Sejarah dimulainya 1 Muharam tahun Hijiriah.
Akhirnya,datanglah suatu masa dimana Nabi saw
mengetahui bahwa dakwah Islam di Mekkah telah mengalami penekanan yang
luar biasa sehingga keadaan sangat tidak mendukung bagi kaum muslim.
Rasulullah saw bergerak dengan dakwahnya. Lalu Allah SWT mewahyukan kepadanya agar dia berhijrah. Kemudian mulailah Nabi berhijrah di jalan Allah SWT
setelah tiga belas tahun beliau di Mekkah. Islam ingin membangun
negaranya dan ingin menghilangkan pengepungan dan serangan kaum musyrik.
Mula – mula terjadilah perubahan sedikit pada keadaan kaum muslim.
Rasulullah saw keluar dalam musim haji untuk
menunjukkan dirinya pada kabilah-kabilah Arab sebagaimana yang beliau
lakukan pada setiap muslim. Beliau berada di tempat yang bernama
‘Aqabah, lalu beliau bertemu dengan jamaah dari Khazraj. Rasulullah saw
berkata kepada mereka, “siapa kalian?” mereka menjawab: “kami berasal
dari kelompok Khazraj.” Beliau berkata,”apakah kalian termasuk pembantu
kaum Yahudi?” mereka menjawab:”benar.”Beliau berkata,”maukah kalian
duduk bersama aku karena aku ingin sedikit berbicara degan
kalian.”mereka menjawab:”boleh.” Kemudian mereka duduk bersama Nabi lalu
beliau mengajak mereka untuk mengikuti agama Allah SWT.
Rasulullah saw sedikit menceritakan Islam kepada
mereka dan membacakan Al-Qur’an. Enam orang mendengar apa yang di
sampaikan oleh Nabi saw. Setelah beliau selesai dari pembicaraannya,
mereka membenarkannya dan beriman kepadanya. Kemudian mereka
menceritakan kepada Nabi saw bahwa mereka meninggalkan kaumnya karena
kaum mereka terlibat peperangan dan kebencian. Mudah-mudahan Allah SWT
mengumpulkan mereka dengan kedatangan Nabi saw yang mulia ini. Mereka
memberitahu Nabi saw bahwa mereka akan menceritakan kepada kaumnya apa
yang mereka dengar dari Nabi saw dan akan mengajak mereka untuk memenuhi
dakwah Nabi saw.
Keenam lelaki tu kembali ke kota Madinah yang
berubah namanya menjadi Madinah Munawarah yang sebelumnya ia bernama
Yatsrib di zaman jahiliah. Allah SWT
berkehendak untuk meneranginya dengan Islam. Para lelaki itu kembali ke
Madinah dan mereka membawa Islam di hati mereka sehingga banyak orang
yang masuk Islam.
Kemudian datanglah musim haji dan keluarlah dari
Madinah dua belas orang lelaki dari orang-orang yang beriman yang
diantara mereka terdapat enam orang yang Rasulullah saw telah berdakwah
kepada mereka pada musim yang dulu dan Nabi saw menemui mereka di
‘Aqabah. Kemudian Nabi saw melakukan baiat pada mereka agar mereka
mempertahankan keimanan dan membela dakwah kebenaran serta kemanusiaan.
Kaum lelaki itu kembali ke Madinah disertai salah
seorang yang terpercaya dari tokoh Islam yaitu Mus’ab bin Umair dimana
dia menjadi utusan Rasulullah saw di Madinah dan dia mengajari manusia
tentang agama mereka dan membacakan kepada mereka Al-Qur’an dan
menyerukan kebenaran kepada manusia sehingga tersebarlah Islam di
Madinah. Penduduk Madinah mulai bertanya-tanya, mengapa saudara-saudara
kita kaum Muslim Mekkah ditindas? Mengapa Rasulullah saw keluar untuk
berdakwah dan menebarkan rahmat tetapi beliau justru mendapatkan angin
kebencian? Sampai kapan kita akan membiarkan Rasulullah saw teraniaya
dan terusir di Mekkah?
Demikianlah, pergilah tujuh puluh orang ke Mekkah,
tujuh puluh orang dari penduduk Madinah Munawarah. Mereka pergi ke
‘Aqabah dalam keadaan sendirian dan berkelompok-kelompok. Islam telah
menghasilkan buah pertamanya dalam hati mereka sehingga hati mereka di
penuhi cinta kepada Allah SWT
dan RasulNya serta kaum muslim. Penderitaaan yang dialami kaum muslim
mempengaruhi jiwa mereka dan mencegah mereka dari kenikmatan tidur dan
nikmatnya memakan dan nikmatnya kehidupan. Orang-orang yang baik itu
datang dan berbaiat kepada Rasulullah saw untuk membela beliau
menolongnya dan melindunginya serta siap untuk mati di jalannya. Mereka
datang setelah hati mereka diliputi oleh Islam dan mereka meberikan
segala sesuatu untuk dakwah yang baru; mereka datang sebagai
pecinta-pecinta kebenaran.
Kitab-kitab hadis yang suci meriwayatkan apa yang
terjadi pada baiat ‘Aqabah al-kubra. Dalam kitab tersebut dikatakan
bahwa Abbas Ibnu Abdul Muthalib datang bersama Nabi dan saat itu dia
masih berada dalam agamanya kaumnya. Dia ingin menyelesaikan urusan anak
pamannya. Ketika dia duduk dan berbicara, dia mengatakan suatu
pertanyaan yang mengisyaratkan bahwa Muhammad saw mendapatkan kemuliaan
dari kaumnya dan kekuatan di negrinya tetapi dia enggan dan memilih
untuk bergabung bersama kalian wahai penduduk Madinah. Jika kalian
memenuhi janjinya dan melindunginya maka ambillah dia, namun jika kalian
khawatir jika suatu saat nanti akan mengkhianatinya maka mulai dari
sekarang biarkanlah dia di negerinya.
Kata-kata Abbas tersebut berasal dari fanatisme
kesukuan dan ikatan darah keluarga namun penduduk Madinah tidak begitu
peduli dengan kalimat Abbas itu karena dia bukan termasuk dari agama
mereka dan dia tidak mengetahui tingkat cinta kepada Rasulullah saw yang
mereka capai. Abbas bin Abdul Muthalib menunggu jawaban dari penduduk
Madinah. Lalu mereka berkata kepadanya, “kami telah mendengar apa yang
engkau katakan maka berbicaralah ya Rasulullah, ambilah untuk dirimu dan
Tuhanmu apa saja yang engkau sukai.”
Kita ingin mengamati jawaban sekelompok orang yang
mungkin dari penduduk Madinah ini sehingga Rasulullah saw berbicara.
Jawaban yang di cari oleh Abbas bin Abu Muthalib tersembunyi dalam
pernyataan Nabi. Demikianlah setelah Rasulullah saw mengucapkan
kalimatnya maka tidak keluar pernyataan apapun. Cukup hanya Nabi yang
berbicara dan mereka hanya menantinya. Mereka meminta kepada beliau agar
mengambil pada dirinya dan Tuhannya apa saja yang beliau sukai; mereka
merasa tidak memilik apa-apa dan tidak memiliki keputusan. Nabi
berbicara lalu beliau membaca Al-Qur’an dan mengajak kejalan Allah SWT.
Kemudian beliau berbicara tentang Islam dan beliau membaiat mereka agar
membantu beliau sehingga merekapun membaiat kepadanya. Demikianlah
terjadinya baiat ‘Aqabah al-Kubra.
Orang-orang yang terpilih oleh Allah SWT
itu mengetahui bahwa sebentar lagi mereka akan diajak untuk mengang kat
senjata; mereka diajak untuk mendapatkan kematian di bawah pedang.
Mereka menenangkan Rasulullah saw bahwa beliau akan mendapati
orang-orang yang sudah terlatih dalam peperangan karena mereka mewarisi
dari kakek-kakek mereka.
Salah seorang dari tujuh puluh orang itu
menyebutkan masalah yang penting. Abul Haitsyam berkata: “ sesungguhnya
diantara orang-orang Madinah dan Yahudi terdapat suatu tali ikatan maka
mereka boleh jadi akan memutuskannya lalu, apakah sikap yang harus kita
ambil jika mereka lakukan hal itu dan memusuhi orang Yahudi.” Kemudian Allah SWT
menolong Nabi saw dan memenangkan atas kaumnya, lalu dia kembali kepada
mereka dan meninggalkan mereka dibawah kasih sayang orang-orang Yahudi.
Perhatikanlah bahwa pernyataan tersebut berkisar
pada kecintaan kepada Nabi dan keinginan agar Nabi tetap bersama mereka
selama perjalanan hari dan bulan. Masalah yang di tuntut oleh Abbas bin
Abdul Muthalib secara jelas adalah masalah perindungan mereka kepada
Nabi, di mana hal tersebut tidak lagi diperdebatkan oleh orang-orang
yang tepilih dari penduduk Madinah. Namun masalah yang mereka inginkan
adalah masalah perlindungan Nabi dan keberadaan Nabi bersama mereka di
Madinah.
Nabi tersenyum dan beliau mengatakan
kalimat-kalimat yang justu menekankan bahwa ikatan akidah lebih kuat
dari pada ikatan darah. Beliau berkata: “tetapi darah adalah darah dan
kehancuran adalah kehancuran. Aku dari kalian dan kalian dariku aku akan
memerangi orang-orang yang kalian perangi dan aku akan berdamai dengan
orang-orang yang kalian berdamai dengan mereka.”
Akhirnya, penduduk Madinah pergi dan kembali ke
negeri mereka. Kemudian berita tentang baiat ini sampai ketelinga
orang-orang Mekah dan para tokoh musyrik, lalu mereka justru menambah
penekanan kepada Rasulullah saw dan kaum muslim.
Para preman Mekah berkumpul di Darul Nadwah. Mereka
menetapkan akan mengambil suatu keputusan penting berkaitan dengan
Nabi. Salah seorang dari mereka mengusulkan agar beliau di belenggu
dengan besi lalu di buang ke penjara sehingga beliau mati kelaparan.
Sebagian lagi mengusulkan agar beliau di buang dari Mekkah dan diusir.
Abu Jahal mengusulkan agar mereka mengambil dari setiap keluarga dari
keluarga-keluarga Quraisy seorang pemuda yang kuat, kemudian setiap dari
mereka di beri pedang yang terhunus dan hendaklah mereka memukulkan
pedang itu ke tubuh Nabi. Jika mereka berhasil membunuhnya niscaya semua
kabilah bertanggung jawab darah sang Nabi dan Bani Hasyim tidak akan
mampu menuntut dan memerangi orang Arab semuanya dan mereka akan
menerima diat sebagai tebusan dari pembunuhan itu. Demikianlah
persekongkolan itu di gelar dan mereka sepakat untuk melaksanakan hal
itu. Namun Al-Qur’an al-Karim menyingkap persekongkolan yang dilakukan
orang-orang kafir itu dalam firman-Nya:
“dan
(ingatlah), ketika orang-orang kafir memikirkan tipu daya terhadapmu
untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu.
Mereka memikirkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya.” (QS. Al –Anfal:30)
Allah SWT
mewahyukan kepada Nabi-Nya agar dia berhijrah. Lalu Nabi mulai
menyiapkan sarana-sarana untuk hijrahnya. Beliau menyembunyikan urusan
tersebut bahkan beliau tidak memberitahu sahabat yang akan menemaninya.
Rasulullah saw menyewa seorang penunjuk jalan yang pengalaman yang
mengenal padang gurun seperti mengenal garis-garis tangannya. Yang
mengherankan penunjuk jalan itu adalah seorang musyrik. Demikianlah Nabi
meminta bantuan kepada orang yang ahli tanpa memperhatikan
keyakinannya.
Kemudian datanglah malam pelaksanaan kejahatan itu.
Rasulullah saw memerintahkan Ali bin Abi Thalib untuk tidur di tempat
tidurnya di malam tersebut. Datanglah pertengahan malam dan Rasulullah
saw pun keluar dari rumahnya. Para pemuda Mekkah mengepung rumah. Mereka
menghunuskan pedangnya. Nabi menggenggam tanah lalu beliau melemparnya
ke arah kaum sehingga mereka pun merasa kantuk sehingga Nabi saw dapat
menembus kepungan mereka. Beliau keluar dari Mekkah dan berhijrah.
Dengan langkah yang di berkati ini, kaum Muslim menanggali tahun-tahun mereka. Tahun dalam Islam adalah tahun Hijiriah, sedangkan kaum Masehi menanggali tahun mereka dengan kelahiran Isa dan ini di sebut dengan tahun Masehi. Adapun tahun-tahun Islam maka ia di tanggali pertama kalinya saat Rasulullah saw keluar berhijrah di jalan Allah SWT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar