujian serta cobaan dunia. Makna dari sabar
adalah sinar, pelakunya senantiasa berada dalam kebenaran.
Ibnu ‘Utsaimin menjelaskan tentang makna “dhiyaa-un”
sebagaimana yang terdapat dalam ayat berikut:
هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ
نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ مَا
خَلَقَ اللَّهُ ذَلِكَ إِلا بِالْحَقِّ يُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
(٥)
“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan
bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan
bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah
tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan
tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.” (Qs Yunus : 5)
Yaitu sabar itu seperti halnya cahaya matahari, yang
memberikan penerangan dan energi panas, tidak sebagaimana bulan yang hanya
memberikan penerangan saja.
bersambung
insyaallah
Penulis:
Ummu Shalihah Nadiyah El Karim
Murajaah: Ustadz Ammi Nur Baits
Murajaah: Ustadz Ammi Nur Baits
Tidak ada komentar:
Posting Komentar