Sabtu, 17 Januari 2015

Sholeh Dan Sholehah


Sholeh Dan Sholehah 
Jika seorang laki-laki ditanyai tentang perihal seorang istri, maka mereka menjawab “aku ingin mendapatkan istri yang sholehah”, istri yang sholehah adalah mutiara berharga yang disimpan oleh Allah untuk mereka yang pantas menerima, siapapun yang ingin memilikinya hendaklah ia  memantaskan diri untuk memiliki, jangan terlalu fokus kepada hadiah yang akan diberikan Allah (yaitu istri sholehah), namun fokuslah pada perbaikan dan kepantasan diri untuk menerima kebaikan.
Peran suami dalam rumah tangga sangatlah vital,seorang suami harus berperan secara optimal bersama istri dalam mengarungi kehidupan rumah tangga yang penuh tantangan. Suami yang baik haruslah berpegang teguh pada syariat agama dalam segenap kehidupan rumah tangga,menunaikan  kewajiban-kewajibannya baik yang berhubungan dengan Allah SWT, keluarga maupun dengan orang-orang yang menjadi tanggungannya dengan  ketulusan hati dan penuh rasa tanggung jawab.
Kunci yang bisa dilakukan seorang suami untuk menjadi seorang suami yang sholeh menurut syariat islam, diantaranya:
  • Suami yang taat dalam melaksanakan perintah serta suruhan Allah dan RasulNya dan dapat pula membimbing isterinya
  • Memberikan sambutan hangat, Rasulullah SAW memberi petunjuk kepada para suami tentang bagaimana etika menemui istrinya, yaitu : mengucapkan salam,menunjukan wajah yang berseri, serta jabat tangan karena hal itu bisa mengokohkan ikatan perasaan serta jalinan cinta
  • Berbicara dan memanggil dengan panggilan yang menyenangkan, dalam bertutur seorang suami seharusnya memilih kata-kata yang baik dan ungkapan menarik, demikian pula ketika memanggil sang istri seyogyanya seorang suami memanggil dengan panggilan yang menyenangkan, bahkan kalau perlu dengan ungkapan manja sebab dapat membangkitkan kebahagiaan dan dapat menyenangkan hati sang istri
  • Membantu pekerjaan sang istri, betapa indahnya jika seorang suami mengerti dan bersimpati kepada istrinya yang siang dan malam mengerjakan pekerjaan rumah yang tak pernah ada habisnya. satu sikap yang mulia jika suami mampu menyenangkan perasaan hati istrinya dengan membantu melaksanakan tugas-tugasnya di rumah tangga
  • Bermusyawarah dan saling mengingatkan, islam menganjurkan kepada pasangan suami istri untuk saling mengingatkan jika ada salah satu pihak yang bersalah dan bermusyawarah dalam menghadapi masalah yang dihadapi dalam kehidupan berumah tangga.
  • Mencukupi nafkah, nafkah adalah tanggung jawab utama seorang suami, syariat islam tidak memberikan standar pasti tentang jumlah nafkah lahir yang harus diberikan pada istri. namun syariat mewajibkan suami untuk berusaha keras untuk memberikan nafkah pada sang istri.
  • Berdandan, islam menganjurkan kepada kaum muslimin untuk selalu tampil dalam keadaan rapi,bersih dan berbau harum. dandannya seorang suami untuk istrinya dapat menambah rasa cinta dan menjadikannya betah untuk selalu memandang dan berada disampingnya
  • Mampu mengobati hati, seorang suami hendaknya memiliki hati yang lembut dan perasaan yang peka serta dapat memahami perasaan istri. ia merasakan beban istri lalu berusaha meringankan beban istri tanpa diminta. Akhlak ini wajib dimiliki oleh suami untuk menciptakan kebahagiaan dalam berumah tangga
  • Mampu menjaga rahasia rumah tangga, menceritakan tentang keburukan rumah tangga kepada orang lain sama artinya dengan menurunkan kehormatan keluarga, oleh karena itu jika terjadi persoalan dalam rumah tangga yang melahirkan percekcokan,celaan,umpatan bahkan perilaku buruk yang lain semua itu adalah rahasia rumah tangga yang seharusnya seorang suami maupun istri menjaganya.
  • Bersikap santun dan sabar, seorang suami haruslah bersikap sabar dan mampu menahan diri jika dalam rumah tangga mengalami goncangan yang disebabkan oleh pihak luar maupun dari dalam sendiri. jangan mudah terpancing emosi dan terburu-buru memvonis selesaikan masalah tanpa menggunakan kekerasan
  • Memaafkan dan menegur, seorang suami mesti memiliki perangai suka memaafkan. perangai ini sangat diperlukan karna boleh jadi seorang suami keliru ketika membenci sesuatu pada istrinya. watak ini adalah salah satu dari perangai Rasulullah yang selalu diwujudkan dalam kehidupan rumah tangganya beserta para istrinya.
Lantas hadiah seperti apa yang akan diterima oleh suami-suami sholeh yang mendambakan istri-istri sholehah? berikut adalah ciri-ciri istri sholehah yang digambarkan didalam islam:
  • Istri yang taat dalam melaksanakan perintah serta suruhan Allah dan RasulNya dan dapat pula patuh kepada suaminya.
  • Penuh kasih sayang, selalu kembali kepada suaminya dan mencari maafnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Maukah aku beritahukan kepada kalian, istri-istri kalian yang menjadi penghuni surga yaitu istri yang penuh kasih sayang, banyak anak, selalu kembali kepada suaminya. Di mana jika suaminya marah, dia mendatangi suaminya dan meletakkan tangannya pada tangan suaminya seraya berkata: “Aku tak dapat tidur sebelum engkau ridha.” (HR. An-Nasai dalam Isyratun Nisa no. 257. Silsilah Al-Ahadits Ash Shahihah, Asy- Syaikh Al Albani rahimahullah, no. 287)
  • Melayani suaminya (berkhidmat kepada suami) seperti menyiapkan makan minumnya, tempat tidur, pakaian, dan yang semacamnya.
  • Menjaga rahasia-rahasia suami, lebih-lebih yang berkenaan dengan hubungan intim antara dia dan suaminya. Asma’ bintu Yazid radhiallahu ‘anha menceritakan dia pernah berada di sisi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika itu kaum lelaki dan wanita sedang duduk. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya: “Barangkali ada seorang suami yang menceritakan apa yang diperbuatnya dengan istrinya (saat berhubungan intim), dan barangkali ada seorang istri yang mengabarkan apa yang diperbuatnya bersama suaminya?” Maka mereka semua diam tidak ada yang menjawab. Aku (Asma) pun menjawab: “Demi Allah! Wahai Rasulullah, sesungguhnya mereka (para istri) benar-benar melakukannya, demikian pula mereka (para suami).” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jangan lagi kalian lakukan, karena yang demikian itu seperti syaithan jantan yang bertemu dengan syaitan betina di jalan, kemudian digaulinya sementara manusia menontonnya.” (HR. Ahmad 6/456, Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Adabuz Zafaf (hal. 63) menyatakan ada syawahid (pendukung) yang menjadikan hadits ini shahih atau paling sedikit hasan)
  • Selalu berpenampilan yang bagus dan menarik di hadapan suaminya sehingga bila suaminya memandang akan menyenangkannya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki, yaitu istri shalihah yang bila dipandang akan menyenangkannya, bila diperintah akan mentaatinya dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga dirinya”. (HR. Abu Dawud no. 1417. Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah berkata dalam Al-Jami’ush Shahih 3/57: “Hadits ini shahih di atas syarat Muslim.”)
  • Ketika suaminya sedang berada di rumah (tidak bepergian/ safar), ia tidak menyibukkan dirinya dengan melakukan ibadah sunnah yang dapat menghalangi suaminya untuk istimta’ (bernikmat-nikmat) dengannya seperti puasa, terkecuali bila suaminya mengizinkan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak halal bagi seorang istri berpuasa (sunnah) sementara suaminya ada (tidak sedang bepergian) kecuali dengan izinnya”. (HR. Al-Bukhari no. 5195 dan Muslim no. 1026)
  • Pandai mensyukuri pemberian dan kebaikan suami, tidak melupakan kebaikannya, karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Diperlihatkan neraka kepadaku, ternyata aku dapati kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita yang kufur.” Ada yang bertanya kepada beliau: “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Beliau menjawab: “Mereka mengkufuri suami dan mengkufuri (tidak mensyukuri) kebaikannya. Seandainya salah seorang dari kalian berbuat baik kepada seorang di antara mereka (istri) setahun penuh, kemudian dia melihat darimu sesuatu (yang tidak berkenan baginya) niscaya dia berkata: “Aku tidak pernah melihat darimu kebaikan sama sekali.” (HR. Al-Bukhari no. 29 dan Muslim no. 907)
  • Bersegera memenuhi ajakan suami untuk memenuhi hasratnya, tidak menolaknya tanpa alasan yang syar’i, dan tidak menjauhi tempat tidur suaminya, karena ia tahu dan takut terhadap berita Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidurnya lalu si istri menolak (enggan) melainkan yang di langit murka terhadapnya hingga sang suami ridha padanya.” (HR. Muslim no.1436)
  • Melegakan hati suami bila dilihat. Rasulullah bersabda, ”Bagi seorang mukmin laki-laki, sesudah takwa kepada Allah SWT, maka tidak ada  sesuatu yang paling berguna bagi dirinya, selain istri yang shalehah. Yaitu, taat bila diperintah, melegakan bila dilihat, ridha bila diberi yang  sedikit, dan menjaga kehormatan diri dan suaminya, ketika suaminya pergi.” (HR Ibnu Majah).
  • Amanah. Rasulullah bersabda, ”Ada tiga macam keberuntungan (bagi seorang lelaki), yaitu: pertama, mempunyai istri yang shalehah, kalau  kamu lihat melegakan dan kalau kamu tinggal pergi ia amanah serta menjaga kehormatan dirinya dan hartamu …” (HR Hakim).
  • istri shalehah mampu memberikan suasana teduh dan ketenangan berpikir dan berperasaan bagi suaminya. Allah SWT berfirman, ”Di antara  tanda kekuasaan-Nya, yaitu Dia menciptakan pasangan untuk diri kamu dari jenis kamu sendiri, agar kamu dapat memperoleh ketenangan  bersamanya. Sungguh di dalam hati yang demikian itu merupakan tanda-tanda (kekuasaan) Allah bagi kaum yang berpikir.”(QS Ar Rum [30]: 21).
Hanya istri sholehah yang akan menjadi dambaan sorang suami, begitu juga dengan sang istri, mendapatkan suami yang sholeh adalah alasan mengapa ia harus berlaku sholehah seperti yang disebutkan diatas.
Oleh sebab itu, fokuslah untuk memantaskan diri untuk menerima kebaikan seorang yang sholeh maupun sholehah, karna sholeh hanya untuk sholehah, begitupun sebaliknya.
inti dari semua itu adalah lakukan sesuatu apapun karena Allah, kebahagiaan hanya milik Allah, maka jika ingin bahagia bersegeralah mendekatkan diri kepadaNya, jika kita dekat maka akan pula menerima percikan kebahagian dari Maha Pemilik Kebahagiaan, jika Allah berkehendak maka tidaklah seseorang sanggup menerima kebahagian yang begitu besar.
“Semoga kita termasuk orang-orang yang di pilih Allah untuk menerima kebahagian dari Nya” ..Amiiiin ya Allah….!!!!

NASEHAT RASULULLAH [ NASIHAT UNTUK PARA SUAMI ]


NASEHAT RASULULLAH [ NASIHAT UNTUK PARA SUAMI ]

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
1.Memberikan mahar kepada istri
“Berikanlah mahar kepada wanita yang kalian nikahi sebagai pemberian dengan penuh kerelaan”.(An-Nisa`:4)
“…berikanlah kepada istri kalian maharnya dengan sempurna sebagai suatu kewajiban”.(An-Nisa`:24)
“Lihatlah apa yang bisa engkau jadikan mahar dalam pernikahanmu, walaupun hanya cincin dari besi”. (HR. Bukhari-Muslim)
2. Menjadi pelindung dan pemimpin bagi istri
“Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dan hartanya”. (Q.S. An-Nisa:34)
3. Berlemah-lembut dalam memperlakukan, mendidik dan memimpin istri
“Bergaullah kalian dengan para istri secara patut. Bila kalian tidak menyukai mereka maka bersabarlah karena mungkin kalian tidak menyukai sesuatu padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak”. (An-Nisa`: 19)
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, janganlah dia mengganggu tetangganya, dan perlakukanlah wanita dengan baik. Sebab, mereka diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok, dan sesungguhnya bagian tulang rusuk yang paling bengkok adalah bagian atasnya. Jika engkau bermaksud meluruskannya, maka engkau akan mematahkannya dan jika engkau membiarkannya, maka ia akan tetap bengkok. Oleh karena itu, perlakukanlah wanita dengan baik”. (HR. Al-Bukhari Muslim)
4. Memberikan nafkah kepada istri
“Hendaklah orang yang diberi kelapangan memberikan nafkah sesuai dengan kelapangannya dan barangsiapa disempitkan rizkinya maka hendaklah ia memberi nafkah dari harta yang Allah berikan kepadanya”. (Ath-Thalaq: 7)
“Bertakwalah kepada Allah dalam perihal wanita. Karena sesungguhnya kalian mengambil mereka dengan amanat Allah dan dihalalkan atas kalian kemaluan mereka dengan kalimat Alah. Maka hak mereka atas kalian adalah memberi nafkah dan pakaian kepada mereka dengan cara yang ma’ruf”. (HR. Muslim)
“Engkau beri makan istrimu apabila engkau makan, dan engkau beri pakaian bila engkau berpakaian. Janganlah engkau memukul wajahnya, jangan menjelekkannya, dan jangan memboikotnya (mendiamkannya) kecuali di dalam rumah”. (HR. Abu Dawud)
“Ketahuilah, kalian memiliki hak terhadap istri-istri kalian dan mereka pun memiliki hak terhadap kalian. Hak kalian terhadap mereka adalah mereka tidak boleh membiarkan seseorang yang tidak kalian sukai untuk menginjak permadani kalian dan mereka tidak boleh mengizinkan orang yang kalian benci untuk memasuki rumah kalian. Sedangkan hak mereka terhadap kalian adalah kalian berbuat baik terhadap mereka dalam hal pakaian dan makanan mereka”. (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
“Seseorang sudah cukup berdosa bila menyia-nyiakan siapa yang wajib diberinya makan”. (HR. Muslim)
5. Tidak menyebarkan aib istrinya
“Manusia yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah pada hari Kiamat adalah laki-laki yang ‘mendatangi’ istrinya, dan wanita itu pun ‘mendatangi’ suaminya, kemudian ia menyebarkan rahasia istrinya”. (HR. Muslim)
6. Berbuat baik (ma’ruf) dan sabar terhadap istri
“Dan para istri mempunyai hak yang seimbang dengan kewajiban mereka menurut cara yang ma’ruf”. (Al-Baqarah: 228)
“Kaum mukmin yang paling sempurna keimanannya ialah yang paling baik akhlaknya, dan sebaik-baiknya kalian ialah yang terbaik kepada istri-istrinya”. (HR. At-Tirmidzi)
“Islam itu mempunyai tanda dan petunjuk jalan,” dan seterusnya…, di antaranya disebutkan, “Engkau memberi salam kepada keluargamu ketika menemui mereka dan engkau memberi salam kepada sautu kaum ketika melewati mereka. Siapa yang meninggalkan sesuatu dari hal itu, maka dia telah meninggalkan satu bagian dari Islam. Dan siapa yang meninggalkan semuanya, maka ia telah berpaling dari Islam”. (HR. At-Tirmidzi)
“Barang siapa -diantara para suami- bersabar atas perilaku buruk dari istrinya, maka Allah akan memberinya pahala seperti yang Allah berikan kepada Ayyub a.s atas kesabarannya menanggung penderitaan. Dan barang siapa – diantara para istri – bersabar atas perilaku buruk suaminya, maka Allah akan memberinya pahala seperti yang Allah berikan kepada Asiyah, istri fir’aun”. (HR. Nasa`i dan Ibnu Majah)
7. Membantu istri untuk taat kepada Allah SWT, menjaganya dari api neraka, dan memberikan pengajaran agama
“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri-diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu….” (At-Tahrim: 6)
“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya. Penguasa yang memimpin atas manusia adalah pemimpin dan ia akan ditanya tentang mereka dan seorang pria adalah pemimpin atas keluarganya, dan ia akan ditanya tentang mereka”. (HR. Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi, Abu-Dawud, Ahmad)
“Semoga Allah merahmati seorang pria yang bangun malam untuk shalat dan membangunkan isterinya untuk shalat. Jika istrinya menolak, maka ia memercikkan air ke wajahnya. Dan semoga Allah merahmati seorang wanita yang bangun malam untuk mengerjakan shalat dan embangunkan suaminya untuk shalat. Jika suaminya menolak, maka ia memercikkan air ke wajahnya”. (HR. An-Nasa’i)
8. Suami berhak cemburu dan menjaganya
“Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu dan putri-putrimu serta wanita-wanita kaum mukminin, hendaklah mereka mengulurkan jilbab-jilbab mereka di atas tubuh mereka. Yang demikian itu lebih pantas bagi mereka untuk dikenali (sebagai wanita merdeka dan wanita baik-baik) hingga mereka tidak diganggu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Penyayang”. (Al-Ahzab: 59)
“Katakanlah kepada wanita-wanita mukminah: ‘Hendaklah mereka menundukkan sebagian pandangan mata mereka dan menjaga kemaluan mereka…” (An-Nur: 31)
“… janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali apa yang biasa tampak darinya (tidak mungkin ditutupi). Hendaklah pula mereka menutupkan kerudung mereka di atas leher-leher mereka dan jangan mereka tampakkan perhiasan mereka kecuali di hadapan suami-suami mereka, atau ayah-ayah mereka, atau ayah-ayah suami mereka (ayah mertua), atau di hadapan putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau di hadapan saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka (keponakan laki-laki), atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau di hadapan wanita-wanita mereka..” (An-Nur:31)
Dalam khutbah haji wada’ Rasulullah SAW berpesan kepada umatnya tentang banyak hal. Salah satunya adalah mengenai hidup berumah tangga. Rasulullah SAW berpesan:
“Ingatlah, berilah pesan yang baik terhadap istri kalian. Sesungguhnya mereka memerlukan perlindunganmu. Sedikitpun kamu jangan berbuat kejam kepada mereka. Janganlah berbuat sesuatu yang melampaui batas kepada mereka, kecuali telah nyata bahwa mereka melakukan kejahatan. Jika memang mereka melakukan kejahatan, janganlah kamu menemui mereka di tempat tidur. Jika engkau telah memisahkan mereka dari tempat tidurmu, mereka masih tidak merasa bersalah, maka pukullah mereka dengan pukulan yang ringan yang tidak melukai. Bila mereka taat, janganlah berlaku keras terhadap mereka”.
“Ingatlah, sesungguhnya istrimu mempunyai hak terhadap kalian para suami. Hak kalian terhadap istrinya adalah melarang mereka mengizinkan masuk seseorang yang tidak kamu sukai kedalam kamarmu dan tidak mengizinkan masuk orang yang tidak kamu sukai ke dalam rumahmu. Hak mereka atas kamu adalah kamu pergauli mereka dengan cara yang baik, tidak memukul mukanya, tidak boleh menjelek-jelekkannya dan memenuhi segala kebutuhan mereka terutama makanan dan pakaian serta tidak boleh mendiamkannya kecuali di dalam rumah”. (HR Abu Daud dan At Tirmidzi)
Dalam kesempatan lain Rasulullah saw bersabda, “Ingatlah, orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik budi pekertinya. Orang yang paling baik budi pekertinya adalah yang paling baik perlakuannya terhadap istrinya” (HR At Tirmidzi)
“Janganlah seorang mukmin memarahi istrinya ataupun seorang wanita beriman. Jika tidak suka terhadap salah satu sifatnya, maka pasti ada sifat lainnya yang menyenangkan. Dunia ini adalah suatu kesenangan yang sementara, dan sebaik-baik kesenangan di dunia adalah wanita yang shalehah” (HR Muslim).
Semoga Bermanfaat.
Wasalamu’alikum warahmatullohi wabarakaatuh.

Jumat, 16 Januari 2015

KEBESARAN ALLOH PADA PERISTIWA LONGSOR DI BANJARNEGARA

KEBESARAN ALLOH PADA PERISTIWA LONGSOR DI BANJARNEGARA
Kami mendapatkan informasi dari teman-teman DPU Daarut Tauhiid dan berita dari Koran Tribun, bahwa ada rumah yang selamat dari longsor di banjarnegara. Rumah seorang guru mengaji, yang setiap malam selalu dilantunkan Ayat Al-Quran. semoga kita bisa memetik banyak hikmah dari musibah ini. dan semoga Allah melimpahkan kesabaran kepada saudara-saudara kita yang terkena musibah.

"NASEHAT UNTUK ANAK-ANAK KITA"

                                          
NASEHAT UNTUK ANAK-ANAK KITA
"SAYANGILAH anak-anak kalian, KASIHANILAH kelemahannya, TEPATILAH JANJI yang kalian berikan kepadanya, sebab mereka beranggapan bahwa rezeqi mereka ada ditangan kalian" 
Ketika Rasulullah SAW mendengar istri seorang sahabat melahirkan dan mendapati dalam kondisi cacat, Rasulullah bersabda " Sesungguhnya anakmu akan menjadi wewangian di surga"
Amirul mukminin Ali bin Abi Thalib ra berkata : 
"Muliakanlah keluargamu karena mereka sayapmu untuk menerbangkanmu, tempat asal untuk kepulanganmu dan tanganmu untuk mencapai keinginanmu."
Amirul mukminin Ali bin Abi Thalib berkata : "Ahsinu fi aqibi ghairukum, tuhfazhu fi aqibikum, Berbuat baiklah kamu pada anak-anak orang lain, niscaya Tuhan melindungi anak-anak kamu." 
Amirul mukminin Ali Bin Abi Thalib SERING terlihat MENCIUM putra-putrinya, hingga salah seorang putri kecilnya yang usai dicium bertanya kepada beliau, 
"Ayah, engkau mencintaiku ?" 
lalu Ali bin Abi Thalib menjawab " "Ya", 
dan sang putri bertanya kembali 
" Ayah, aku mengira bahwa tidak ada yang Engkau cintai selain Allah",
Imam Ali kemudian menunduk dipeluknya sang putri dan di cium kembali kening putrinya sambil berkata 
"Wahai putriku, kecintaan (mahabbahj) adalah khusus bagi Allah, sementara kasih sayang (syafaqah) adalah berhubungan dengan anak-anak"
Imam Ja'far ash Shiddiq (cucu Rasulullah) berkata : Kakeku Rasulullah SAW pernah bersabda :" Allah akan mencurahkan rahmat-Nya kepada seorang ayah yang membantu anaknya agar berprilaku baik kepadanya," Seseorang bertanya kepada beliau SAW, Bagaimana cara membantunya ?" Rasulullah menjawab, "Membantu pekerjaan yang dilaksanakanya sesuai dengan kemampuanya, tidak membebani sang anak dengan pekerjaan yang melebihi kemampuanya, tidak menindasnya, dan tidak bersikap buruk padanya "
Imama Ali Zaenal Abidin (cucu Rasulullah SAW) di larutnya malam sering bermunajat kepada Allah untuk mendo'akan putra-putranya, dan berikut adalah munajat beliau yang di dokumentasikan dalam kitab shahifah as sajaddiyah :
  
Ya Allah ...
Karuniailah aku nikmat-Mu yang sebesar-besarnya dengan menyelamatkan anak-anakku,
menjadikan mereka orang-orang yang baik dan membuatku bahagia dengan kehadiran mereka...

Tuhanku...

Panjangkanlah usia mereka

dan tambahkanlah batas ajal mereka,

peliharalah yang masih kecil diantara mereka,

berilah kekuatan pada yang lemah

dan kesehatan pada tubuh-tubuh mereka, agama mereka serta akhlak mereka

Hindarkanlah mereka dari segala penyakit dalam

jiwa dan anggota tubuh mereka serta dalam segala urusan mereka yang memerlukan perhatianku.

Lancarkanlah rizki mereka melalui tanganku...

dan jadikanlah mereka putra-putri yang selalu berbakti, bertakwa, sehat penglihatan dan pendengaranya, taat kepada-Mu, cinta dan ikhlas kepada wali-wali-Mu...

menentang dan membenci musuh-musush-Mu


Ya Allah...

kuatkanlah dengan mereka lenganku

sempurnakanlah kekuranganku

perkuatlah kedudukanku

perindahlah sebutanku dengan mereka...

jadikanlah mereka penggantiku di saat kepergianku

dan pembantuku dalam memenuhi kebutuhanku...

dan jadikanlah mereka itu selalu mencintaiku, menyantuniku, dekat denganku, 

tetap berada dijalan lurus dan selalu taat kepadaku...


Dan janganlah Kau jadikan mereka pembangkang dan pendurhaka, 

penentang dan penyeleweng

dan berilah aku pertolongan-Mu dalam memperhatikan mendidik 

dan berbuat baik kepada mereka

dan anugerahilah aku selain mereka putra-putri lainya

lalu jadikanlah itu sebagai tambahan kebaikan bagiku 

dan pendukung segala sesuatu yang telah kumohonkan dari-Mu


Dan lindungilah aku dan keturunanku dari godaan setan terkutuk, 

sebab Engkau sesungguhnya telah menciptakan kami 

dan menggariskan perintah dan larangan atas kami, 

mengiming-iming kami dengan pahala bagi pelaksana perintah-Mu

dan mengancamkan kepada kami hukuman atas pelanggaran larangan-Mu


Dan telah kau jadikan bagi kami musuh (setan) yang selalu memperdaya kami

Kau beri dia kekuasaan atas kami dan tidak Kau beri kami atas kekuatan atasnya, 

Kau biarkan ia mendiami jiwa kami dan

Kau alirkan ia dalam saluran-saluran darah kami. 

tiada pernah ia lalai bila kami lalai, tiada pernah ia lupa bila kami lupa,

selalu menghasut kami agar merasa "aman" dari hukuman-MU, 

dan menjadikan kami takut kepada sesuatu selain Engkau...

Bila kami meniatkan perbuatan keji

ia perkuat keberanian kami untuk melakukanya

tapi bila kami meniatkan suatu amal kebajikan

ia berusaha memperlemah tekad kami untuk mengerjakanya

ia selalu datang menawarkan segala pembangkit hawa nafsu

dan memasukkan kami dalam perangkap syubuhat.

Setiap kali menjanjikan sesuatu

ia pasti membohongi

setiap kali mengimingi sesuatu

ia pasti tak memenuhi

dan bila TAK Kau HINDARKAN tipu dayanya bagi kami, pasti ia kan menyesatkan kami

bila tak Kau cegah godaanya terhadap kami

pasti ia kan menggelincirkan kami


Ya Allah

patahkanlah kekuasaanya atas kami dengan kekuasaan-MU

sehingga KAU penjarakan dan KAU jauhkan ia dari kami

dengan banyaknya do'a-do'a yang kami tujukan pada-Mu, 

agar dengan penjagaan-MU itu kami terbebas dari tipu dayanya


Ya Allah

penuhilah semua permohonanku,

mudahkanlah pelaksanaan segala keperluanku

jangan Kau tolak memenuhinya, sedangkan Engkau telah memberiku jaminan untuk itu,

dan jangan KAU tutup pintu-MU bagi doaku, sedangkan Engkau telah memerintahkanku mengetuknya...


Dan anugerahkanlah bagiku segala sesuatu yang mendatangkan kebaikan dunia dan akhiratku,

baik yang kuingat ataupun yang kulupa, yang kulahirkan ataupun yang kusembunyikan,

yang kuumumkan atau yang kurahasiakan


Dan dengan segalanya itu,

jadikanlah aku termasuk di antara orang-orang yang berbuat kebaikan karena permohonan yang kuajukan pada-Mu,

dan juga yang beroleh keberhasilan dengan memintanya dari-Mu

yang mendapatkan karunia dariMu karena bertawakal kepada-Mu

Yang terlindungi karena melindungkan diri dibawah naungan-Mu

Jadikanlah aku orang yang beroleh laba yang besar karena "berdagang" dengan-Mu, 

Yang terjaga oleh keperkasaan-MU,

Yang dilimpahi rezekinya yang halal dari karunia-MU yang luas dengan kedermawanan dan kemurahan-MU.

Juga yang terpelihara kehormatan dirinya karena menghambakannya pada-MU.

Yang diselamatkan dari akibat kezaliman dengan keadilan-MU

Yang dijauhkan dari segala bala' dengan rahmat-MU

Yang dihindarkan dari kemiskinan dengan kekayaan-MU

Yang terpelihara dari dosa dan kesalahan karena bertakwa pada-MU

yang beroleh taufiq ke arah kebajikan dan kebenaran karena ketaatan kepada-Mu

Yang dengan kodrat-Mu terdinding dari perbuatan dosa

Yang meninggalkan segala pembangkangan terhadap-MU

dan yang berdiam dalam lindungan-MU


Ya Allah...

Berilah kami semuanya itu dengan taufik dan rahmat-MU

dan lindungilah kami dari siksa api neraka

Berilah kaum muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat seperti yang kuminta dari MU

bagi diriku dan anak-anakku di dunia kini dan akherat nanti

Sesungguhnya Engkau Maha Dekat lagi Maha Memenuhi permohonan

Maha Mendengar lagi Maha Pemberi maghfirah

Maha Penyantun lagi Maha Penyayang...

dan limpahkanlah pada kami kebaikan dunia dan kebaikan akhirat dan peliharalah kami dari siksa api neraka...


"Tatakala kalian memandang wajah anak-anakmu dan engkau merasa SENANG, maka engkau akan mendapatkan pahala sebagaimana pala orang yang mebebaskan budak"


" Barangsiapa MENCIUM anaknya, Allah akan menulis satu kebaikan dalam buku catatan amalnya, dan barangsiapa tak menyayangi ia tak akan disayangi"


" Seringlah MENCIUM anak kalian, sebab dengan satu ciuman, kalaian akan menaiki satu peringkat di surga, sepengetahuanku orang yang tak pernah mencium anak-anaknya adalah penghuni neraka"


" Kasih sayang kepada anak merupakan kasih sayang kepada ayah dan ibu dan Allah menganugerahkan rahmat-Nya kepada seorang hamba yang amat menyukai anak-anaknya." Aamiin.


" NASEHAT UNTUK ISTRIKU TERCINTA "

NASEHAT UNTUK ISTRIKU TERCINTA
Bismillahirrahmanirrahim             
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Duhai istriku……..
wanita yang telah Allah takdirkan untuk menjadi ibu dari anakku.
Sembahlah Allah semata, jangan pernah engkau menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun yang ada dilangit dan dibumi.
Cintailah Allah melebihi kecintaanmu kepadaku.
Hanya Allah-lah yang berhak untuk kita cintai melebihi apapun.
Janganlah kecintaanmu kepadaku dan anak kita membuat engkau lalai dari mencintai Allah.
Cintailah Allah karena Allah tidak akan pernah menginggalkanmu.
Allah adalah yang Maha hidup yang akan selalu bersamamu dan tidak pernah akan meninggalkanmu. Sementara aku suamimu adalah makhlukNya, yang mana aku pasti akan meninggalkanmu, meninggalkan anak kita untuk kembali kepada Dzat yang Maha Kekal.
Cintailah Allah dengan segenap jiwa dan ragamu, mohonlah kepada Allah supaya kelak Allah berkenan memberikan RahmatNya untuk mempertemukan dan menyatukan kita didalam SurgaNya.
Duhai istriku……..
bilamana Allah memberi kehormatan untuk memanggilku kembali terlebih dulu maka janganlah engkau ratapi kepulanganku.
Ketahuilah bahwasannya Allah menjanjikan surga bagi siapa saja yang iklas dan rela apabila diuji dengan kematian orang-orang yang dicintainya. Ketahuilah bahwa aku berdoa kepada Allah untuk menjaga engkau dan anak kita. Allah-lah sebaik-baiknya penjaga amanah. Allah tidak akan menyia-nyiakan doa hambaNya.
Duhai istriku……..
berbaktilah kepadaku karena ridho Allah adalah ridhoku sebagai suamimu. Surgamu adalah ridhoku. Jadilah istri yang sholehah karena engkau adalah ibu dari anak kita. Panutan utama bagi anak kita.
Engkau sebagai wanita telah diberi kerhormatan oleh Allah sebagai tiang (pondasi) agama. Jika rusak akhlakmu sebagai wanita maka rusak pula akhlak keluarga kita, anak kita, bangsa kita dan agama kita. Jagalah selalu kehormatanmu.
Duhai istriku…….
marilah kita hidup zuhud didunia ini. Kita ambil seperlunya saja kebutuhan kita didunia ini dan ambil sebanyak-banyaknya bekal untuk kehidupan yang kekal di akhirat kelak.
Mari kita belanjakan harta kita dijalan Allah.
Janganlah kita berlebih-lebihan (bermegah-megah) didunia ini. Sungguh Allah telah memperingatkan bahwa bermegah-megah akan membuat kita lalai.
Ketahuilah istriku, bahwasanya kelak didalam surga Allah akan memerintahkan kepada para Malaikat untuk mengundang orang-orang yang ketika didunia hidup zuhud untuk menghadiri pernikahan Isa putra Maryam. Tidakkah engkau ingin mendapat kehormatan ini?
Duhai istriku…….
marilah kita senantiasa berusaha menyisihkan harta kita untuk bersedekah.
Jangan pernah menolak apabila ada orang yang miskin yang meminta sedekah kepadamu, berikanlah walau hanya seratus rupiah atau bahkan hanya dengan sebentuk senyuman.
Ketahuilah istriku, sesungguhnya orang-orang miskin adalah tamu-tamu Allah kelak didalam surga.
Tidakkah kita merasa terhormat apabila bisa memberikan harta kita kepada tamu-tamu Allah? Sungguh Allah tidak akan pernah menyianyiakan pemberian hambaNya.
Duhai istriku……..
surga adalah sebaik-baiknya tempat untuk kita kembali.
Allah telah menjanjikan berjuta kenikmatan didalamnya.
Ketahuilah istrikku, bahwasannya kenikmatan-kenikmatan didalam surga tidak ada nilainya dibandingkan dengan kenikmatan ketika kita bertemu langsung dengan Allah tanpa hijab.
Ketahuilah istriku, bahwasanya kita tidak akan bisa masuk kedalam surga tanpa ijin dan ridho dari Allah.
Bahwa sesungguhnya segala ibadah kita adalah sekedar untuk mendapatkan ijin dan ridho Allah supaya kita dapat memasuki surgaNya. Maka tujukkanlah segala amal ibadah kita kepada Allah, iklaskan semua hanya untuk Allah demi mendapatkan ridhoNya.
Duhai istriku……….
jadilah engkau pribadi yang pandai bersyukur atas segala pemberian Allah. Karena sesungguhnya Allah telah mencukupkan segala rizki kepada hambaNya. Dan Allah akan terus menambahkan kenikmatan dan rizkiNya kepada hamba-hambanya yang pandai bersyukur.
Bersyukurkah engkau dengan mengingat Allah dan mendirikan sholat.
Duhai istriku…….
bersabarlah engkau ketika ditimpa musibah. Ketahuilah bahwa Allah tidak akan menimpakan suatu musibah diluar kemampuan kita untuk menanggungnya. Bersabarlah engkau dengan mengingat Allah, dengan mendirikan sholat. Mohonlah pertolongan Allah dengan sabar dan sholat.
Duhai istriku…….
engkau adalah pakaian untukku, engkau adalah penutup segala aibku. Ketahuilah bahwasannya junjungan kita Rasulallah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah bersabda bahwa seindah-indahnya perhiasan didunia ini adalah istri yang sholehah. Maka jadikanlah aku laki-laki yang berbahagia karena memiliki perhiasan yang terindah didunia.
Aamiin ya Rabbal Alamiin…
Semoga bermanfaat...
Salam santun ukhuwah penuh cinta
Wasalamu’alikum warahmatullohi wabarakaatuh.



Jumat, 02 Januari 2015

CARA, WAKTU, NIAT & DO’A/BACAAN SHOLAT ISTIKHARAH YANG BENAR




CARA, WAKTU, NIAT & DO’A/BACAAN SHOLAT ISTIKHARAH YANG BENAR : “Sholat Istikhoroh” untuk jodoh maupun urusan lain | Bolehkan do’a Istikharah dengan bahasa Indonesia? | Bolehkah do’a Istikhoroh tanpa Sholat dulu? | Apakah hasil sholat Istikharah harus dalam bentuk “mimpi” atau hati yang mantap?
Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu anhu berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَلِّمُنَا الِاسْتِخَارَةَ فِي الْأُمُورِ كُلِّهَا كَمَا يُعَلِّمُنَا السُّورَةَ مِنْ الْقُرْآنِ يَقُولُ إِذَا هَمَّ أَحَدُكُمْ بِالْأَمْرِ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ مِنْ غَيْرِ الْفَرِيضَةِ ثُمَّ لِيَقُلْ

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِكَ وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيمِ فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلَا أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلَا أَعْلَمُ وَأَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ خَيْرٌ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي أَوْ قَالَ عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ فَاقْدُرْهُ لِي وَيَسِّرْهُ لِي ثُمَّ بَارِكْ لِي فِيهِ وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ شَرٌّ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي أَوْ قَالَ فِي عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ فَاصْرِفْهُ عَنِّي وَاصْرِفْنِي عَنْهُ وَاقْدُرْ لِي الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِي قَالَ وَيُسَمِّي حَاجَتَهُ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajari kami istikharah dalam setiap urusan yan kami hadapi sebagaimana beliau mengajarkan kami suatu surah dari Al-Qur’an. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika seorang dari kalian menghadapi masalah maka ruku’lah (shalat) dua raka’at yang bukan shalat wajib kemudian berdo’alah: 
Allahumma inniy astakhiiruka bi ‘ilmika wa astaqdiruka biqudratika wa as-aluka min fadhlikal ‘azhim, fainnaka taqdiru wa laa aqdiru wa ta’lamu wa laa ‘Abdullah’lamu wa anta ‘allaamul ghuyuub. Allahumma in kunta ta’lamu anna haadzal amru khairul liy fiy diiniy wa ma’aasyiy wa ‘aaqibati amriy” atau; ‘Aajili amriy wa aajilihi faqdurhu liy wa yassirhu liy tsumma baarik liy fiihi. Wa in kunta ta’lamu anna haadzal amru syarrul liy fiy diiniy wa ma’aasyiy wa ‘aaqibati amriy” aw qaola; fiy ‘aajili amriy wa aajilihi fashrifhu ‘anniy washrifniy ‘anhu waqdurliyl khaira haitsu kaana tsummar dhiniy.”
(Ya Allah aku memohon pilihan kepada-Mu dengan ilmuMu dan memohon kemampuan dengan kekuasaan-Mu dan aku memohon karunia-Mu yang Agung. Karena Engkau Maha Mampu sedang aku tidak mampu, Engkau Maha Mengetahui sedang aku tidak mengetahui, Engkaulah yang Maha Mengetahui perkara yang gaib. Ya Allah bila Engkau mengetahui bahwa urusan ini baik untukku, bagi agamaku, kehidupanku dan kesudahan urusanku ini -atau beliau bersabda: di waktu dekat atau di masa nanti- maka takdirkanlah buatku dan mudahkanlah kemudian berikanlah berkah padanya. Namun sebaliknya ya Allah, bila Engkau mengetahui bahwa urusan ini buruk untukku, bagi agamaku, kehidupanku dan kesudahan urusanku ini -atau beliau bersabda: di waktu dekat atau di masa nanti- maka jauhkanlah urusan dariku dan jauhkanlah aku darinya. Dan tetapkanlah buatku urusan yang baik saja dimanapun adanya kemudian jadikanlah aku ridha dengan ketetapan-Mu itu”. Beliau bersabda: “Dia sebutkan urusan yang sedang diminta pilihannya itu”. (HR. Al-Bukhari no. 1162)
Cara menyebutkan urusannya misalnya: Ya Allah, jika engkau mengetahui bahwa safar ini atau pernikahan ini atau usaha ini atau mobil ini baik bagiku …, dan seterusnya.
Penjelasan ringkas:

Sesungguhnya manusia adalah makhluk yang sangat lemah, mereka sangat membutuhkan bantuan dari Allah Ta’ala dalam semua urusan mereka. Hal itu karena dia tidak mengetahui hal yang ghaib sehingga dia tidak bisa mengetahui mana amalan yang akan mendatangkan kebaikan dan mana yang akan mendatangkan kejelekan bagi dirinya. Karenanya, terkadang seseorang hendak mengerjakan suatu perkara dalam keadaan dia tidak mengetahui akibat yang akan lahir dari perkara tersebut atau hasilnya mungkin akan meleset dari perkiraannya.
Oleh karena itulah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mensyariatkan adanya istikharah, yaitu permintaan kepada Allah agar Dia berkenan memberikan hidayah kepadanya menuju kepada kebaikan. Yang mana doa istikharah ini dipanjatkan kepada Allah setelah dia mengerjakan shalat sunnah dua rakaat.
Allah Ta’ala berfirman:
وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَخْتَارُ مَا كَانَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ سُبْحَانَ اللَّهِ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ. وَرَبُّكَ يَعْلَمُ مَا تُكِنُّ صُدُورُهُمْ وَمَا يُعْلِنُونَ.  وَهُوَ اللَّهُ لا إِلَهَ إِلَّا هُوَ لَهُ الْحَمْدُ فِي الْأُولَى وَالْآخِرَةِ وَلَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
“Dan Rabbmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia). Dan Tuhanmu mengetahui apa yang disembunyikan (dalam) dada mereka dan apa yang mereka nyatakan. Dan Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, bagi-Nyalah segala puji di dunia dan di akhirat, dan bagi-Nyalah segala penentuan dan hanya kepada-Nyalah kalian dikembalikan.” (QS. Al-Qashash: 68-70)
Imam Muhammad bin Ahmad Al-Qurthuby rahimahullah berkata, “Sebagian ulama mengatakan: Tidak sepantasnya bagi seseorang untuk mengerjakan suatu urusan dari urusan-urusan dunia kecuali setelah dia meminta pilihan kepada Allah dalam urusan tersebut. Yaitu dengan dia shalat dua rakaat shalat istikharah.” (Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur`an: 13/202)
Shalat istikharah termasuk dari shalat-shalat sunnah berdasarkan kesepakatan para ulama. Al-Hafizh Al-Iraqi berkata -sebagaimana dalam Fath Al-Bari (11/221-222), “Saya tidak mengetahui ada ulama yang berpendapat wajibnya shalat istikharah.”
Faidah:
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata dalam Al-Fath (11/220), “Ibnu Abi Hamzah berkata: Amalan yang wajib dan yang sunnah tidak perlu melakukan istikharah dalam melakukannya, sebagaimana yang haram dan makruh tidak perlu melakukan istikharah dalam meninggalkannya.
Maka urusan yang butuh istikharah hanya terbatas pada perkara yang mubah dan dalam urusan yang sunnah jika di depannya ada dua amalan sunnah yang hanya bisa dikerjakan salah satunya, mana yang dia kerjakan lebih dahulu dan yang dia mencukupkan diri dengannya.” Maka janganlah sekali-kali kamu meremehkan suatu urusan, akan tetapi hendaknya kamu beristikharah kepada Allah dalam urusan yang kecil dan yang besar, yang mulia atau yang rendah, dan pada semua amalan yang disyariatkan istikharah padanya. Karena terkadang ada amalan yang dianggap remeh akan tetapi lahir darinya perkara yang mulia.”
Berikut beberapa permasalahan yang sering ditanyakan berkenaan dengan istikharah:
1.    Apakah boleh istikharah dengan doa selain doa di atas atau dengan bahasa Indonesia?
Jawab: Jabir bin Abdillah radhiallahu anhu berkata dalam hadits di atas, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajari kami istikharah dalam setiap urusan yang kami hadapi sebagaimana beliau mengajarkan kami suatu surah dari Al-Qur’an.”
Ucapan ini menunjukkan bahwa dalam istikharah seseorang hanya boleh membaca doa di atas sesuai dengan konteks aslinya, tidak boleh ada penambahan dan tidak boleh juga ada pengurangan. Hal itu karena Nabi shallallahu alaihi wasallam menyerupakan pengajaran istikharah seperti pengajaran surah Al-Qur`an. Maka sebagaimana suatu ayat dalam Al-Qur`an tidak boleh ditambah atau dikurangi atau dirubah maka demikian halnya dengan doa istikharah. Karenanya tidak boleh berdoa dengan membaca terjemahannya semata, tapi dia harus membacanya sebagaimana Nabi mengajarkannya.
Barangsiapa yang berdoa dengan terjemahannya maka dia tidak teranggap melakukan istikharah, akan tetapi dia hanya dianggap sedang berdoa kepada Allah. Hal ini telah diisyaratkan oleh Muhammad bin Abdillah bin Al-Haaj Al-Maliki rahimahullah dalam Al-Madkhal (4/37-38)
2.    Apakah boleh langsung berdoa dengan doa di atas tanpa melakukan shalat sebelumnya?
Jawab: Wallahu a’lam, yang nampak bahwa 2 rakaat dengan doa ini merupakan satu kesatuan dalam istikharah. Karenanya barangsiapa yang hanya berdoa tanpa mengerjakan shalat maka dia tidak dianggap mengerjakan istikharah yang tersebut dalam hadits ini. Walaupun dia tetap dianggap sebagai orang yang berdoa kepada Allah.
Akan tetapi jika dia ada uzur dalam mengerjakan shalat -misalnya wanita yang tengah haid atau nifas-, maka dia boleh langsung berdoa dan itu sudah dianggap sebagai istikharah karenanya adanya uzur untuk tidak mengerjakan shalat. Ini merupakan mazhab Al-Hanafiah, Al-Malikiah, dan Asy-Syafi’iyah.
Imam An-Nawawi berkata dalam Al-Adzkar hal. 112, “Jika dia tidak bisa mengerjakan shalat karena ada uzur, maka hendaknya dia cukup beristikharah dengan doa.”
3.    Apakah dua rakaat ini merupakan shalat khusus, ataukah berlaku untuk semua shalat sunnah dua rakaat?
Jawab: Lahiriah hadits menunjukkan ini merupakan shalat dua rakaat khusus dengan niat untuk istikharah. Hanya saja jika seseorang shalat sunnah rawatib dengan niat rawatib sekaligus niat istikharah (menggabungkan niat), maka itu sudah cukup baginya dan dia sudah boleh langsung berdoa setelahnya.
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata, “Jika dia meniatkan shalat itu dengan niatnya dan dengan niat shalat istikharah secara bersamaan (menggabungkan niatnya, pent.) maka shalatnya itu sudah syah dianggap sebagai istikharah, berbeda halnya jika dia tidak meniatkannya (sebagai shalat istikharah).” (Fath Al-Bari: 11/221)
Sekedar menguatkan isi hadits, bahwa dua rakaat yang dimaksud haruslah merupakan shalat sunnah. Karenanya shalat subuh tidak bisa diniatkan sebagai shalat istikharah karena dia merupakan shalat wajib.
4.    Adakah surah khusus yang disunnahkan untuk dibaca dalam shalat istikharah?
Jawab: Al-Hafizh Al-Iraqi rahimahullah berkata, “Saya tidak menemukan sedikitpun dalam jalan-jalan hadits istikharah adanya penentuan surah tertentu yang dibaca di dalamnya.” (Umdah Al-Qari`: 7/235)
Inilah pendapat yang benar karena tidak ada satupun dalil yang menunjukkan adanya surah tertentu yang lebih utama dibaca dalam shalat istikharah. Sementara tidak boleh menentukan lebih utamanya suatu surah dibandingkan yang lainnya dari sisi bacaan kecuali dengan dalil yang shahih.
5.    Bagi yang tidak menghafal doanya, apakah dia bisa membacanya dari sebuah buku?
Jawab: Yang jelas, yang pertama kita katakan: Hendaknya dia berusaha semaksimal mungkin untuk menghafalnya.
Jika dia tidak sanggup, maka Allah tidak membebani seseorang kecuali dengan kemampuannya. Dalam keadaan seperti ini dia diperbolehkan membaca doa ini dengan melihat kepada kitab atau catatannya. Al-Lajnah Ad-Da`imah menjawab ketika diajukan pertanyaan yang senada dengan di atas, “Jika engkau menghafal doa istikharah atau engkau membacanya dari kitab, maka tidak ada masalah. Hanya saja kamu wajib bersungguh-sungguh dalam berkonsentrasi dan khusyu’ kepada Allah serta jujur dalam berdoa.” (Fatawa Al-Lajnah Ad-Da`imah: 8/161)
6.    Bolehkah shalat istikharah pada waktu yang terlarang shalat?
Jawab: Jika shalat istikharahnya masih bisa ditunda hingga keluar dari waktu yang terlarang maka inilah yang lebih utama dia kerjakan. Akan tetapi shalat istikharah ini jika tidak bisa diundur atau dia butuhkan saat itu juga, maka dia boleh mengerjakannya saat itu juga walaupun pada waktu yang terlarang. Karena jika shalat istikharah itu dibutuhkan secepatnya, maka jadilah dia shalat sunnah yang disyariatkan karena adanya sebab, sementara sudah dimaklumi bahwa waktu-waktu terlarang shalat ini tidak berlaku pada shalat-shalat sunnah yang mempunyai sebab, seperti tahiyatul masjid, shalat sunnah wudhu, dan semacamnya.
Bolehnya shalat sunnah yang mempunyai sebab dikerjakan pada waktu-waktu terlarang merupakan mazhab Imam Asy-Syafi’i dan sebuah riwayat dari Imam Ahmad, serta pendapat yang dikuatkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiah. (Lihat Majmu’ Al-Fatawa: 23/210-215)
7.    Apa yang dia lakukan setelah istikharah?
Jawab: Sebelumnya butuh diingatkan bahwa sebelum melakukan istikharah hendaknya dia mengosongkan hatinya dari kecondongan kepada salah satu urusan dari dua urusan yang dia akan mintai pilihan (tidak berpihak kepada satu pilihan). Akan tetapi hendaknya dia melepaskan diri dari semua pilihan tersebut dan betul-betul pasrah menyerahkan nasibnya dan pilihannya kepada Allah Ta’ala.
Imam Al-Qurthuby berkata, “Para ulama menyatakan: Hendaknya dia mengosongkan hatinya dari semua pikiran (berkenaan dengan urusan yang akan dia hadapi) agar hatinya tidak condong kepada salah satu urusan (sebelum dia istikharah).” (Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur`an: 13/206)
Kemudian, setelah dia melakukan istikharah, maka hendaknya dia memilih untuk mengerjakan apa yang hendak dia lakukan dari urusan yang tadinya dia minta pilihan padanya. Jika urusan itu merupakan kebaikan maka insya Allah Allah akan memudahkannya dan jika itu merupakan kejelekan maka insya Allah Allah akan memalingkannya dari urusan tersebut.
Muhammad bin Ali Az-Zamlakani rahimahullah berkata,
“Jika seseorang sudah shalat istikharah dua rakaat untuk suatu urusan, maka setelah itu hendaknya dia mengerjakan urusan yang dia ingin kerjakan, baik hatinya lapang/tenang dalam mengerjakan urusan itu ataukah tidak, karena pada urusan tersebut terdapat kebaikan walaupun mungkin hatinya tidak tenang dalam mengerjakannya.” Dan beliau juga berkata, “Karena dalam hadits (Jabir) tersebut tidak disebutkan adanya kelapangan/ketenangan jiwa.” (Thabaqat Asy-Syafi’iah Al-Kubra: 9/206) Maksudnya: Dalam hadits Jabir di atas tidak disebutkan bahwa hendaknya dia mengerjakan apa yang hatinya tenang dalam mengerjakannya, wallahu a’lam.
Karenanya, termasuk khurafat adalah apa yang diyakini oleh sebagian orang bahwa: Siapa yang sudah melakukan istikharah maka dia tidak melakukan apa-apa hingga mendapatkan mimpi yang baik atau mimpi yang akan mengarahkannya dan seterusnya. Ini sungguh merupakan perbuatan orang yang jahil tatkala dia menyandarkan urusannya pada sebuah mimpi, wallahul musta’an.
8.    Jika hatinya masih ragu-ragu atau hatinya belum mantap dalam mengerjakan urusan yang tadinya dia sudah beristikharah untuknya. Apakah dia boleh mengulangi shalat istikharahnya?
Jawab: Boleh berdasarkan beberapa dalil di antaranya:
1.    Istikharah merupakan doa, dan di antara kebiasaan Nabi shallallahu alaihi wasallam dalam berdoa adalah mengulanginya sebanyak tiga kali.
Hadits ini kami bawakan bukan untuk menunjukkan shalat istikharah diulang sebanyak tiga kali, akan tetapi hanya untuk menunjukkan bolehnya mengulangi doa.
2.    Shalat istikharah adalah shalat yang disyariatkan karena adanya sebab. Karenanya, selama sebab itu masih ada dan belum hilang maka tetap disyariatkan mengerjakan shalat ini.
Inilah yang dipilih oleh sejumlah ulama di antanya: Imam Badruddin Al-Aini dalam Umdah Al-Qari` (7/235), Ali Al-Qari dalam Mirqah Al-Mafatih (3/406), dan Imam Asy-Syaukani dalam Nailul Authar (3/89).
9.    Haruskah shalat istikharah dikerjakan di malam hari?
Jawab: Dalam hadits di atas tidak ada keterangan waktu pengerjaannya. Karena shalat ini bisa dikerjakan kapan saja baik siang maupun malam hari. Barangsiapa yang meyakini shalat ini hanya bisa dikerjakan di malam hari maka keyakinannya ini keliru. Walaupun tentunya jika dia mengerjakannya pada waktu-waktu dimana doa mustajabah -seperti antara azan dan iqamah, sepertiga malam terakhir, dan seterusnya-, maka itu lebih utama.
Demikian beberapa pertanyaan yang sempat hadir dalam ingatan kami, jika ada pertanyaan lain silakan dituliskan pada kolom komentar.
[Rujukan utama: Kasyf As-Sitarah ‘an Shalah Al-Istikharah]
Sumber : http://kaahil.wordpress.com/2012/03/27/lengkapcara-waktu-niat-doabacaan-sholat-istikharah-yang-benar-sholat-istikhoroh-untuk-jodoh-maupun-urusan-lain-bolehkan-doa-istikharah-dengan-bahasa-indonesia-bolehkah-doa/

Kamis, 01 Januari 2015

TOBAT



Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْ

Tobat

Para ulama berkata, Bertobat itu hukumnya wajib dari segala dosa. Apabila kemaksiatan itu terjadi antara seorang hamba dan Allah SWT saja dan tidak ada hubungannya dengan hak orang lain, maka bertobat dalam hal ini harus memenuhi tiga syarat;
Pertama, berhenti dari kemaksiatan.
Kedua, menyesali atas kemaksiatan yang ia lakukan.
Ketiga, bertekad untuk tidak mengulangi kemaksiatan tersebut untuk selamanya.
Apabila salah satu dari tiga syarat tersebut ada yang tidak terpenuhi, maka tobatnya tidak sah/tidak diterima.
Apabila kemaksiatan itu terjadi antara sesama manusia, maka syarat-syarat tobat dalam hal ini ada empat, yaitu ketiga syarat yang sudah disampaikan sebelumnya dan melepaskan diri dari hak orang yang bersangkutan. Apabila hak tersebut berupa harta benda atau semisalnya, maka ia harus mengembalikannya kepada yang bersangkutan. Jika hak tersebut berupa hukuman tuduhan zina atau semisalnya, maka hendaklah ia menyerahkan diri untuk dikenai hukuman atau meminta pengampunan dari orang yang bersangkutan. Jika ia berupa pengumpatank maka hendaklah ia meminta dimaafkan dari umpatannya tersebut.
Tobat adalah berhenti dari maksiat kepada Allah menuju taat kepada-Nya, meminta maaf kepada orang yang dituduh zina dan semisalnya jika kesalahan ini sampai kepada orang yang bersangkutan. Jika belum sampai kepada orang yang bersangkutan, maka cukup hanya beristighfar, sebagai mana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam :
“Kaffarat orang yang terlah engkau umpat ialah engkau memohonkan ampun untuknya.”
Allah berfirman :
“Dan bertobatlah engkau semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, pasti kamu beruntung” QS : An-Nur : 31
Semoga Bermanfaat.
Wasalamu’alikum warahmatullohi wabarakaatuh.
Kitab Riyadhus Shalihin
Ditulis oleh : Imam An-Nawawi