PINTU MAHABBATULLAH
Assalamu'alaikum wa rohamtullahi wa barokatuh...
Sahabat, apa sih sebenarnya inti dari methode pembelajaran di NAQS DNA...??
Intinya cuma satu, yaitu Hadap atau proses sinergis & harmonis antara sistem bioenergi diri (Alam Mikro Kosmos) dengan sistem energi Alam Maha Kosmos.
Allah berfirman:
Sahabat, apa sih sebenarnya inti dari methode pembelajaran di NAQS DNA...??
Intinya cuma satu, yaitu Hadap atau proses sinergis & harmonis antara sistem bioenergi diri (Alam Mikro Kosmos) dengan sistem energi Alam Maha Kosmos.
Allah berfirman:
فَاذْكُرُونِي
أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلا تَكْفُرُونِ
“Karena itu, berdzikirlah
(ingat) kalian kepada-Ku niscaya Aku akan ingat kepada kalian, dan bersyukurlah
kepada-Ku, dan janganlah kalian mengingkari (nikmat)-Ku”. [Al-Baqarah: 152]
Jadi cuma itu saja, dan gak ada yang lainnya. Kita hanya perlu untuk secara rutin setiap hari dan setiap detik, menghadapkan wajah kita dengan selurus-lurusnya kepada Allah swt. Dengan meresonansikan sistem energi pribadi kita dengan sistem energi Ilahi tersebut. Maka secara otomatis energi Magnetisme Ilahi (Mahabbatullah) akan menata sistem energi diri kita sehingga selaras dengan sistem energi Ilahi. Terjadilah evolusi spiritual menuju penyempurnaan jiwa kita. Sehingga ketika kita sudah semakin sempurna menyerap Cahaya Ilahi, maka sifat-sifat Ilahiah akan semakin sempurna kita terima dan kita pancarkan untuk menerangi hati, fikiran, & kehidupan kita. Itulah hakikat daripada pembentukan & pengembangan diri menuju Fitrah Allah.
Allah berfirman:
"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." ( QS. Ar Ruum 30:30 )
Oleh karena itulah, kami tidak terlalu mendalam mengupas mengenai Cakra ataupun Kundalini, dan lain sebagainya. kami tidak merasa perlu mengutak-atik ataupun mengintervensi sistem energi diri tersebut, kami serahkan semua penataannya kepada Allah SWT.
Allah berfirman :
"Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu 'CINTA' kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus,"( QS. Al Hujuraat 49:7 )
Oleh karena itu, bagi siswa NAQS DNA dimanapun saja berada. Bila kalian ingin sepenuhnya berkembang sesuai dengan metode kami. janganlah mencampur adukkan pelajaran inti dengan pelajaran yang lain-lain. Apalagi di tempat latihan yang memakai label pelatihan NAQS DNA.
Memang untuk aplikasi, kita bebas berkreasi. Tetapi untuk perawatan sistem inti janganlah dipadukan dengan sistem lain sebelum kalian memahami esensi daripada sistem energi yang kami berikan. Akibatnya akan sangat fatal bagi diri kalian sendiri.
Dan juga pesan saya, bagi yang sudah belajar QUANTUM MAKRIFAT. Janganlah membicarakan apa yang sudah saya berikan kepada siapapun tanpa seizin saya. Dan juga jangan memberikan zikir tersebut kepada pasien ataupun siapa saja tanpa seizin saya. Permasalahannya adalah, kalian itu sedang membangun sistem kultivasi untuk diri kalian sendiri. Dan itu masih lemah, belum saatnya untuk berbicara sembarangan yang hanya akan mengakibatkan kebocoran pada sistem kalian sendiri. Yang itu artinya akan menghambat pertumbuhan spiritualitas anda sendiri.
RUMUS MAHABBATULLAH
Cinta Pada Guru Pintu Cinta Pada Rosul, Cinta pada
Rosul Pintu Cinta Pada Allah.
“Ya Rasulullah, sungguh engkau lebih kucintai daripada
diriku, dan anakku,” kata seorang sahabat suatu hari kepada Rasulullah Muhammad
saw. “Apabila aku berada di rumah, lalu kemudian teringat kepadamu, maka aku
tak akan tahan meredam rasa rinduku sampai aku datang dan memandang wajahmu.
Tapi apabila aku teringat pada mati, aku merasa sangat sedih, karena aku tahu
bahwa engkau pasti akan masuk ke dalam surga dan berkumpul bersama nabi-nabi
yang lain. Sementara aku apabila ditakdirkan masuk ke dalam surga, aku khawatir
tak akan bisa lagi melihat wajahmu, karena derajatku jauh lebih rendah dari
derajatmu.”
Mendengar kata-kata sahabat yang demikian mengharukan hati itu, Nabi tidak memberi sembarang jawaban sampai malaikat Jibril turun dan membawa firman Allah berikut: “Dan barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah; yaitu nabi-nabi, para shiddiqin, syuhada dan orang-orang yang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. 4:69)
Mencintai Rasulullah adalah sebuah prinsip dan kewajiban dalam agama Islam, bukan sebuah pilihan yang notabenenya adalah mau atau tidak. Terhadap Muhammad, seorang Muslim harus menyimpan rasa cinta betapapun kecilnya. Karena cinta merupakan dasar dan landasan yang bisa mengantar seseorang pada pengetahuan dan keikutsertaan. To know Indonesia is to love Indonesia, begitu kata sebuah iklan yang mempromosikan Indonesia. Untuk bisa “tahu” terlebih dahulu harus menyimpan rasa “cinta”.
"Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) menCINTAi Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." ( QS. Ali Imran 3:31 )
Katakanlah: "jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu CINTAi dari Allah dan RasulNYA dan dari berjihad di jalan NYA, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.( QS. At Taubah 9:24 )
Jelas sekali dinyatakan bahwa Rosulullah Saw adalah sebagai jembatan/Washilah dari pada mereka-mereka yang menuju kepada Allah Swt. Bukan hanya itu Rosulullah juga Gerbang Ilmu dari pada Lautan Ilmu Allah Swt yang luas tanpa tepi.
Sehingga bagi mereka yang menginginkan perjumpaan dengan Allah sudah barang tentu haruslah mengenal akan Rosulullah Saw, bukan hanya sekedar mengikuti dari pada kejahiran/kelakuan Rosul tapi yang lebih penting adalah mengerti dari pada keruhanian Rosulullah Saw.
Jiwa/Pribadi Rosul adalah pribadi yang kokoh dalam Ketauhidannya kepada Allah dan kuat dalam Mujahadahnya untuk menegakkan Kalimah Allah dimuka Bumi serta Kasih Sayang kepada siapa saja yang ada dimuka bumi.
Wahai Sang Pencinta Allah, cintai Rosulmu dengan segenap jiwa dan perasaan mu janganlah engkau perdebatkan masalah jahir tapi batinmu masih jauh sekali dengan pribadi Rosul yang seharusnya menjadi tauladanmu. Carilah pengetahuan tentang diri Nabi dengan sebenarnya yaitu sampai kepada ruhani Beliau kemudian ikutilah apa yang menjadi kekuatan Beliau dalam Hidup ini yaitu ketauhidan jangan hanya sekedar menjalankan Syari’at tapi tidak tahu apa itu Tauhid dan seperti apa ketauhidan itu.
Ketahuilah bahwa Tauhid itu adalah Ruh dari pada Agama tanpa tauhid maka sia-sia seseorang itu mengaku beragama karena tidak mengetahui kemana tujuan Agama itu.
Jika ditanya tentang tujuan sebenarnya maka dengan lantang di jawab Allah adalah akhir tujuanku begitu ditanyakan lagi Allah itu Nama Kebesara Tuhan jawabnya Benar! bahwa Allah itu nama Kebesaran bagi Tuhan berdasarkan Kalimat ALLAHU AKBAR. Begitu disampaikan kepadanya bahwa mereka masih bergantung kepada Nama belum lagi sampai kepada yang punya Nama maka sama halnya mereka bekerja disuatu perusahaan tapi tidak mengetahui atau tidak mengenal kepada Pimpinan perusahaan itu.
Sungguh sangat disayangkan sekali bagi mereka yang jahirnya mengabdi kepada Allah tapi dari segi batinnya tidak tahu atau tidak kenal dengan Allah Swt. Yang diketahui hanyalah sebatas Nama saja dan Tulisan saja.
Untuk sampai kepada Allah terlebih dulu harus kenal dengan Allah dan untuk kenal dengan Allah terlebih dulu harus kenal dengan Rosul Nya bukan hanya mengikuti dari segi jahir/kelakuan Nabi tapi terlebih utama mengenal dengan jiwa/pribadi Nabi yang berangsur-angsur akan tumbuh rasa cintanya kepada Rosulullah Saw.
Jika hatinya sudah dipenuhi Mahabbah kepada Rosul maka ia akan Rindu untuk bertemu/berjumpa dengan Beliau dan rasa Rindu itulah yang akan mengantarkan ia kepada Gerbang Mahabbatullah untuk menjadikan dirinya lebih dekat kepada Allah Swt.
Ulama adalah pewaris nabi. Di zaman tidak ada nabi dan rasul, dialah yang mendidik umat dengan iman dan Islam. Dia mempertemukan umat dengan jalan hidup yang sebenar-benarnya seperti yang Allah tunjuk dalam Al Quran dan Hadis yaitu satu-satunya jalan kebahagiaan hidup di dunia dan Akhirat.
"Sesungguhnya ulama itu adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, melainkan mewariskan ilmu. Karena itu, siapa saja yang mengambilnya, ia telah mengambil bagian yang besar." (HR Abu Dawud, Ibn Majah, at-Tirmidzi, Ahmad, ad-Darimi, al-Hakim, al-Baihaqi dan Ibn Hibban).
Nabi sudah wafat, tongkat estafet pembinaan umat diserahkan kepada para Ulama. Namun, ulama yang manakah yang termasuk pewaris nabi? yang mampu meneruskan tugas Sang Nabi (Tilawah, Tazkiyah dan Taklim)?
Allah SWT berfirman :
"Dia-lah (Allah SWT)yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menTAZKIYAH mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata, dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Demikianlah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah mempunyai karunia yang besar. " (QS. Al-Jum'ah 62: 2-4)
Ayat di atas menunjukkan bahwa tazkiyatun nafs, merupaka salah satu missi semua Nabi dan Rasul, khusus Rasulullah Muhammad SAW, di samping menyampaikan ajaran-ajaran Allah.
Dalam proses Tazkiyatun nafs (KULTIVASI) itu pada dasarnya terdapat dua hal :
Mendengar kata-kata sahabat yang demikian mengharukan hati itu, Nabi tidak memberi sembarang jawaban sampai malaikat Jibril turun dan membawa firman Allah berikut: “Dan barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah; yaitu nabi-nabi, para shiddiqin, syuhada dan orang-orang yang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. 4:69)
Mencintai Rasulullah adalah sebuah prinsip dan kewajiban dalam agama Islam, bukan sebuah pilihan yang notabenenya adalah mau atau tidak. Terhadap Muhammad, seorang Muslim harus menyimpan rasa cinta betapapun kecilnya. Karena cinta merupakan dasar dan landasan yang bisa mengantar seseorang pada pengetahuan dan keikutsertaan. To know Indonesia is to love Indonesia, begitu kata sebuah iklan yang mempromosikan Indonesia. Untuk bisa “tahu” terlebih dahulu harus menyimpan rasa “cinta”.
"Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) menCINTAi Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." ( QS. Ali Imran 3:31 )
Katakanlah: "jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu CINTAi dari Allah dan RasulNYA dan dari berjihad di jalan NYA, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.( QS. At Taubah 9:24 )
Jelas sekali dinyatakan bahwa Rosulullah Saw adalah sebagai jembatan/Washilah dari pada mereka-mereka yang menuju kepada Allah Swt. Bukan hanya itu Rosulullah juga Gerbang Ilmu dari pada Lautan Ilmu Allah Swt yang luas tanpa tepi.
Sehingga bagi mereka yang menginginkan perjumpaan dengan Allah sudah barang tentu haruslah mengenal akan Rosulullah Saw, bukan hanya sekedar mengikuti dari pada kejahiran/kelakuan Rosul tapi yang lebih penting adalah mengerti dari pada keruhanian Rosulullah Saw.
Jiwa/Pribadi Rosul adalah pribadi yang kokoh dalam Ketauhidannya kepada Allah dan kuat dalam Mujahadahnya untuk menegakkan Kalimah Allah dimuka Bumi serta Kasih Sayang kepada siapa saja yang ada dimuka bumi.
Wahai Sang Pencinta Allah, cintai Rosulmu dengan segenap jiwa dan perasaan mu janganlah engkau perdebatkan masalah jahir tapi batinmu masih jauh sekali dengan pribadi Rosul yang seharusnya menjadi tauladanmu. Carilah pengetahuan tentang diri Nabi dengan sebenarnya yaitu sampai kepada ruhani Beliau kemudian ikutilah apa yang menjadi kekuatan Beliau dalam Hidup ini yaitu ketauhidan jangan hanya sekedar menjalankan Syari’at tapi tidak tahu apa itu Tauhid dan seperti apa ketauhidan itu.
Ketahuilah bahwa Tauhid itu adalah Ruh dari pada Agama tanpa tauhid maka sia-sia seseorang itu mengaku beragama karena tidak mengetahui kemana tujuan Agama itu.
Jika ditanya tentang tujuan sebenarnya maka dengan lantang di jawab Allah adalah akhir tujuanku begitu ditanyakan lagi Allah itu Nama Kebesara Tuhan jawabnya Benar! bahwa Allah itu nama Kebesaran bagi Tuhan berdasarkan Kalimat ALLAHU AKBAR. Begitu disampaikan kepadanya bahwa mereka masih bergantung kepada Nama belum lagi sampai kepada yang punya Nama maka sama halnya mereka bekerja disuatu perusahaan tapi tidak mengetahui atau tidak mengenal kepada Pimpinan perusahaan itu.
Sungguh sangat disayangkan sekali bagi mereka yang jahirnya mengabdi kepada Allah tapi dari segi batinnya tidak tahu atau tidak kenal dengan Allah Swt. Yang diketahui hanyalah sebatas Nama saja dan Tulisan saja.
Untuk sampai kepada Allah terlebih dulu harus kenal dengan Allah dan untuk kenal dengan Allah terlebih dulu harus kenal dengan Rosul Nya bukan hanya mengikuti dari segi jahir/kelakuan Nabi tapi terlebih utama mengenal dengan jiwa/pribadi Nabi yang berangsur-angsur akan tumbuh rasa cintanya kepada Rosulullah Saw.
Jika hatinya sudah dipenuhi Mahabbah kepada Rosul maka ia akan Rindu untuk bertemu/berjumpa dengan Beliau dan rasa Rindu itulah yang akan mengantarkan ia kepada Gerbang Mahabbatullah untuk menjadikan dirinya lebih dekat kepada Allah Swt.
Ulama adalah pewaris nabi. Di zaman tidak ada nabi dan rasul, dialah yang mendidik umat dengan iman dan Islam. Dia mempertemukan umat dengan jalan hidup yang sebenar-benarnya seperti yang Allah tunjuk dalam Al Quran dan Hadis yaitu satu-satunya jalan kebahagiaan hidup di dunia dan Akhirat.
"Sesungguhnya ulama itu adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, melainkan mewariskan ilmu. Karena itu, siapa saja yang mengambilnya, ia telah mengambil bagian yang besar." (HR Abu Dawud, Ibn Majah, at-Tirmidzi, Ahmad, ad-Darimi, al-Hakim, al-Baihaqi dan Ibn Hibban).
Nabi sudah wafat, tongkat estafet pembinaan umat diserahkan kepada para Ulama. Namun, ulama yang manakah yang termasuk pewaris nabi? yang mampu meneruskan tugas Sang Nabi (Tilawah, Tazkiyah dan Taklim)?
Allah SWT berfirman :
"Dia-lah (Allah SWT)yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menTAZKIYAH mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata, dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Demikianlah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah mempunyai karunia yang besar. " (QS. Al-Jum'ah 62: 2-4)
Ayat di atas menunjukkan bahwa tazkiyatun nafs, merupaka salah satu missi semua Nabi dan Rasul, khusus Rasulullah Muhammad SAW, di samping menyampaikan ajaran-ajaran Allah.
Dalam proses Tazkiyatun nafs (KULTIVASI) itu pada dasarnya terdapat dua hal :
- Pertama, menyucikan jiwa kita dari sifat-sifat (akhlaq) yang buruk/tercela (disebut pula takhalliy – pakai kha’), seperti kufur, nifaq, riya’, hasad, ujub, sombong, pemarah, rakus, suka memperturutkan hawa nafsu, dan sebagainya.
- Kedua, menghiasinya jiwa yang telah kita sucikan tersebut dengan sifat-sifat (akhlaq) yang baik/terpuji (disebut pula tahalliy – pakai ha’), seperti ikhlas, jujur, zuhud, tawakkal, cinta dan kasih sayang, syukur, sabar, ridha, dan sebagainya.
Berdasarkan makna itu pula
tazkiyatun nafs bertujuan untuk mengembalikan manusia kepada fitrahnya, yakni
fitrah tauhid, fitrah Iman, Islam dan Ihsan, disertai dengan upaya menguatkan
dan mengembangkan potensi tersebut agar setiap orang selalu dekat kepada Allah,
menjalankan segala ajaran dan kehendakNya, dan menegakkan tugas dan missinya
sebagai hamba dan khalifah-Nya di muka bumi.
Dengan tazkiyatun nafs, seseorang dibawa kepada kualitas jiwa yang prima sebagai hamba Allah, sekaligus prima sebagai khalifah Allah. Artinya dengan tazkiyatun nafs, seseorang menjadi ahlul ibadah, yakni orang yang selalu taat beribadah kepada Allah dengan cara-cara yang sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya serta menjadi khalifah, yakni kecerdasan dalam missi memimpin, mengelola dan memakmurkan bumi dan seisinya sesuai dengan ketentuan-ketentuan agama Allah untuk kerahmatan bagi semua makhluk.
Tazkiyah merupakan upaya yang sangat efektif untuk mengembalikan manusia kepada hakikatnya sebagai hamba Allah, karena manusia telah diberikan wadah kesucian (fitrah). Orang-orang yang seperti inilah kemudian yang disapa oleh Sang Maha Penguasa Semesta dengan panggilan yang luar biasa indah: “Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan ridha dan diridhai. Maka masuklah ke dalam hamba-hambaKu dan masuklah ke dalam surga-Ku” (QS. 89: 27-30).
Sahabat, saat ini semua ulama bisa memberikan Tilawah & Taklim. Namun tidak semua Ulama yang bisa bertugas memberikan Tazkiyah kepada Umat. Karena Tazkiyah tidak sekedar memberikan nasehat semata, namun jauh lebih dalam dari itu yaitu menyangkut aspek hakikat penyempurnaan jiwa atau keruhanian. Dan dalam hal ini ulama yang berkompeten dalam hal ini adalah para Guru Mursyid dari Tasawuf/Tarekat. Hal ini bukan karena kefanatikan saya semata terhadap tarekat. Tetapi ini adalah sebuah pendapat saya yang rasional. Di Zaman ini sangat sulit mencari seorang manusia yang menguasai semua bidang. Zaman ini adalah zaman spesialisasi. Dan menurut pengamatan saya, Ulama yang punya spesialisasi di bidang pembinaan keruhanian dan pemurnian jiwa adalah ulama-ulama dari kalangan tasawuf.
RUMUS TAZKIYAH : ZIKIR & SHOLAWAT (Baca Hakekat Sholawat..)
Dengan tazkiyatun nafs, seseorang dibawa kepada kualitas jiwa yang prima sebagai hamba Allah, sekaligus prima sebagai khalifah Allah. Artinya dengan tazkiyatun nafs, seseorang menjadi ahlul ibadah, yakni orang yang selalu taat beribadah kepada Allah dengan cara-cara yang sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya serta menjadi khalifah, yakni kecerdasan dalam missi memimpin, mengelola dan memakmurkan bumi dan seisinya sesuai dengan ketentuan-ketentuan agama Allah untuk kerahmatan bagi semua makhluk.
Tazkiyah merupakan upaya yang sangat efektif untuk mengembalikan manusia kepada hakikatnya sebagai hamba Allah, karena manusia telah diberikan wadah kesucian (fitrah). Orang-orang yang seperti inilah kemudian yang disapa oleh Sang Maha Penguasa Semesta dengan panggilan yang luar biasa indah: “Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan ridha dan diridhai. Maka masuklah ke dalam hamba-hambaKu dan masuklah ke dalam surga-Ku” (QS. 89: 27-30).
Sahabat, saat ini semua ulama bisa memberikan Tilawah & Taklim. Namun tidak semua Ulama yang bisa bertugas memberikan Tazkiyah kepada Umat. Karena Tazkiyah tidak sekedar memberikan nasehat semata, namun jauh lebih dalam dari itu yaitu menyangkut aspek hakikat penyempurnaan jiwa atau keruhanian. Dan dalam hal ini ulama yang berkompeten dalam hal ini adalah para Guru Mursyid dari Tasawuf/Tarekat. Hal ini bukan karena kefanatikan saya semata terhadap tarekat. Tetapi ini adalah sebuah pendapat saya yang rasional. Di Zaman ini sangat sulit mencari seorang manusia yang menguasai semua bidang. Zaman ini adalah zaman spesialisasi. Dan menurut pengamatan saya, Ulama yang punya spesialisasi di bidang pembinaan keruhanian dan pemurnian jiwa adalah ulama-ulama dari kalangan tasawuf.
RUMUS TAZKIYAH : ZIKIR & SHOLAWAT (Baca Hakekat Sholawat..)
قَدْ أَفْلَحَ مَن
تَزَكَّى
qod aflaha man
tazakka
Sungguh beruntung
orang yang membersihkan hati dan jiwanya dari segala kotoran,
وَذَكَرَ اسْمَ
رَبِّهِ فَصَلَّى
wa dzkara isma
robbihi fa sholla
dan kemudian berzikir
dengan menyebutkn nama tuhannya “ALLAH”, dan kemudian bersalawat (QS. Al-A’laa
ayat 14-15)***
Cinta Pada Guru Gerbang Cinta Pada Rasul.
Didalam ajaran tasawuf, adab kepada guru Mursyid adalah sesuatu yang utama dan pokok, karena hampir seluruh pengajaran tasawuf itu berisi tantang pembinaan akhlak manusia menjadi akhlak yang baik, menjadi akhlak yang mulia sebagaimana akhlak Rasulullah SAW. Seorang murid harus selalu bisa memposisikan (merendahkan) diri di depan Guru, harus bisa melayani Guru nya dengan sebaik-baiknya.
Abu yazid al-Bisthami terkenal dengan ketinggian hadapnya. Setiap hari selama bertahun-tahun Beliau menjadi khadam (pelayan) melayani gurunya sekaligus mendengarkan nasehat-nasehat yang diberikan gurunya. Suatu hari Guru nya menyuruh Abu Yazid membuang sampah ke jendela.
“Buang sampah ini ke jendela”, dengan bingung Abu Yazid berkata, “Jendela yang mana guru?”
“Bertahun-tahun engkau bersamaku, tidak kah engkau tahu kalau di belakangmu itu ada jendela”
Abu Yazid menjawab, “Guru, bagaimana aku bisa melihat jendela, setiap hari pandanganku hanya kepada mu semata, tidak ada lain yang kulihat”.
Begitulah adab syekh Abu Yazid Al-Bisthami kepada gurunya, bertahun-tahun Beliau tidak pernah memalingkan pandangan dari Guru nya, siang malam yang di ingat hanyalah gurunya, lalu bagaimana dengan kita yang selalu dengan bangga menyebut diri sebagai murid seorang Saidi Syekh?
Banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari cerita Abu Yazid. Kalau Abu Yazid tidak pernah memalingkan pandangan dari guru nya, kalau kita jauh panggang dari api, ketika Guru sedang memberikan fatwa masih sempat ber-SMS ria, masih sempat bermain game (kalau ponselnya punya game), masih sempat ketawa ketiwi. Kalau Abu Yazid tidak pernah tahu dimana letak jendela, kalau kita malah bisa tahu berapa jumlah jendela dirumah Guru sekalian warna gordennya, mungkin juga kita tahu jumlah pot bunga di ruangannya.
Kita bukanlah Syekh Abu Yazid, atau bukan juga Syekh Burhanuddin Ulakan yang mau masuk kedalam WC (Septictank) mengambil cicin gurunya (Syekh Abdura’auf as-Singkily/Syiah Kuala) yang jatuh saat buang hajat, kita bukan juga Imam al-Ghazali yang mau membersihkan kotoran gurunya dengan memakai jenggotnya, kita bukan juga Sunan Kalijaga yang dengan sabar menjaga tongkat guru nya dalam waktu yang sangat lama. Kita juga bukan Syekh Abdul Wahab Rokan yang selalu membersihkan WC guru nya (syekh Sulaiman Zuhdi q.s) dengan memakai tangannya.
Kita bukanlah Beliau-beliau yang sangat mulia itu yang selalu merendahkan dirinya dengan serendah-rendahnya dihadapan gurunya. Kita bukan mereka, tapi paling tidak banyak hal yang bisa dijadikan contoh dari kehidupan mereka agar kita berhasil dalam ber guru.
Merendahkan diri dihadapan guru bukanlah tindakan bodoh, akan tetapi merupakan tindakan mulia. Dalam diri guru tersimpan Nur Ala Nurin yang pada hakikatnya terbit dari zat dan fi’il Allah SWT yang merupakan zat yang Maha Positif. Karena Maha Positif maka mendekatinya harus dengan negatif. Kalau kita dekati yang Maha Positif dengan sikap positif maka rohani kita akan ditendang, keluar dari Alam Rabbani.
Disaat kita merendahkan diri dihadapan guru, disaat itu pula Nur Allah mengalir kedalam diri kita lewat guru, saat itulah kita sangat dekat dengan Tuhan, seluruh badan bergetar dan air mata pun tanpa terasa mengalir membasahi pipi. Hilang semua beban-beban yang selama ini memberatkan punggung kita, menyesakkan dada kita, dan yang bersarang dalam otak kita. Ruh kita terasa terbang melayang meninggalkan Alam Jabarut melewati Alam Malakut sambil memberikan salam kepada para malaikat-Nya dan terus menuju ke Alam Rabbani berjumpa dengan SANG PEMILIK BUMI DAN LANGIT. Pengalaman beberapa orang yang berhadapan dengan Guru Mursyid yang Kamil Mukamil Khalis Mukhlisin menceritakan bahwa jiwanya terasa melayang, tenang dan damai, seakan-akan badan tidak berada di bumi, inilah yang disebut fanabillah, seakan-akan disaat itu Tuhan hadir dihadapannya dan seakan-akan telah mengalami apa yang disebut dengan Lailatul Qadar.
Semoga Allah Swt menjadikan kita semua Hamba yang kenal dan cinta kepada Rosul Nya. Dan demikianlah sedikit penjabaran saya mengenai sistem Energi NAQS DNA. Wallahu’alam.....Wabillahi taufik walhidayah, wassalamu 'alaikum wa rohmatullahi wa barokatuh....
***
Makna As Sholah dalam ayat diatas, diantaranya adalah doa, sholat, atau shalawat.
manakah makna yang paling bersesuain dengan teks diatas. Pertama andaikan As Sholah diertikan solat Fardu, maka kurang tepat kerana allah telah meletakkan as sholah didahului oleh zikir, yang merupakan ibadah sunnah. Jadi dengan pendekatan ini as-sholah bermakna salawat terhadap nabi Muhammad saw.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar