Rabu, 19 Desember 2012

KISAH HEROIK PENAKLUKKAN BENTENG DAMASKUS ROMAWI

KISAH HEROIK PENAKLUKKAN BENTENG DAMASKUS ROMAWI: Garda depan dipimpin Khalid bin al-Walid, sayap kanan di bawah komando Abu Ubaidah, sayap kiri diatur oleh Amru bin al-Ash, dan pasukan infanteri dipimpin sahabat Iyadh

Pekikan Takbir Menggema di Perang Damaskus

Penulis: Al-Ustadz Muhammad Hadi hafizhahullah
Sekilas, banyak orang mengira bahwa generasi terdahulu dan terbaik umat Islam adalah sosok-sosok sederhana. Senyatanya, sepak terjang mereka yang menakjubkan begitu sulit diterka. Mereka adalah sekumpulan manusia yang mengemban misi membela agama Allah subhaanahu wa ta’ala dan meraih syahid. Tentunya, bukan aksi radikal tanpa bimbingan syariat dan ulama.

Latar Belakang Pertempuran

Dalam menapaki sejarah, Abu Bakar As-Shiddiq telah menyuguhkan banyak kebaikan di berbagai belahan bumi. Pergulatan ini berlanjut tatkala tampuk pemerintahan beralih kepada khalifah Umar bin al-Khaththab. Kebijakan pertama yang diterapkan oleh beliau adalah merombak struktur kepemimpinan pasukan Islam.
Sahabat Abu Ubaidah bin al-Jarrah dikukuhkan sebagai panglima tertinggi menggantikan posisi sahabat Khalid bin al-Walid sebelumnya. Abu Ubaidah dikenal sebagai sosok yang santun dan memiliki semangat juang yang tinggi. Beliau memiliki rekam jejak yang terhitung gemilang. Tidak didapati di kediamannya kecuali sebilah pedang tajam, tameng besi, dan pelana kuda. Pantaslah beliau menyandang gelar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai Amin Hadzihil Ummah (Kepercayaan Umat Ini).
Imperium Romawi adalah negara adidaya yang tidak ada kekuatan manapun di dunia kala itu yang mampu menandingi. Namun, reputasi tersebut hancur dengan kiprah para mujahidin di pentas internasional. Paska perang Yarmuk, Heraklius raja Romawi menempatkan skuad tempur berskala besar pada satu titik lokasi, yaitu wilayah Fihl.
Kekalahan demi kekalahan tak juga menyurutkan skenario makar Romawi terhadap kaum muslimin. Perang Damaskus merupakan penaklukan putaran kedua di Syam yang termasuk teritorial penting Romawi. Damaskus adalah wilayah yang cukup luas dan menjadi basis pertahanan sekaligus ibukota Syam. Perang ini berlangsung pada tahun 14 H.

Persiapan Pasukan Islam

Sahabat Abu Ubaidah menindaklanjuti instruksi khalifah untuk menaklukkan Damaskus. Terlebih dahulu beliau mengirim armada perang ke sejumlah wilayah akses di garis demarkasi Damaskus, guna memecah konsentrasi musuh dan membendung pengiriman bantuan tempur oleh Heraklius. Sebuah strategi pengurai konspirasi terselubung.
Para mujahidin dituntut untuk memiliki kapabilitas dan pengalaman yang memadai dalam menjalani serangkaian peristiwa berikutnya. Diyakini, Islam akan senantiasa tinggi dan tiada yang lebih tinggi darinya. Berawal dari prinsip itulah kaum muslimin menatap jauh ke depan akan adanya timbangan akhirat, bukan timbangan dunia.

Pertempuran Meletus di Wilayah Fihl

Garda depan dipimpin oleh sahabat Khalid bin al-Walid, sayap kanan di bawah komando sahabat Abu Ubaidah, sayap kiri diatur oleh Amru bin al-Ash, dan pasukan infanteri dipimpin sahabat Iyadh. Sesampainya pasukan Islam di Fihl, ternyata musuh mengalihkan jalur aliran sungai ke lokasi para mujahidin hingga menyebabkan tanah menjadi becek dan berkubang.
Pasukan Romawi berjumlah 80.000 serdadu dilengkapi konstruksi persenjataan yang mutakhir. Resimen gabungan artileri-kavaleri ini di bawah komando panglima senior yang bernama Siqlab. Setelah berlalu beberapa hari, musuh menyerbu di tengah kegelapan malam. Dengan acuan bahwa para mujahidin dalam keadaan lengah.
Di tempat terpisah, pasukan Islam senantiasa siaga siang dan malam. Gempuran musuh justru dihantam dengan skema penyerangan agresif terpusat. Tak ayal, musuh begitu tersentak mendapat perlawanan sengit dengan gaya elegan dari para jawara padang pasir. Pertempuran berkecamuk hingga pagi dan berlanjut sampai malam keesokan harinya.
Pekikan takbir terdengar menggema dimana-mana. Perang terus bergulir. Tiap-tiap satuan kompi bertempur memberikan kontribusi lebih bagi kemenangan Islam. Tak heran, musuh menuai kenyataan pahit ketika hari beranjak malam. Siqlab pun terbunuh pada bentrokan bersenjata ini. Akhirnya pasukan Romawi melarikan diri dari medan laga.
Kontan saja, melihat aktivitas fisik tersebut milisi militan Islam mengoptimalkan daya tempur. Wilayah Fihl bersimbah darah. Mereka menggiring musuh yang tersisa ke parit berlumpur penuh air yang sebelumnya dipersiapkan sebagai jebakan bagi kaum muslimin. Justru menjadi bumerang atas musuh.
Diperkirakan jumlah pasukan Romawi yang terbunuh pada perang ini sebanyak 80.000 serdadu. Pasukan Islam mendapat harta rampasan perang yang sangat melimpah. Perjuangan ini patut menjadi panutan bagi orang-orang yang hidup setelahnya. Segala kesempurnaan pujian hanya milik Allah subhaanahu wa ta’ala.

 

Pengepungan Benteng Damaskus

Seluruh brigade beserta jajarannya di bawah komando sahabat Abu Ubaidah segera bergerak cepat menuju bumi Damaskus. Perkembangan aktual dilaporkan kepada Khalifah Umar secara intensif. Sahabat Abu Ubaidah sendiri kerap menasehati akan nikmat dan janji Allah subhaanahu wa ta’ala, membangkitkan semangat juang para prajurit bahwa jihad fi sabilillah lebih mulia dari dunia beserta isinya.

Milisi militan Islam terus merangsek maju tanpa ada kendala berarti. Pasukan Islam kala itu berjumlah 20.000 prajurit. Nampaknya, tidak ada kekuatan apapun yang dapat menahan derap langkah mereka. Sampai akhirnya tiba di kompleks benteng pertahanan Damaskus. Mekanisme pengepungan langsung diberlakukan.
Benteng Damaskus memiliki karakteristik yang amat kokoh. Tersusun dari bebatuan, dengan ketinggian mencapai lebih dari enam meter dan tebal tiga meter. Memiliki lima pintu gerbang yang sangat besar lagi kokoh. Diperkuat dengan kedalaman parit air berlumpur yang lebarnya mencapai tiga meter mengelilingi benteng, memiliki arus yang deras berasal dari aliran sejumlah sungai di sekitarnya.
Pembangunan benteng Damaskus dengan spesifikasi tersebut dalam rangka meredam laju invasi militer dari rival terbesarnya, yaitu imperium Persia. Para mujahidin terpanggil keteguhannya menghadapi tantangan ini. Disadari, bahwa kekalahan tidak sepenuhnya terkait dengan jumlah pasukan yang sedikit, namun dikarenakan berbagai dosa yang dilakukan.
Sahabat Abu Ubaidah segera menempatkan tiap bataliyon di depan pintu gerbang yang telah ditetapkan. Pasukan Islam tidak memberi mereka ruang gerak sedikitpun. Sahabat Khalid bin al-Walid membawa panji perang berwarna hitam pada perang ini. Semasa hidupnya, beliau memiliki 80 bekas luka sehingga tidak ada sejengkal pun pada tubuhnya melainkan didapati goresan luka.
Pasukan Romawi yang berlindung di dalam benteng berkekuatan 60.000 serdadu. Dipimpin oleh seorang panglima kawakan berkasta tinggi bernama Nisthas. Musuh melaporkan kronologi pengepungan ini kepada Heraklius. Namun kenyataan menorehkan cerita lain. Para pejuang justru meningkatkan status pengepungan dari segala arah.
Para mujahidin menghantam benteng dengan menggunakan persenjataan berat dan sejumlah manjaniq (ketapel pelontar ukuran besar). Sementara musuh berkomitmen mempertahankan benteng sekuat tenaga.

Akhir dari Pertempuran

Di saat bantuan pasukan tidak bisa menembus blokade pasukan Islam, pihak Damaskus tidak bisa berharap banyak. Awalnya, musuh menganalisa bahwa para mujahidin tak akan bertahan lama dalam pengepungan tersebut kala musim dingin yang sangat ekstrem. Pasalnya, mereka berasal dari jazirah Arab yang panas dan gersang.
Musuh lalai bahwa mereka berhadapan dengan tentara-tentara Allah. Kesabaran dan keyakinan seorang mukmin dapat memupus berbagai rintangan yang ada. Kombinasi itu kian menambah kegagahan dalam bertarung.
Setelah pengepungan berlalu 70 hari, anak seorang pendeta dilahirkan pada malam itu. Pendeta tersebut menyelenggarakan pesta jamuan makan yang dihadiri oleh penduduk Damaskus. Musuh asyik berpesta-pora hingga lalai dalam sistem penjagaan benteng.
Di sisi lain, sahabat Khalid bin al-Walid senantiasa siaga memantau perkembangan yang ada. Badan intelijen selalu memberikan laporan hasil pengintaian. Lampu-lampu kompleks benteng dipadamkan malam itu. Beliau bersama tim khusus beranggotakan para jagoan perang langsung bergerak perlahan tanpa sepengetahuan elemen bataliyon di tempat lain.
Tim khusus ini menyeberangi sisi parit yang sangat deras aliran airnya pada posisi yang paling berbahaya. Mereka membawa peralatan persenjataan yang dimasukkan dalam kantong terbuat dari kulit, lalu diikat pada leher mereka. Sebelumnya, mereka berpesan, “Bila kalian mendengar pekikan takbir dari atas benteng, naiklah, dan ikuti kami!”
Singkatnya, mereka berhasil memanjat benteng. Takbir pun bergema dengan suara lantang dari arah atas. Lalu mereka turun ke dalam kompleks benteng, menyerang beberapa penjaga pintu, dan berhasil membuka paksa pintu gerbang beberapa saat kemudian.
Pasukan sahabat Khalid bin al-Walid yang berada di depan pintu gerbang sebelah timur merangsek maju dan berhasil memasuki benteng tersebut di saat matahari terbit. Dalam kesenyapan mereka menyerang musuh dengan leluasa. Bentrokan kembali terjadi. Suasana tegang menyelimuti kompleks pertahanan itu.
Akhirnya musuh keluar dari arah pintu lain dan mengajukan permintaan damai. Terjadilah perdamaian dengan berbagai kesepakatan.
Di masa pemerintahannya, Khalifah Umar berhasil menaklukkan dua kerajaaan adikuasa dunia; Persia dan Romawi, dengan memasukkan 1.036 kota ke dalam teritorial kekuasaan kaum muslimin. Beliau menghancurkan syiar-syiar kekafiran dan membangun serta menyemarakkan syiar-syiar Islam. Sebuah potret nyata atas curahan dedikasi terbaik untuk Islam. Semoga Allah meridhainya.
Para pembaca yang mulia, inilah untaian mutiara yang tersaji dari sejarah perjuangan generasi terbaik umat ini:
1. Kejayaan akan diraih umat Islam tatkala mereka kembali kepada Al-Qur’an dan tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
2. Para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang-orang besar dan mulia, tidak sebagaimana yang diklaim oleh sekte Syiah.
3. Diperbolehkan menjalin ikatan damai dengan pihak kafir, manakala ulil amri (pemerintah dan ulama) melihat adanya kemaslahatan padanya.
Wallahu a’lamu bish shawab.
Sumber: http://www.buletin-alilmu.com

KISAH SANG KHOLIFAH ABU BAKAR AS-SIDIQ

Kisah Sang Khalifah Abu Bakar As-Sidiq

Abu Bakar bin Abu Quhafah, turunan bani Taim bin Murrah, bin Kaab, bin Luai, bin Kalb Al-Qurasyi. Pada Murrah bertemulah nasabnya dengan Rasul. ibunya Ummul Khair Salma binti Sakhr bin Anrir, turunan Taim bin Murrah juga . Dia lahir pada tahun kedua dari tahun gajah, jadi dua tahun lebih tua Rasulullah daripadnya. Sejak mudanya telah masyhur budinya yang tinggi dan perangai- nya yang terpuji. Dia sanggup menyediakan segala bekal rumah- tangganya dengan usahanya sendiri. Sebelum Rasulullah diutus, persahabatan mereka telah karib juga. Tatkala telah ditetapkan beliau menjadi Nabi, maka Abu Bakarlah laki-laki dewasa yang mula-mula sekali mempercayainya. Rasulullah paling sayang dan cinta kepada sahabatnya itu, kerana dia adalah sahabat yang setia dan hanya satu-satunya orang dewasa tempatnya mesyuarat di waktu pejuangan dengan kaum Quraisy sangat hebatnya.
Tiap-tiap orang besar mempunyai kelebihan sendiri, yang akan diingat orang bila menyebut namanya. Abu Bakar masyhur dengan kekuatan kemahuan, kekerasan hti, pemaaf tetapi rendah hati, dermawan dan berani bertindak lagi cerdik.
Di dalam mengatur pemerintahan, meskipun tidak lama, masyhur siasatnya yang mempunyai semboyan keras tak dapat dipatahkan, lemah lembut tetapi tak dapat disenduk. Hukuman belum dijatuhkan sebelum pemeriksaan memuaskan hatinya, sebab itu diperintahkan- nya kepada wakil-wakilnya di tiap-tiap negeri supaya jangan tergesa-gesa menjatuhkan hukum.
Salah menghukum seseorang hingga tidak jadi terhukum, lebih baik daripada salah hukum yang menyebabkan yang tidak bersalah sampai terhukum. Meskipun sukar hidupnya, pantang benar baginya mengadukan halnya kepada orang lain.
Tidak ada orang yang tahu kesusahan hidupnya, kecuali beberapa orang sahabatnya yang karib yang senantiasa memperhatikan dirinya, sebagai Umar. Setelah dia diangkat menjadi Khalifah, beberapa bulan dia masih rneneruskan pemiagaannya yang kecil itu. Tetapi kemudian ternyata rugi, sebab telah menghadapi urusan negeri sehingga dengan permintaan orang banyak, pemiagaan itu iberhentikannya dan dia mengambil kadar belanja tiap hari daripada wang negara.
Jadi Khalifah
Rasulullah memegang dua jabatan, pertama menyampaikan kewajiban sebagai seorang pendakwah. Kedua bartindak selaku ketua kaum Muslimin. Kewajiban pertama telah selesai seketika dia menutup mata, tetapi kewajiban yang kedua, menurut partimbangan kaum Muslimin ketika itu perlu disambung oleh yang lain, kerana suatu umat tidak dapat tersusun persatuannya kalau mereka tidak mempunyai pemimpin. Sebab itu perlu ada gantinya (khalifahnya).
Belum lagi Rasulullah dikebumikan, telah timbul dua macam pendapat. Pertama ialah menentukan pangkat Khalifah itu di antara kaum keluarga Rasulullah yang terdekat.Pendapat pertama ini terbagi dua pula. Pertama rnenentukan pangkat Khalifah itu dalam persukuan Rasulullah. Kedua hendaklah ditentukan di dalam rumahtangganya yang sekarib-karibnya. Di waktu dia menutup mata adalah orang yang paling karib kepadanya saudara ayahnya; Abbas bin Abdul Muttalib dan anak saudara ayahnya Ali dan Aqil, keduanya anak Abu Thalib. Kelebihan Ali daripada Abbas dan Aqil ialah kerana dia menjadi menantu pula dari Rasulullah, suami dari Fatimah. Kelebihan Abbas ialah dia waris yang paling dekat kepada beliau. Artinya jika sekiranya tidaklah ada beliau meninggalkan anak dan isteri, maka Abbas itulah yang akan menjadi ashabah (waris yang menerima sisa harta) yakni kalau harta Rasulullah boleh diwariskan.
Pendapat kedua: Khalifah hendaklah orang Ansar. Setelah Rasulullah wafat, berkumpulah kepala-kepala kaurn Ansar di dalam sebuah balairung kepunyaan bani Saidah, balk Ansar pihak Aus mahupun Ansar dari persukuan Khazraj. Maksud mereka hendak memilih Saad bin Ubadah menjadi Khalifah Rasulullah, sebab dialah yang paling terkedahapan dari pihak kaum Ansar ketika itu.
Apa lagi Saad sendiri telah berpidato kepada mereka yang menganjurkan bagaimana keutamaan dan kemuliaan kaum Ansar, terutama dalam membela Rasulullah dan mempertahankan agama Islam, sehingga beroleh gelar Ansar, artinya pembela, tidak ada orang lain yang berhak menjabat pangkat itu melainkan Ansar. Perkataannya itu sangat mendapat perhatian dari hadirin, semuanya setuju. Tetapi salah seorang di antara yang hadir bertanya: Bagaimana kalau saudara-saudara kita orang Quraisy tidak setuju, dan sekiranya mereka kemukakan alasan bahwa merekalah kaum kerabat yang karib dan ahli negerinya, apa jawab kita? Seorang Ansar menjawab saja dengan cepat: Kalau mereka tidak setuju, lebih baik kita pilih saja seorang Amir dari pihak kita dan mereka pun memilih pula Amir dari pihaknya, dan kita tidak mahu dengan aturan yang lain.
Saad membantah sangat pendapat itu, dia berkata: Itulah pangkal kelemahan. Berita permesyuaratan itu lekas sampainya kepada orang-orang besar dalam Muhajirin, sebagai Abu Bakar, Umar, Abu Ubaidah dan lain-lain. Sebentar itu juga dengan segera mereka pergi ke balairung itu. Baru saja sampai Abu Bakar terus berpidato: Allah Taala telah memilih Muhammad menjadi RasulNya, membawa petunjuk dan kebenaran. Maka diserunyalah kita kepada Islam, dipegangnya ubun-ubun kita semuanya dan dipengaruhinya baiat kita.
Kamilah kaum Muhajirin yang mula-mula memeluk Islam, kamilah keluarga Rasulullah, dan kamilah pula suatu kabilah yang boleh dikatakan menjadi pusat perhubungan semua kabilah di Tanah Arab ini, tidak ada satu kabilah pun yang tidak ada perhubungannya dengan kami. Dan kamu pula, kamu mempunyai kelebihan dan keutamaan. Kamu yang membela dan menolong kami, kamulah wazir-wazir besar kami di dalam pekeriaan besar agama ini, dan wazir Rasulullah, kamulah saudara kandung kami di bawah lindungan Kitabullah, kamu kongsi kami dalam agama, baik di waktu senang apa lagi di waktu susah. Demi Allah, tidak ada kebaikan yang kami dapati, melainkan segala kebaikan itu kamu pun turut menanamnya. Kamulah orang yang paling kami cintai, paling kami muliakan, dan orang-orang yang paling patut takluk kepada kehendak Allah mengikut akan suruhNya.
Janganlah kamu dengki kepada saudara kamu kaum Muhajirin, sebab kamulah sejak dahulunya orang yang telah sudi menderita susah lantaran membela kami. Saya percaya sungguh, bahwa haluan kamu belum berubah kepada kami, kamu masih tetap cinta kepada Muhajirin. Saya percaya sungguh, bahwa nikmat yang telah dilebihkan Tuhan kepada Muhajirin ini tidak akan kamu hambat, saya percaya sungguh bahwa kamu tidakkan dengki atas ini: Sekarang saya serukan kamu memilih salah seorang daripada yang berdua ini, iaitu Abu Ubaidah atau Umar, keduanya saya percaya sanggup memikulnya, dan keduanya memang ahlinya.
Setelah selesai pidato Abu Bakar itu, maka berdirilah Khabbab bin Al-Munzir berpidato pula:Wahai sekalian Ansar, pegang teguh hakmu, seluruh manusia di pihakmu dan membelamu, seorang pun tidak ada yang akan berani melangkahi hakmu, tidak akan diteruskan orang suatu pekerjaan, kalau kamu tak campur di dalam. Kamu ahli kegagahan dan kemuliaan, kaya dan banyak bilangan, teguh dan banyak pengalaman, kuat dan gagah perkasa. Orang tidak akan melangkah ke muka sebelum melihat gerak kamu. Kamu jangan berpecah, supaya maksud kita jangan terhalang. Kalau mereka tidak hendak memperhatikan iuga, biarlah mereka beramir sendiri dan kita beramir sendiri pula.
Mendengar itu Umar lalu menyambung pembicaraannya: Jangan, itu sekali-kali jangan disebut: Tidak dapat berhimpun dua kepala dalam satu kekuasaan. Khabbab berdiri kembali:Sekalian Ansar! Pegang teguh hakmu jangan undur, jangan didengarkan cakap orang ini dan kawan- kawannya, lepas hakmu kelak. Hebat sekali pertentangan Umar dengan Khabbab. Dengan tenang Abu Ubaidah tampil ke muka dan berkata: Kaum Ansar! Ingatlah bahwa kamu yang mula-mula menjadi pembela dan penolong, rnaka ianganlah kamu pula yang mula-mula menjadi pemecahan dan penukar. Dengan tangkas Basyir bin Saad tampil ke muka, dia seorang yang terpandang dalam golongan Ansar dari Aus: Wahai kaum Ansar, memang, demi Allah, kita mempunyai beberapa kelebihan dan keutamaan, di dalam pejuangan yang telah ditempuhi oleh agama ini. Tetapi ingatlah, pekerjaan besar itu kita lakukan bukanlah lantaran mengharap yang lain, hanyalah semata-mata mengharapkan redha Allah dan taat kepada Nabi kita, untuk penunjukan diri kita masing-masing kepada Tuhan!
Sebab itu tidaklah patut kita me- manjangkan mulut menyebut-nyebut jasa itu kepada manusia, jangan diambil menyebut-nyebut jasa itu untuk peningkat dunia. Ingatlah bahwa Allah telah memberi kita kemuliaan dan pertolongan bukan sedikit. Ingat pula bahwa Muhammad itu terang dari Quraisy, kaumnya lebih berhak menjadi penggantinya mengepalai kita. Demi Allah, saya tidak mendapat satu jalan untuk menentang mereka pada pekejaan yang telah terang ini. Takutlah kepada Allah, jangan bertingkah dengan saudara-saudara kita Muhajirin, jangan berselisih! Majlis tenang!
Ketika itu berkatalah Abu Bakar: Ini ada Abu Ubaidah dan Umar, pilihlah mana di antara keduanya yang kamu sukai dan baiatlah! Dengan serentak keduanya membantah:Tidak, tidak. Demi Allah, kami tidak akan mahu menerima pekerjaan besar ini selama engkau masih ada, engkaulah orang Muhajirin yang lebih utama, engkaulah yang berdua saja dengan dia di dalam gua ketika terusir, engkaulah yang ditetapkannya menjadi gantinya sembahyang seketika dia sakit, ingatlah bahwa sembahyang itu seutama-utama agama orang Islam! Siapakah yang akan berani melangkahimu dan memegang pekerjaan ini…? Tadahkan tanganmu, kami hendak membaiatkan engkau!
Lalu Umar mengambil tangannya dan membaiatnya, setelah itu mengikut Abu Ubaidah, diiringi oleh Basyir bin Saad. Basyir dari golongan Ansar persukuan Aus, Saad bin Ubadah dari persukuan Khazraj, Aus jauh lebih kecil persukuannya daripada Khazraj. Kalau sekiranya jadi pekerjaan Khalifah diberikan kepada Ansar, tentu Aus selamanya tidak juga akan mendapat giliran kerana kecilnya. Ini kelak akan mendatangkan fitnah juga dalam negeri Madinah, menimbulkan permusuhan zaman jahiliyah. Inilah yang ditimbang oleh Basyir ketika berpidato itu.
Demi melihat Basyir membaiat, maka berduyun-duyunlah anggota Aus yang lain mem- baiat Abu Bakar. Melihat itu, maka anggota-anggota Khazraj pun telah terpengaruh pula oleh.semangat pertemuan itu, kesemuanya tampil ke muka membaiat Khalifah yang tercinta itu, sehingga Abu Ubaidah yang duduk bersandar ke dinding kerana tidak boleh berdiri lantaran demam, hampir terpijak. Adapun Ali bin Abu Thalib, ia tidak hadir di situ, lantaran sedang menjaga jenazah Rasulullah, dan ketidak-hadirannya itu menjadi alasan pula baginya untuk tidak turut membaiat. Melihat ramai pihak yang telah datang berduyun-duyun membaiat Abu Bakar, maka bani Hasyim pun tidaklah dapat mengelakkan diri lagi, apalagi setelah mereka mengerti bahwa khalifah itu bukanlah sama dengan pangkat kenabian.
Insaflah mereka bahwa perkara ini bukan perkara urusan keluarga, tetapi urusan siapakah orang yang paling mulia di sisi Nabi, padahal mereka semuanya memang mengakui akan keutamaan Abu Bakar Apakah lagi suatu kelebihan yang lebih utama daripada meniadi wakil Rasulullah bersembahyang di waktu sakitnya. Kalau Rasulullah sendiri telah percaya kepadanya dalam urusan dunia, iaitu memerintah umat, Ali sendiri pun akhimya mem- baiatnya juga, iaitu beberapa waktu setelah wafat isterinya Fatimah binti Rasulullah itu.
Pidato Abu Bakar
Setelah selesai orang membaiat itu, Abu Bakar pun berpidatolah, sebagai sambutan atas kepercayaan orang banyak kepada dirinya itu, penting dan ringkas:Wahai manusia, sekarang aku telah menjabat pekerjaan kami ini, tetapi bukanlah aku orang yang lebih baik daripada kamu. Maka jika aku lelah berlaku baik dalam jabatanku, sokonglah aku. Tetapi kalau aku berlaku salah, tegakkanlah aku kembali. Kejujuran adalah suatu amanat, kedustaan adalah suatu khianat. Orang yang kuat di antara kamu, pada sisiku hanyalah lemah, sehingga hak si lemah aku tarik daripadanya. Orang yang lemah di sisimu, pada sisiku kuat, sebab akan ku ambilkan daripada si kuat akan haknya, Insya Allah. Janganlah kamu suka menghentikan jihad itu, yang tidak akan ditimpa kehinaan. Taatlah kepadaku selama aku taat kepada Allah dan RasulNya. Tetapi kalau aku langgar perintahNya, tak usahlah aku kamu taat dan ikut lagi. Berdirilah sembahyang, moga- moga rahmat Allah meliputi kamu.
Tentera Usamah
Bukanlah urusan baiat yang sulit itu saja bahaya yang menimpa umat Islam sewafat Rasulullah. Tetapi baru saja tersiar khabar kematian itu ke seluruh benua Tanah Arab bergeraklah orang-orang munafik yang hendak mencari keuntungan diri sendiri, timbullah golongan kaum murtad dan Nabi-nabi palsu, semuanya hendak memberontak melepaskan diri daripada persatuan Islam yang baru tegak itu. Sedang kaum Muslimin sendiri ketika itu di dalam susah besar dan kemasyghulan lantaran kematian Nabi.
Kaum pemberontak itu baru saja memeluk Islam, mereka belum tahu hakikat agama, masuknya ke agama hanya dipengaruhi gerakan ramai, dan segan kepada kekuasaan Nabi. Tentu saja setelah Nabi wafat mereka hendak belot. Ada satu golongan pula yang sudi mendirikan sembahyang, tetapi tidak hendak mengeluarkan zakat lagi. Demikian besar bahaya yang sedang mengancam, sedikit pun tidak kelihatan perubahan muka Abu Bakar. Ada orang mengatakan kepadanya supaya orang-orang yang tidak sudi mengeluarkan zakat itu tak usah diperangi, kerana mereka masih sudi sembahyang. Tetapi dengan tegas beliau berkata: Tidak, penderhaka yang hendak memperbedakan sembahyang dengan zakat itu mesti kuperangi juga, walau saya akan dihambat dengan ikatan sekalipun.
Tetapi sebelum mengatur persiapan memerangi pemberontak- pemberontak itu, Abu Bakar lebih dahulu hendak menyempurnakan angkatan perang di bawah pimpinan Usamah yang usianya masih terlalu muda, baru kira-kira 17 tahun. Dia diangkat oleh Rasulullah menjadi kepala perang, tetapi pejalanannya diundurkan lantaran kematian Rasulullah. Banyak ketua-ketua Quraisy menjadi perajurit di bawah perintahnya. Demi setelah Rasulullah wafat, Umar meminta supaya pengiriman Usamah itu diundurkan saja kerana banyak yang lain yang lebih penting, atau tukar dengan kepala tentera yang lebih tua.
Dengan gagah dia mendekati Umar dan menunjukkan kuasa dan kekerasannya kepada sahabatnya itu: Celaka engkau, wahai anak si Khattab, Rasulullah sendiri yang mengangkat dia, belum lama lagi dia terkubur, engkau menyuruh saya mengubah perintahnya? Pemberangkatan Usamah itu dilangsungkan juga. Dia pergi ke tempat perhentian perajurit Usamah untuk melepaskan mereka. Ketika dia memberikan pesannya yang penting-penting kepada Usamah, Usamah di atas kenderaannya dan beliau berjalan kaki. Biarlah hamba turun ke bawah dan paduka naik ke atas kenderaan ini, kata Usamah. Tidak, jawab beliau, Belumlah akan mengapa jika kakiku kena debu beberapa saat di dalam menegakkan jalan Allah. Setelah itu dimintanya kalau boleh Usamah mengizinkan Umar tinggal di Madinah, tidak jadi pergi berperang, kerana Umar perlu benar baginya untuk teman di dalam mengatur siasat negeri. Maka permintaan itu dikabulkan oleh Usamah.
Tidaklah mahu Khalifah itu memerintahkan kepada ketua perang yang telah diserahinya pimpinan itu supaya Umar jangan dibawa, melainkan dimintanya. Ketika mereka akan berangkat itu beliau berpidato: Jangan khianat, jangan mungkiri janji, jangan dianiaya bangkai musuh yang telah mati, jangan dibunuh anak-anak, orang kua dan perempuan. Jangan dipotong batang kurma, jangan dibakar dan jangan di-tumbangkan kayu-kayuan yang berbuah, jangan disembelihi saja kambing, sapi dan unta, kecuali sekadar akan dimakan. Kalau kamu bertemu dengan suatu kaum yang telah menyisihkan dirinya di dalam gereja-gereja hendaklah dibiarkan saja.
Jika engkau bertemu dengan suatu kaum yang bercukur tengah-tengah kepalanya dan tinggal tepinya sebagai lingkaran, hendaklah perangi! Kalau diberi orang makanan hendaklah bacakan nama Allah seketika memakannya. Hai Usamah, berbuatlah apa yang diperintahkan Nabi kepadamu di negeri Qudhaah itu, dan jangan engkau lalaikan sedikit pun perintah-perintah Rasulullah. Setelah dilepaskan tentera itu di Jaraf, beliau kembali ke Madinah.
Usamah pun berangkat dikepungnyalah negeri Qudhaah itu, empat puluh hari lamanya pertempuran hebat dengan musuh, maka dia pun kembali dengan kemenangan. Tentera ke Qudhaah ini bukan sedikit memberi kesan kepada musuh-musuh yang lain, timbul perkataan, kalau sekiranya kaum Muslimin tidak mempunyai ke- kuatan, tetu mereka tidak akan mengirim tentera ke negeri Qudhaah lebih dahulu sebelum menaklukkan yang lain. Akan huru-hara di segala pihak yang telah ditimbulkan oleh kaum murtad itu, yang agaknya bagi orang lain boleh mendatangkan kekusutan fikiran, oleh beliau ditunggu saja dengan tenang ketika yang balk. Ditunggunya Usamah pulang, kerana di sana terletak sebahagian besar kekuatan.
Setelah kembali dengan kemenangan- nya, maka Usamah dan tenteranya disuruhnya istirahat, kerana beliau hendak menyelesaikan lebih dahulu kekusutan yang ditimbulkan oleh kaum Absin dan Dhabyaan di luar Madinah, yang mencuba hendak memberontak pula. Pimpinan kota Madinah diserahkan kepada yang lain dan beliau sendiri pergi menaklukkan kedua kaum itu kembali, hingga tunduk. Setelah itu barulah diatumya tentera untuk mengalahkan kaum-kaum perusuh pemberontak itu. Tentera itu disuruh ke Dzul Qisah, kira-kira 10 batu dari Madinah, menghadap ke Najd. Di sanalah dibaginya 11 buah bendera kepada 11 orang kepala perang:
1. Kepada Khalid bin Al-Walid, pergi memerangi Thulaihah bin Khuwailid Al-Asadi di negeri Bazaakhah. Kalau telah selesai di sana, teruskan mengalahkan Malik bin Nuwairah di negeri Batthaah.
2. Ikrimah bin Abu Jahal, memerangi Musailamah di Yamamah.
3. Di belakang Ikrimah disusuli oleh tentera Syurahbil bin Hasanah.
4. Al-Muhajir bin Abu Umaiyah ke Yaman, mengalahkan Al-Aswad Al-Ansi.
5. Huzaifah bin Mihsan mengalahkan negeri Daba di Uman.
6. Arfajah bin Hartsamah ke negeri Muhrah.
7. Suwaid bin Mukrin ke Ti~Mmah di Yaman.
8. Al-Ala bin Al-Hadhramiy ke negeri Bahrein.
9. Thuraifah bin Hajiz ke negeri bani Sulaim dan Hawazin.
10. Amru bin Al-Ash ke negeri Qudhaah.
11. Khalid bin Said ke tanah-tanah tinggi Syam.
Dengan hati yang teguh dan kesetiaan kepala-kepala perang itu, di dalam masa yang tidak berapa lama, seluruh pemberontakan dan huru-hara itu, yang ditimbulkan oleh beberapa orang yang mengakui dirinya jadi Nabi, atau yang hendak mencari keuntungan diri, me- mecahkan persatuan agama, telah dapat disapu bersih, itulah salah satu daripada kemuliaan yang tak dapat dilupakan oleh tarikh tentang diri Khalifah Rasulullah itu.
Menaklukkan Parsi
Setelah selesai huru-hara di dalam negeri itu, Mhalifah Rasulullah menghadap ke luar negeri, menaklukkan negeri Parsi. Untuk itu telah diangkatnya kepala perang besar yang masyhur Saifullah Khalid bin Al-Walid. Kalau kelak maksud ini berhasil, perjalanan boleh di- teruskannya ke batas-batas Hindustan. Untuk pembantunya diangkat Iyadh bin Ghanam, masuk dari utara Iraq. Penyerang Khalid telah berhasil masuk di negeri Parsi, sejak dari pinggir sungai Fblrat, sampai ke Ubullah, melinkungi Syam, Iraq dan Jazirah, demikian juga sebelah timur sungai Furat. Di beberapa tempat pahlawan besar itu telah bertempur dengan tentera-tentera Parsi, Rumawi dan Arab yang masih belum masuk kepada persatuan besar ini. Namanya kian menakutkan musuh.
Namanya lebih dakulu telah menggegarkan tempat yang belum dimasukinya. Kalau suatu negeri ditaklukkannya, maka di sana diangkatnya seorang amir yang akan mengatur kharaj (cukai) dari ahli zimmah. Namanya sangat dipuji oleh musuhnya sebab orang tani dan pertaniannya tidak pernah digangunya melainkan dipeliharanya. Lantaran itu jikalau dia masuk ke negeri Arab yang masih di bawah bendera (protectorat) Parsi, orang di sana lebih suka diperintahnya dan belot dari pemerintahan yang lama, sedang agama tidak diganggu. Sebab orang Arab di sana memeluk agama Masihi. Kalau terjadi perang landing, menjadi kehinaan besar baginya kalau perang itu hanya bertegang urat leher dari jauh menghabiskan tempoh, dia lebih suka kepada permainan pedang, bertanding kepahlawanan, terutama dengan kepala-kepala kaum itu. Sebab dengan demikian, tempoh perang dapat disingkat- kan. Temannya Iyadh telah dapat menguasai Daumatul Jandal, sampai ke Iraq. Di Hirah kedua kepala perang yang gagah itu bertemu.
Menaklukkan Syam
Setelah itu Abu Bakar mengirim surat kepada penduduk Makkah, Thaif, Yaman dan sekalian negeri Arab, sampai ke Najd dan seluruh Hejaz disuruh bersiap untuk mengatur suatu bala tentera besar, akan melakukan suatu peperangan yang besar, iaitu menaklukkan negeri Syam, pusat kerajaan Rumawi pada masa itu. Mendengar seruan itu orang pun bersiap. Sebagian besar kerana mengharapkan bertempur mempertahankan agama, dan tentu tidak kurang pula yang mengharapkan harta rampasan.
Kata Ath-Thabari: Tiap-tiap ketua perang itu telah ditentukan tempat tinggal mereka sebelum negeri itu dimasuki, buat Abu Ubaidah telah ditentukan Hems, buat Yazid bin Abu Sufyan negeri Damsyik, buat Syurahbil bin Hasanah negeri Urdan (Jordan), buat Amru bin Al-Ash dan Alqamah bin Al-Munzir negeri Palestin, Kalau telah selesai, maka Alqamah akan meneruskan perjalanan ke Mesir.
Peperangan yang paling masyhur hebat dan besamya ketika penaklukan Syam itu ialah peperangan Yarmuk, iaitu suatu sungai besar. Di sanalah orang Rumawi dapat membutikan bahwa musuhnya memang besar dan kekuatan mereka sendiri tidak ada lagi. Sejak waktu itulah berturut-turut jatuh negeri Quds, Damsyik, Hems, Humaat, Halab dan lain-lain. Sedianya peperangan ini tidaklah akan berakhir begitu me- nyenangkan. Kerana telah berhari berpekan peperangan di Yarmuk itu dilangsungkan, belum juga berakhir dengan balk. Sebab tiap-tiap ketua perang itu mengendalikan tenteranya sendiri-sendiri, kepala perang besar untuk menyatukan komando tidak ada. Padahal orang Rumawi telah bermaksud hendak keluar dari benteng mereka me- lakukan serangan besar-besaran.
Waktu iku datanglah Khalid bin Al-Walid dengan tiba-tiba, yakni setelah selesai melakukan serangan- nya di Parsi. Dia mendapat surat Khalifah menyuruh lekas pindah ke Rumawi. Setelah tiba di situ dikumpulkannya kepala-kepala perang dan diadakannya pidato yang berapi-api untuk menaikkan semangat. Di antara ucapannya:Saya tahu bahwa kamu semua telah dipecah- pecahkan oleh kemegahan dunia. Demi Allah! Sekarang berhentikanlah itu, degarlah bicaraku! Hendaklah pimpinan tentera disatukan, sehari si anu, sehari lagi si anu. Hari ini biar saya, besok salah seorang di antara kamu. Orang-orang itu menerima.
Baru saja tentera berada di bawah pimpinannya, sudah nampak alamat kemenangan, sehingga besoknya tidak ada yang berani menggantikan lagi. Begitulah kemenangan telah diperoleh di bawah pimpinan Khalid. Satu cubaan besar datanglah kepada pahlawan itu seketika perang sangat hebatnya. Surat datang dari Madinah, menyatakan bahwa Khalifah Rasulullah yang pertama wafat. Sekarang yang memerintah ialah Umar, bukan Abu bakar lagi. Khalid mesti berhenti memimpin peperangan, digantikan oleh Abu Ubaidah. Surat itu disimpannya saja sampai peperangan berhenti, takut tentera akan kacau.
Setelah kalah musuh dan menang kaum Muslimin, barulah dia datang kepada Abu Ubaidah, mengucapkan salam kepada Amirul- Jaisy (kepala tentera). Dan dengan muka gagah segala pimpinan diserahkannya, dia tetap menjadi seldadu biasa meneruskan per- tempuran ke tempat-tempat yang lain. Seketika ditanyai orang, dengan megah pahlawan itu berkata: Saya berperang bukan lantaran Umar! Laksana Basyir, pahlawan Ansar tempoh hari itu pula mengatakan ahwa Ansar bertempur bukan mencari megah dunia! Lebih dari 100,000 tentera Rumawi binasa waktu itu.
Wafatnya Abu Bakar
Pada 7 haribulan Jumadil Akhir tahun ketiga belas Hijrah, beliau ditimpa sakit. Setelah 15 hari lamanya menderita penyakit itu, wafatlah beliau pada 21 haribulan Jumadil Akhir tahun 13H, bertepatan dengan tanggal 22 Ogos tahun 634 Masihiyah. Lamanya memerintah ialah 2 tahun 3 bulan 10 hari. Dikebumikan di kamar Aisyah di samping makam sahabatnya yang mulia Rasulullah sallallaahu alaihi wasallam!.

Minggu, 02 Desember 2012

TAUHID KEWAJIBAN YANG PERTAMA DAN PALING UTAMA

TAUHID KEWAJIBAN YANG PERTAMA DAN PALING UTAMA



Segala puji bagi Alloh Ta’ala yang telah mengutus para Rosul-Nya dengan tauhid dan memerintah mereka untuk berdakwah kepadanya dan menjadikan kebahagiaan bagi orang-orang yang menaatinya dan kerugian bagi orang-orang yang menyelisihinya.
Dan shalawat serta salam kepada Nabi Shallallohu’alaihi wa sallam penutup para nabi dan rosul yang diutus dengan membawa agama yang murni dan hujjah yang jelas.
Ketahuilah sesungguhnya pokok segala kebahagiaan dunia dan akhirat adalah tauhid, sebaliknya dasar kerugian dunia akhirat adalah syirik. Ketika kita melihat kaum muslimin telah tersebar dikalangan mereka kesyirikan dan bid’ah jauh dari tauhid dan sunnah terutama di zaman-zaman sekarang ini maka kami ingin menjelaskan bahwa tauhid merupakan kewajiban yang pertama dan paling utama atas setiap orang, hal ini kami tulis dalam risalah yang singkat ini, dengan demikian kita akan semakin berpegang teguh dengan baik yaitu dengan mengajarkannya atau mempelajarinya serta waspada dan mengingatkan orang akan bahaya kesyirikan dan macam-macamnya. Adapun bagi orang-orang yang melalaikan hal ini hendaknya segera memperhatikannya sebelum habis waktu di dunia ini. Maka kami katakan: sesungguhnya mentauidkan Alloh adalah permulaan dakwah semua Rosul ‘alaihimussalam, sebagaimana firman Alloh Ta’ala    :

“Dan kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”.(QS: Al-Anbiyaa’: 25)
Dan Alloh berfirman yang Artinya:
“Dan sesungguhnya kami Telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut” (QS: An-Nahl: 36)

“Sesungguhnya kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan.”(QS. Faathir: 24 )

“Maka Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.”(QS. Muhammad: 19 )

“Dialah yang Telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.”(QS. At-Taubah: 33)

Mentauhidkan Alloh merupakan kewajiban yang pertama bagi setiap mukallaf dan dengannya Alloh menciptakan makhluk ini. Sabagaimana dalam firmanNya:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribdah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariaat: 56)

Tauhid merupakan agama islam dan Alloh tidak akan menerima selainnya. Sebagimana firmanNya yang artinya:
“Barangsiapa mencari agama selain agama islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.”(QS. Ali ‘Imron: 85)

Maka oleh karena itu Alloh Ta’ala memerintahkan kepada hambanya yang beriman yang Artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati sedang mereka tetap dalam kekafirannya, Maka tidaklah akan diterima dari seseorang diantara mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengan emas (yang sebanyak) itu. bagi mereka Itulah siksa yang pedih dan sekali-kali mereka tidak memperoleh penolong.”(QS. Ali ‘lmron: 91).


Juga dalam firman-Nya dalam ayat yang lain:
“Dengan ikhlas kepada Allah, tidak mempersekutukan sesuatu dengan Dia. barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, Maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.”(QS: Al-Hajj: 31)
Alloh Ta’ala juga bersaksi atas tauhid dan keadilan-Nya demikian pula para malaikat dan para ahlul ilmi juga barsaksi atas tauhid Alloh dan keadilan-Nya.


Sebagai mana dalam firman-Nya:
“ Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). tak ada Tuhan melainkan dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”(QS. Ali Imron: 18 )
Di dalam beberapa ayat di atas suatu bukti atas keutamaan ilmu dan orang yang berilmu karena Alloh Ta’ala menggandengkan persaksian mereka dengan persaksian Alloh dan persaksian para malaikat serta dijadikannya persaksian mereka sebagai dalil yang paling besar atas tauhid dan agama-Nya serta balasannya. Maka diwajibkan pula atas mukallaf untuk menerima persaksian yang haq ini, maka dengan demikian jelaslah bagi kita semua akan mulia dan agungnya tauhid serta mendakwahkannya.

PENJELASAN MAKNA KALIMAT TAUHID
Diantara perkara yang harus diketahui setiap muslim adalah mengetahui makna tauhid, kalau di sebut seecara mutlak dengan kata lain jika dikatakan mentauhidkan Alloh maka apa yang di maksud dari kalimat tadi……?
Jawabannya adalah kata-kata tauhid, mentauhidkan Alloh maka yang di maksud adalah Tauhid uluhiyah atau tauhid ibadah, inilah pendapat Ahlussunnah maka mereka memiliki penafsiran yang lain dan tidak menginginkan hal tersebut akan tetapi yang mereka maksudkan adalah perkara yang lain seperti tauhid Rububiyah atau menetapkan sang pencipta yaitu Alloh Ta’ala atau maksud mereka adalah Wihdatul wujud yaitu tidak ada perbedaan antara Alloh dan dengan makhluk-Nya maha suci Alloh dan maha tinggi atas segala ucapan mereka, atau yang mereka maksud dengan tauhid yaitu mengingkari sifat-sifat Alloh Ta’ala dan kepercayaan lainnya dari aqidah yang rusak dan tenggelam dalam kegelapan dan kejahilan, syirik, bid’ah serta kesesatan dengan segala jenisnya. Mudah-mudahan Alloh Ta’ala menyelamatkan kita dari segala aqidah yang batil.
Diantara dalil-dalil Ahlussunnah Wal Jama’ah yang membuktikan kebenaran pendapat mereka tentang penafsiran tauhid yang berarti tauhid Uluhiyah antara lain:
Dari Ibnu Abbas Radhiyallohu ‘anhuma mengatakan: “Ketika Nabi shallallohu ‘alaihi wa sallam mengutus Muadz bin Jabal ke penduduk yaman beliau shallallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “ sesungguhnya engkau akan mendatangi Ahli kitab(Yahudi dan Nasrani) maka hendaklah yang pertama kali kamu ajak mereka adalah mentauhidkan Alloh”. (HR. Bukhari 4347 dan Muslim)
Dalam riwayat lain juga disebut dengan lafazh:
(….فادْعُوهُمْ إِلىَ شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ …)
“maka dakwahkan mereka kepada syahadat bahwasanya tidak ada Tuhan yang paling berhaq untuk di sembah kecuali Alloh dan Muhammad adalah utusan Alloh”
Dan juga dalam riwayat lain dengan lafazh:
(….فَادْعُوهُمْ إلى عِبَادَةِ اللهِ تَعَالَى…)
“maka ajaklah mereka untuk beribadah kepada Alloh”
Al-Imam Ibnu Hajar rahimahulloh menyebutkan maksud dari lafaz-lafaz dalam hadits tadi yang dimaksud tauhid adalah berikrar dengan syahadatain. Dan yang di maksud ibadah adalah tauhid.
Intinya adalah yang dimaksud dengan tauhid adalah tauhid uluhiyah dan tauhid uluhiyah inilah yang mengikrarkan syahadatain dan keduanyalah hakikat islam.

Sehingga ibnu hajar rahimahulloh menyebutkan dengan hadits diatas bahwa tidak cukup dengan mengucapkan syahadad Laaillaha illalloh namun harus juga syahadat Muhammad Rasululloh.
Para pembaca yang budiman..! setelah mengetahui makna dari kata tauhid yaitu tauhid uluhiyah maka wajib bagi kita untuk mengetahui makna dari tauhid Uluhiyah
Tauhid Uluhiyah adalah mengesakan Alloh Ta’ala dalam beribadah dengan segala jenis ibadah baik ibadah hati atau ucapan dan perbuatan dan tidak boleh di sekutukan serta di palingkan sedikitpun dari ibadah tersebut. Sebagai mana firman Alloh Ta’ala yang artinya:
“Katakanlah: “Sesungguhnya Aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama.Dan Aku diperintahkan supaya menjadi orang yang pertama-tama berserah diri”. Katakanlah: “Sesungguhnya Aku takut akan siksaan hari yang besar jika Aku durhaka kepada Tuhanku”. Katakanlah: “Hanya Allah saja yang Aku sembah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agamaku”. Maka sembahlah olehmu (hai orang-orang musyrik) apa yang kamu kehendaki selain Dia. Katakanlah: “Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat”. ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” ( QS: Az- zumar 11-15 )

Dan firman Alloh dalam ayat yang lain yang artinya:
“ Katakanlah: “Sesungguhnya Aku Telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus, dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang musyrik”. Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan Aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)” ( QS: Al-an’am: 161-163 )

Dari hadits Ibnu Abbas di atas menunjukkan tauhid merupakan kewajiban yang pertama dan utama bagi para da’I dalam berdakwah maka hendaknya sebelum menyampaikan perkara agama yang lain maka sampaikanlah terlebih dahulu tauhid dan ingatkan tentang bahaya kesyirikan kerena tidak akan berguna segala ibadah tanpa tauhid yang benar. Sebagai mana firman Alloh Ta’ala “seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang Telah mereka kerjakan.”( QS: Al-an’am: 88 )
Wallohu a’alam bisshowab. Nantikan ( Insya Alloh ) edisi berikutnya..
Di susun oleh    :  Ust. Mizan Qudsiyah, Lc  
Maraaji’ / Referensi   : 
~ Al-Irsyad ila Shohihi I’tiqod oleh syaikh Sholeh al-Fauzan
~ Tadzkrul Muwahhidin oleh Syaikh Ibrohim Isa.

Jangan Lupakan Tauhid


Jangan Lupakan Tauhid

Jangan Lupakan Tauhid Masalah tauhid adalah masalah yang sangat penting. Ia merupakan asas tegaknya agama. Muatan utama ayat-ayat al-Qur’an dan misi pokok dakwah seluruh para nabi dan rasul.
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh telah Kami utus kepada setiap umat seorang rasul yang mengajak: Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.” (QS. An-Nahl: 36)
Sebuah materi dakwah yang tidak akan lekang oleh zaman dan terus dibutuhkan oleh siapa saja; orang miskin maupun orang kaya, orang tua maupun anak muda, penduduk kota maupun penduduk desa, pejabat maupun rakyat jelata.
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan ingatlah ketika Luqman memberikan nasehat kepada anaknya: Wahai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya syirik adalah kezaliman yang sangat besar.” (QS. Luqman: 13)
Dari ‘Itban bin Malik radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah mengharamkan api neraka kepada orang yang mengucapkan laa ilaha illallah dengan ikhlas karena ingin mencari wajah Allah.” (HR. Bukhari dalam Kitab ash-Sholah [425] dan Muslim dalam Kitab al-Iman [33])
Dalam suatu kesempatan ceramah, Syaikh Walid Saifun Nashr hafizhahullah -salah seorang murid Syaikh al-Albani rahimahullah- menasehatkan kepada kita untuk selalu memperhatikan masalah tauhid dan tidak menyepelekannya.
Beliau berkata:
Masalah paling besar yang diperhatikan ulama salaf apa? Bukan amalan anggota badan, akan tetapi [amalan] hati dan ikhlas dalam beramal…
Oleh sebab itu, Yusuf bin al-Husain -salah seorang salaf- berkata, “Sesuatu yang paling sulit di dunia ini adalah ikhlas…Betapa sering aku berusaha menyingkirkan riya’ dari dalam hatiku, tetapi seolah-olah ia muncul kembali di dalamnya dengan warna yang berbeda.”
Demikianlah, ia mempermainkan hati, terkadang ia berpaling ke kanan atau ke kiri. Sehingga sulit menggapai keikhlasan.
Sahl bin Abdullah berkata, “Tidak ada sesuatu yang lebih berat bagi jiwa (nafsu) daripada ikhlas. Sebab di dalamnya hawa nafsu tidak mendapat jatah sedikitpun.” Senang dipuji, suka disanjung… Hawa nafsu memang menyimpan banyak keinginan (ambisi)…
Oleh sebab itu, Imam Ahmad rahimahullah berkata, “Syarat -memurnikan- niat itu sangatlah berat.” Semoga Allah merahmati beliau.
Sufyan ats-Tsauri berkata, “Tidaklah aku menyembuhkan sesuatu yang lebih susah daripada niatku… Karena ia sering berbolak-balik.”
Oleh sebab itu semestinya bagi saudara-saudara kami, saya menasehati diri saya sendiri dan juga mereka untuk terus melazimi tauhid, bersemangat di dalamnya, dan terus-menerus berdoa kepada Allah agar mereka tetap istiqomah di atasnya.
Hendaknya mereka memohon kepada Allah jalla wa ‘ala supaya Allah membantu mereka untuk bisa teguh di atas tauhid, dan memberikan taufik kepada mereka untuk itu…
Masalah ini bukan masalah sepele, saudara-saudara sekalian…
Beliau juga menjelaskan:
Manusia, bisa jadi mereka adalah orang yang tidak mengerti tauhid -secara global maupun terperinci- maka orang semacam ini jelas wajib untuk mempelajarinya…
Atau bisa jadi mereka adalah orang yang mengerti tauhid secara global tapi tidak secara rinci… maka orang semacam ini wajib belajar rinciannya…
Atau bisa jadi mereka adalah orang yang telah mengetahui tauhid secara global dan terperinci… maka mereka pun tetap butuh untuk senantiasa diingatkan tentang tauhid…serta terus mempelajarinya dan tidak berhenti darinya…
Jangan berdalih dengan perkataan, “Saya ‘kan sudah menyelesaikan Kitab Tauhid.” atau mengatakan, “Saya sudah menuntaskan pembahasan masalah tauhid.” atau berkata, “Isu seputar tauhid sudah habis. Sehingga kita pindah saja kepada isu yang lain.”
Tidak demikian…
Sebab, tauhid tidaklah ditinggalkan menuju selainnya…tetapi tauhid harus senantiasa dibawa beserta yang lainnya. Kebutuhan kita terhadap tauhid lebih besar daripada kebutuhan kita terhadap air dan udara…
Beliau juga menegaskan:
Jadi, tauhid adalah misi dakwah seluruh rasul dan nabi. Ini adalah manhaj dakwah yang tidak berubah.. Dan kita pun tidak boleh merubahnya, dengan alasan apapun. Semisal, kita katakan, “Demi menyesuaikan dengan tuntutan zaman, dsb.” yang dengan alasan semacam itu kita merubah titik tolak dakwah dan mengganti manhaj dakwah.
Atau mengatakan bahwa semestinya sekarang dakwah kita mulai dengan masalah akhlak, atau sebaiknya kita mulai dengan masalah ini atau itu… Tidaklah demikian. Tidaklah kita memulai dakwah kecuali dengan apa yang dimulai oleh para rasul…
Inilah dakwah para rasul dan para nabi yang semestinya kita -semua- menunaikan tugas [dakwah] ini dengan baik; yang seharusnya kita tetap hidup di atasnya dan mati di atasnya pula. Baarakallahu fiikum.

Demikianlah cuplikan nasehat ulama yang bisa kami sajikan ke tengah pembaca sekalian. Semoga bisa menambah keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah ta’ala. 

Artikel Muslim.Or.Id

Senin, 26 November 2012

Doa Tolak Bala



Doa Tolak Bala
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
مَنْ رَأَى مُبْتَلَى فَقالَ: (الحمد لله الذي عافاني مما ابتلاه به وفضلني على كثير من خلقه تفضيلاً)، لَمْ يُصِبْهُ ذَلِكَ الْبَلاَءُ
“Barangsiapa yang melihat orang yang tertimpa bala lalu membaca: ALHAMDULILLAHILLADZI ‘AAFAANI MIMMABTALAAHU BIHI WAFADHDHALANI ‘ALA KATSIRIN MIN KHALQIHI TAFDHILAN (Segala pujian hanya milik Allah yang memberikan keselamatan kepadaku dari bala yang menimpa orang itu, dan Dia telah mengutamakan saya di atas kebanyakan makhluknya dengan keutamaan yang besar), niscaya bala itu tidak akan menimpanya.” (HR. At-Tirmizi no. 3431 dan dinyatakan hasan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 6248)
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
أَما لَوْ أَنَّ أَحَدَهُمْ يَقُوْلُ حَيْنَ يَأْتِي أَهْلَهُ: (بسم الله، اللهم جنبني الشيطان وجنب الشيطان ما رزقتنا)، ثُمَّ قُدِّرَ بَيْنَهُما فِي ذَلِكَ أَوْ قُضِيَ وَلَدٌ لَمْ يَضُرَّهُ الشَّيْطانُ أَبَداً
“Ketahuilah, jika seandainya salah seorang dari kalian membaca -ketika dia melakukan hubungan intim dengan istrinya-: BISMILLAH ALLAHUMMA JANNIBNI ASY-SYAITHANA WA JANNIB ASY-SYAITHANA MAA RAZAQTANA (Bismillah. Ya Allah jauhkanlah aku dari setan dan jauhkanlah setan dari apa yang Engkau rezkikan kepada kami), kemudian ditakdirkan -atau ditetapkan- untuknya anak dari hubungan tersebut, maka anak itu tidak akan dibahayakan oleh setan selama-lamanya.” (HR. Al-Bukhari no. 5165)
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
إِذا سَمِعْتُمْ صِياحَ الدِّيْكَةِ فَاسْأَلُوا اللهَ مِنْ فَضْلِهِ فَإِنَّها رَأَتْ مَلَكاً، وَإذا سمعتم نَهِيْقَ الْحِمارِ فَتَعَوَّذُوا بِاللهِ مِنَ الشَّيْطانِ، فَإِنَّهُ رَأَى شَيْطاناً
“Jika kalian mendengar kokok ayam maka mintalah keutamaan dari Allah karena sesungguhnya ayam itu melihat malaikat. Dan jika kalian mendengar suara ringkikan keledai maka berlindunglah kepada Allah dari setan karena sesungguhnya keledai itu melihat setan.” (HR. Al-Bukhari no. 3303)
Keutamaan Tahlilan
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
مَنْ قالَ: (لا إله إلا الله وحده لا شريك له، له الملك وله الحمد وهو على كل شيء قدير) فِي يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ كانَتْ لَهُ عَدْلَ عَشْرِ رِقابٍ وَكُتِبَتْ لَهُ مِائةُ حَسَنَةٍ وَمُحِيَتْ عَنْهُ مائةُ سَيِّئَةٍ وكانتْ له حِرْزاً مِنَ الشَّيْطانِ يَوْمَهُ ذَلِكَ حَتَّى يَمْسِي وَلَمْ يَأْتِ أَحَدٌ بِأَفْضَلَ مِمَّا جاءَ بِهِ إِلاَّ أَحَدٌ عَمِلَ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ. وَمَنْ قالَ: (سبحان الله وبحمده) في يومٍ مِائةَ مَرَّةٍ حُطَّتْ خَطاياهُ وَلَوْ كانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ
“Barangsiapa yang membaca: LAA ILAHA ILLALLAH WAHDAHU LAA SYARIKA LAHU, LAHUL MULKU WALAHUL HAMDU WA HUWA ‘ALA KULLI SYAY`IN QADIR (tiada sembahan yang berhak disembah selain Allah semata tidak ada sekutu bagi-Nya, hanya milik-Nya semua kekuasaan, hanya milik-Nya segala pujian, dan Dia Maha Mampu atas segala sesuatu) dalam sehari 100 kali, maka bagaikan telah membebaskan 10 orang budak, ditetapkan untuknya 100 kebaikan, dihapuskan darinya 100 kejelekan, dia mempunyai perlindungan dari setan sepanjang hari itu sampai sore, dan tidak ada seorangpun yang bisa mendatangkan amalan yang lebih baik daripada apa yang dia amalkan kecuali orang yang membaca bacaan ini lebih banyak daripada dirinya. Dan barangsiapa yang membaca: SUBHANALLAHI WABIHAMDIH (Aku menyucikan Allah dan segala pujian hanya untuk-Nya) dalam sehari 100 kali, maka semua kesalahannya akan diampuni walaupun sebanyak buih di lautan.” (HR. Muslim no. 2691)
Dari Abu Ayyub Al-Anshari radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
مَنْ قالَ: (لا إله إلا الله وحده لا شريك له، له الملك وله الحمد وهو على كل شيء قدير) عَشْرَ مَرّاتٍ كانَ كَمَنْ أَعْتَقَ أَرْبَعَةَ أَنْفُسٍ مِنْ وَلَدِ إِسْماعِيْلَ
“Barangsapa yang membaca: LAA ILAHA ILLALLAH WAHDAHU LAA SYARIKA LAHU, LAHUL MULKU WALAHUL HAMDU WA HUWA ‘ALA KULLI SYAY`IN QADIR (tiada sembahan yang berhak disembah selain Allah semata tidak ada sekutu bagi-Nya, hanya milik-Nya semua kekuasaan, hanya milik-Nya segala pujian, dan Dia Maha Mampu atas segala sesuatu) 10 kali maka dia bagaikan memerdekakan 4 jiwa dari anak keturunan Ismail.” (HR. Muslim no. 2693)
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
لَأَنْ أَقُوْلَ: (سبحان الله والحمد لله ولا إله إلا الله والله أكبر) أَحَبُّ إِلَيَّ مِمّا طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ
“Saya membaca: ‘SUBHANALLAH WALHAMDULILLAH WALAA ILAHA ILLALLAHU WALLAHU AKBAR’, lebih saya senangi daripada semua yang matahari terbit atasnya (dunia seisinya).” (HR. Muslim no. 2695)
Perisai Dari Fitnah Dajjal
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
إِذا تَشَهَّدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللهِ مِنْ أَرْبَعٍ. يَقُوْلُ: اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عذاب الْقَبْرِ ومن فِتْنَةِ الْمَحْيا وَالْمَماتِ ومن فتنة الْمَسِيْحِ الدَّجّالِ
“Jika salah seorang di antara kalian selesai membaca tasyahhud maka hendaknya dia meminta perlindungan kepada Allah dari empat perkara. Hendaknya dia membaca: ALLAHUMMA INNI A’UDZU BIKA MIN ‘ADZABI JAHANNAM, WA MIN ‘ADZABIL QABRI, WA MIN FITNATIL MAHYA WAL MAMATI, WA MIN FITNATIL MASIH AD-DAJJAL (Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksaan Jahannam, dari siksaan kubur, dari ujian kehidupan dan kematian, serta dari ujian Al-Masih Ad-Dajjal).” (HR. Muslim no. 588)
Dikatakan Dajjal sebagai Al-Masih, karena kedua matanya mamsuh (rusak).
Dalam sebuah riwayat Muslim dengan lafazh, “Jika salah seorang di antara kalian selesai membaca tasyahud akhir.”
Dari Imran bin Hushain radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
مَنْ سَمِعَ بِالدَّجّالِ فَلْيَنْأَ عَنْهُ. فَوَاللهِ إِنَّ الرَّجُلَ لَيَأْتِيْهِ وَهُوَ يَحْسِبُ أَنَّهُ مُؤْمِنٌ فَيَتْبَعُهُ مِمّا يَبْعَثُ بِهِ مِنَ الشُّبُهاتِ
“Siapa saja yang mendengar tentang Dajjal maka hendaknya dia menjauh. Karena demi Allah, ada seseorang yang mendatangi Dajjal dalam keadaan dia mengira kalau dirinya adalah orang yang beriman, akan tetapi akhirnya dia mengikuti Dajjal akibat besarnya syubhat/kerancuan yang dia datangkan.” (HR. Ahmad: 4/430, Abu Daud no. 4319, dan sanadnya dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Al-Misykah no. 5488)
Dari Abu Ad-Darda` radhiallahu anhu bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
مَنْ حَفِظَ عَشْرَ آياتٍ مِنْ أَوَّلِ سُوْرَةِ الْكَهْفِ عُصِمَ مِنَ الدَّجّالِ
“Barangsiapa yang menghafal 10 ayat pertama surah Al-Kahfi maka dia akan dijaga dari Dajjal.” (HR. Muslim no. 809)
Zikir-Zikir Pagi Dan Petang
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:
مَنْ قَالَ حِينَ يُصْبِحُ وَحِينَ يُمْسِي: سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ مِائَةَ مَرَّةٍ لَمْ يَأْتِ أَحَدٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِأَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ بِهِ إِلَّا أَحَدٌ قَالَ مِثْلَ مَا قَالَ أَوْ زَادَ عَلَيْهِ
“Barang siapa, ketika pagi dan sore, membaca doa: SUBHANALLAHI WABIHAMDIHI (Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya) sebanyak seratus kali, maka pada hari kiamat tidak ada orang lain yang melebihi pahalanya kecuali orang yang juga pernah mengucapkan bacaan seperti itu atau lebih dan itu.[1]” (HR. Muslim)
            Dan dari Ibnu Mas’ud radhiallahu anhu dia berkata:
كَانَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَمْسَى قَالَ أَمْسَيْنَا وَأَمْسَى الْمُلْكُ لِلَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ. رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِي هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهَا وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِي هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهَا رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْكَسَلِ وَسُوءِ الْكِبَرِ رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ وَعَذَابٍ فِي الْقَبْرِ
وَإِذَا أَصْبَحَ قَالَ ذَلِكَ أَيْضًا: أَصْبَحْنَا وَأَصْبَحَ الْمُلْكُ لِلَّهِ
“Apabila sore hari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengucapkan do’a yang berbunyi: “AMSAYNA WA AMSAL MULKU LILLAHI WALHAMDU LILLAH. LAA ILAHA ILLALLAHU WAHDAHU LAA SYARIKA LAHU. LAHUL MULKU WALAHUL HAMDU WAHUWA ‘ALA KULLI SYAY`IN QADIR. RABBI AS`ALUKA KHAYRA MAA FII HADZIHIL LAILAH, WA KHAYRA MAA BA’DAHA. WA A’UDZU BIKA MIN SYARRI MAA FII HADZIHIL LAILAH, WA SYARRI MAA BA’DAHA. RABBI A’UDZU BIKA MINAL KASALI WA SUU`IL KIBARI. RABBI A’UDZU BIKA MIN ‘ADZABIN FIN NAARI WA ‘ADZABIN FIL QABRI (Kami memasuki sore hari dan pada sore ini jagad raya tetap milik Allah. Segala puji bagi Allah tiada sembahan yang haq selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nyalah semua kekuasaan dan pujian, dan Dialah yang berkuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, aku mohon kepada-Mu dari kebaikan malam ini dan kebaikan sesudahnya. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang ada pada malam ini dan kejahatan sesudahnya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari kemalasan, kesengsaraan di masa tua. Ya Allah, Aku berlindung kepada-Mu dari azab neraka dan azab di dalam kubur).”
Apabila pagi hari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga mengucapkan doa tersebut dengan diganti bagian pertamanya menjadi: ASHBAHNA ASHBAHAL MULKU LILLAHI (Kami memasuki pagi hari dan pada pagi hari ini jagad raya dan seisinya adalah milik Allah).[2]” (HR. Muslim)
            Dari Syaddad bin Aus radhiallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:
سَيِّدُ الِاسْتِغْفَارِ أَنْ تَقُولَ اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ
قَالَ: وَمَنْ قَالَهَا مِنْ النَّهَارِ مُوقِنًا بِهَا فَمَاتَ مِنْ يَوْمِهِ قَبْلَ أَنْ يُمْسِيَ فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ وَمَنْ قَالَهَا مِنْ اللَّيْلِ وَهُوَ مُوقِنٌ بِهَا فَمَاتَ قَبْلَ أَنْ يُصْبِحَ فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ
“Sayyid al-istighfar (pimpinan doa istighfar) adalah kamu mengucapkan: ALLAHUMMA ANTA RABBI LAA ILAAHA ILLA ANTA KHALAQTANI WA ANA ‘ABDUKA WA ANA ‘ALA ‘AHDIKA WA WA’DIKA MASTATHA’TU A’UUDZU BIKA MIN SYARRI MAA SHANA’TU. ABUU`U LAKA BINI’MATIKA ‘ALAYYA WA ABUU`U LAKA BIDZANBI FAGHFIRLI. FA INNAHU LAA YAGHFIRU ADZ-DZUNUUBA ILLA ANTA (Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi selain Engkau. Engkau telah menciptakanku dan aku adalah hamba-Mu. Aku menetapi perjanjian-Mu dan janji-Mu sesuai dengan kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatanku, aku mengakui dosaku kepada-Mu dan aku akui nikmat-Mu kepadaku, maka ampunilah aku. Sebab tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain-Mu).”
Beliau bersabda: “Jika ia mengucapkan di waktu siang dengan penuh keyakinan lalu meninggal pada hari itu sebelum waktu sore, maka ia termasuk dari penghuni surga. Dan jika ia membacanya di waktu malam dengan penuh keyakinan lalu meninggal sebelum masuk waktu pagi, maka ia termasuk dari penghuni surga.[3]” (HR. Al-Bukhari)

Sebab-Sebab Ditolaknya Doa
Allah Ta’ala berfirman:
ادعوني أستجب لكم
“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” (QS. Ghafir: 60)
Allah Azza wa Jalla juga berfirman:
وإذا سألك عبادي عني فإني قريب أجيبُ دعوة الداعِ إذا دعان
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku.” (QS. Al-Baqarah: 186)
Kedua ayat di atas menjelaskan bahwa doa adalah amalan yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala dan amalan yang sangat dianjurkan. Dan ini menunjukkan bahwa doa itu adalah ibadah dan amalan yang dicintai oleh Allah Ta’ala. Karenanya telah shahih dalam hadits An-Nu’man bin Basyir radhiallahu anhu bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ
“Doa adalah ibadah.” (HR. Abu Daud no. 1264, At-Tirmizi no. 2895, dan Ibnu Majah no. 3818)
Dan dalam hadits Abu Dzar radhiallahu anhu: Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: Allah Ta’ala berfirman dalam hadits qudsi:
يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِي صَعِيدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُونِي فَأَعْطَيْتُ كُلَّ إِنْسَانٍ مَسْأَلَتَهُ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِي إِلَّا كَمَا يَنْقُصُ الْمِخْيَطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ
“Hai hamba-hambaKu, seandainya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang belakangan serta semua jin dan manusia berdiri di atas dataran yang sama, lalu mereka semua memohon kepada-Ku, kemudian masing-masing Aku penuhi permintaannya, maka hal itu tidak akan mengurangi apa yang ada di sisi-Ku, melainkan hanya seperti air yang melekat pada jarum jika dia dimasukkan ke dalam lautan.” (HR. Muslim no. 4674)

Sabtu, 24 November 2012

" SURAT UNTUK ISTRI SOLIKAH "




“ Surat dari Suami Untuk  Istri ”



Oleh : Kastari Aburidza Bin Katam

 Wahai istriku, ku teringat sebuah kewajiban yang harus ku tunaikan sebagai seorang suami, sebagai seorang nahkoda dalam kapal kita, sebagai seorang pemimpin dalam rumah tangga kita, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam sebuah ayat dan hadist yang tak hanya sekali ku mendengarnya. Allah Ta’ala berfirman

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita” (QS. An Nisa :34)


Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : “ Setiap kalian adalah pemimpin dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. Seorang suami pemimpin dirumahnya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya, dan seorang istri pemimpin di rumah suaminya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya”. ( HR. Bukhari dan Muslim dari Abdullah Bin Umar Radiyalallahu ‘Anhu)
Wahai istriku, ku akan berusaha menjadi suami yang baik, yang menyayangimu yang berusaha untuk berta’awun (saling tolong menolong) dalam kebaikan. Semoga aku bisa merealisasikan sebuah ayat yang tak jarang aku mendengarnya

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى

” Dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan ketakwaan “ ( Qs. Maidah : 2 )
atau ku bisa manjadi seperti seorang hamba yang Allah rahmati, sebagaimana yang telah disebutkan dalam sebuah hadist
“ Semoga Allah merahmati seorang laki-laki yang bangun malam lalu sholat dan membangunkan istrinya untuk sholat dan bila tidak mau bangun ia memercikinya dengan air diwajahnya dan semoga Allah merahmati seorang perempuan yang bangun malam lalu sholat dan membangunkan suaminya untuk sholat dan bila tidak mau bangun ia memercikinya dengan air diwajahnya” (HR. Ahmad, Ahlu sunan kecuali At Tirmidzi Hadist ini shahih)
Wahai istriku, ku akan selalu berusaha membuat dirimu senang, sebagaimana  ku senang jika diperlakukan seperti itu. Diantaranya ku akan berusaha selalu tampil rapih, wangi dihadapan dirimu. Sebagaimana ku senang jika ku diperlakukan seperti itu.

وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالمَعْرُوفِ

“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya” (QS.AL-Baqarah : 228 )

Wahai istriku, jika engkau melihat dari diriku rasa cemburu itu bukti rasa cintaku padamu. Yang dengan itu, aku berusaha menjaga dan mencintaimu, semoga dengan sebab kecemburuanku yang syar’i menjadi sebab terjaganya dirimu, ku ingin seperti Sa’ad bin Ubadah bahkan ku ingin seperti Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam.
Berkata Sa’ad bin Ubadah :“ Seandainya aku melihat seorang bersama istriku, niscaya aku akan menebasnya dengan pedang yang tajam”, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “ Apakah kalian merasa heran dengan kecemburuan Sa’ad? Sungguh aku lebih cemburu dari padanya, dan Allah lebih cemburu dari padaku” (HR. Bukhari dan Muslim)
Wahai istriku, engkau dalam pandanganku seorang yang sangat berharga bagi diriku, sosok yang luar biasa, ketaatanmu yang membuat diriku tambah mencintai dirimu. Engkau diantara anugrah yang terbesar yang Allah berikan kepada diriku, sebagaimana Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “ Dunia adalah perhiasan, sebaik-baik perhiasan adalah wanita yang shalihah ” (HR Muslim)
Dan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam pun bersabda dalam hadist yang lain: “ Barang siapa yang dikaruniai oleh Allah seorang wanita yang shalihah, berarti dia telah menolongnya atas separuh agamanya, maka hendaklah ia bertakwa kepada Allah pada yang separuh yang kedua “(HR Al Hakim dan dia berkata sanadnya shahih dan disetujui oleh Adz Dzahabi)
Wahai istriku, kebaikanmu begitu besar kepada diriku, kasih sayang dan kelembutanmu, ketaatan dan kesetiaanmu, pelayanan dan pengorbananmu begitu terasa oleh diriku, wahai istriku, semoga Allah membalas kebaikanmu dengan masukkanmu kedalam surga Nya.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “ Bila seorang shalat lima waktu, puasa pada bulan ramadhan, menjaga kemaluannya dan taat kepada suminya ia akan masuk surga dari pintu mana saja yang dia inginkan ” (HR.Ibnu Nuaim di hasankan oleh syaikh  Al AlBani)
Wahai istriku, ingatkanlah jika suamimu keliru, jika ada hakmu yang terlalaikan, wahai istriku jangan engkau ragu untuk menasehati jika suamimu keliru, jika suamimu salah, wahai istriku  ku ingin rumah tangga kita dibangun diatas saling menasehati didalam ketaatan kepada Allah, karena atas dasar inilah agama kita dibangun. sebagaimana Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda “Agama itu adalah nasehat” (HR Muslim)
Wahai istriku, ku ingin hubungan kita dibangun atas saling percaya dan saling berkhusnudzan (berberbaik sangka) satu dengan yang lainnya,  karena dengan sebab inilah akan menutup celah hal-hal yang akan menimbulkan hubungan kita tidak harmonis.
Wahai istriku, sebagai seorang suami ku ingin mengajarkan perkara agama kepada dirimu, tentang permasalahan tauhid, sholat, puasa dan permasalahan agama yang lainnya, atau mari kita bersama-sama pergi kemajelis ilmu yang membahas perkara agama dengan pemahaman yang benar, karena hal ini adalah diantara kewajibanku sebagai seorang suami, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا

“Hai orang-orang yang beriman, pelihara dirimu dan keluargamu dari api neraka” (QS. At Tahrim:6)
Wahai istriku, ku akan melangkahkan kaki ini, mengerahkan tenaga mencari rezeki yang halal yang Allah tetapkan untuk diriku, sebagai tanggung jawab seorang suami untuk menafkahi anak dan istrinya, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman :

لِيُنفِقْ ذُو سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ فَلْيُنفِقْ مِمَّا آتَاهُ اللهُ لا يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلَّا مَا آتَاهَا سَيَجْعَلُ اللهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا

“ Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberikan nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah berikan kepadanya “ (QS. Ath-Thalaq : 7)
Wahai istriku, ku akan selalu berusaha bergaul dengan pergaulan yang baik dengan dirimu, dengan kelembutan dan kasih sayang, dengan tutur kata yang sopan dan etika yang baik, dengan mendengar dan menghargai pendapatmu, dengan membantu dan meringankan pekerjaanmu, dengan bersikap yang baik dan menjaga perasaanmu, wahai istriku maafkan suamimu jika masih jauh dari hal itu, ku ingin berusaha berbuat yang terbaik untuki dirmu.
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
“Seorang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik ahklaqnya, dan sebaik-baiknya kalian ialah yang terbaik kepada istrinya “ (HR. At Tirmidzi dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani)
Wahai istriku, ku ingin engkau akrab dengan kedua orang tuaku. Ku ingin mereka menyayangimu seperti anaknya sendiri, wahai istriku mulailah dengan berlaku lemah lembut kepadanya, membantu pekerjaannya, niscaya engkau akan disayang seperti anaknya sendiri.
Wahai istriku semoga Allah menjaga dan melanggengkan rumah tangga kita diatas ketaatan kepada Allah hingga akhir hayat kita, dan memasukan kita kedalam surganya.

Selasa, 20 November 2012

KISAH SAHABAT NABI (UMAR BIN KHATTAB)

UMAR BIN KHATTAB


"Ya Allah...buatlah Islam ini kuat dengan masuknya salah satu dari kedua orang ini. Amr bin Hisham atau Umar bin Khattab." Salah satu dari doa Rasulullah pada saat Islam masih dalam tahap awal penyebaran dan masih lemah. Doa itu segera dikabulkan oleh Allah. Allah memilih Umar bin Khattab sebagai salah satu pilar kekuatan islam, sedangkan Amr bin Hisham meninggal sebagai Abu Jahal.
Umar bin Khattab dilahirkan 12 tahun setelah kelahiran Rasulullah saw. Ayahnya bernama Khattab dan ibunya bernama Khatmah. Perawakannya tinggi besar dan tegap dengan otot-otot yang menonjol dari kaki dan tangannya, jenggot yang lebat dan berwajah tampan, serta warna kulitnya coklat kemerah-merahan.
Beliau dibesarkan di dalam lingkungan Bani Adi, salah satu kaum dari suku Quraisy. Beliau merupakan  khalifah kedua didalam islam setelah Abu Bakar As Siddiq.
Nasabnya adalah Umar bin Khattab bin Nufail bin Abdul Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qarth bin Razah bin 'Adiy bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib. Nasab beliau bertemu dengan nasab Nabi pada kakeknya Ka'ab. Antara beliau dengan Nabi selisih 8 kakek. lbu beliau bernama Hantamah binti Hasyim bin al-Mughirah al-Makhzumiyah. Rasulullah memberi beliau "kun-yah" Abu Hafsh (bapak Hafsh) karena Hafshah adalah anaknya yang paling tua; dan memberi "laqab" (julukan) al Faruq.

Umar bin Khattab masuk Islam
Sebelum masuk Islam, Umar bin Khattab dikenal sebagai seorang yang keras permusuhannya dengan kaum Muslimin, bertaklid kepada ajaran nenek moyangnya, dan melakukan perbuatan-perbuatan jelek yang umumnya dilakukan kaum jahiliyah, namun tetap bisa menjaga harga diri. Beliau masuk Islam pada bulan Dzulhijah tahun ke-6 kenabian, tiga hari setelah Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam.
Ringkas cerita, pada suatu malam beliau datang ke Masjidil Haram secara sembunyi-sembunyi untuk mendengarkan bacaan shalat Nabi. Waktu itu Nabi membaca surat al-Haqqah. Umar bin Khattab kagum dengan susunan kalimatnya lantas berkata pada dirinya sendiri- "Demi Allah, ini adalah syair sebagaimana yang dikatakan kaum Quraisy." Kemudian beliau mendengar Rasulullah membaca ayat 40-41 (yang menyatakan bahwa Al Qur'an bukan syair), lantas beliau berkata, "Kalau begitu berarti dia itu dukun." Kemudian beliau mendengar bacaan Nabi ayat 42, (Yang menyatakan bahwa Al-Qur'an bukan perkataan dukun.) akhirnya beliau berkata, "Telah terbetik lslam di dalam hatiku." Akan tetapi karena kuatnya adat jahiliyah, fanatik buta, pengagungan terhadap agama nenek moyang, maka beliau tetap memusuhi Islam.
Kemudian pada suatu hari, beliau keluar dengan menghunus pedangnya bermaksud membunuh Nabi. Dalam perjalanan, beliau bertemu dengan Nu`aim bin Abdullah al 'Adawi, seorang laki-laki dari Bani Zuhrah. Lekaki itu berkata kepada Umar bin Khattab, "Mau kemana wahai Umar?" Umar bin Khattab menjawab, "Aku ingin membunuh Muhammad." Lelaki tadi berkata, "Bagaimana kamu akan aman dari Bani Hasyim dan Bani Zuhrah, kalau kamu membunuh Muhammad?" Maka Umar menjawab, "Tidaklah aku melihatmu melainkan kamu telah meninggalkan agama nenek moyangmu." Tetapi lelaki tadi menimpali, "Maukah aku tunjukkan yang lebih mencengangkanmu, hai Umar? Sesuugguhnya adik perampuanmu dan iparmu telah meninggalkan agama yang kamu yakini."
Kemudian dia bergegas mendatangi adiknya yang sedang belajar Al Qur'an, surat Thaha kepada Khabab bin al Arat. Tatkala mendengar Umar bin Khattab datang, maka Khabab bersembunyi. Umar bin Khattab masuk rumahnya dan menanyakan suara yang didengarnya. Kemudian adik perempuan Umar bin Khattab dan suaminya berkata, "Kami tidak sedang membicarakan apa-apa." Umar bin Khattab menimpali, "Sepertinya kalian telah keluar dari agama nenek moyang kalian." Iparnya menjawab, "wahai Umar, apa pendapatmu jika kebenaran itu bukan berada pada agamamu?"  Mendengar ungkapan tersebut Umar bin Khattab memukulnya hingga terluka dan berdarah, karena tetap saja saudaranya itu mempertahankan agama Islam yang dianutnya, Umar bin Khattab berputus asa dan menyesal melihat darah mengalir pada iparnya.
Umar bin Khattab berkata, 'Berikan kitab yang ada pada kalian kepadaku, aku ingin membacanya.' Maka adik perempuannya berkata," Kamu itu kotor. Tidak boleh menyentuh kitab itu kecuali orang yang bersuci. Mandilah terlebih dahulu!" lantas Umar bin Khattab mandi dan mengambil kitab yang ada pada adik perempuannya. Ketika dia membaca surat Thaha, dia memuji dan muliakan isinya, kemudian minta ditunjukkan keberadaan Rasulullah.
Tatkala Khabab mendengar perkataan Umar bin Khattab, dia muncul dari persembunyiannya dan berkata, "Aku akan beri kabar gembira kepadamu, wahai Umar! Aku berharap engkau adalah orang yang didoakan Rasulullah pada malam Kamis, 'Ya Allah, muliakan Islam.dengan Umar bin Khatthab atau Abu Jahl (Amru) bin Hisyam.' Waktu itu, Rasulullah berada di sebuah rumah di daerah Shafa." Umar bin Khattab mengambil pedangnya dan menuju rumah tersebut, kemudian mengetuk pintunya. Ketika ada salah seorang melihat Umar bin Khattab datang dengan pedang terhunus dari celah pintu rumahnya, dikabarkannya kepada Rasulullah. Lantas mereka berkumpul. Hamzah bin Abdul Muthalib bertanya, "Ada apa kalian?" Mereka menjawab, 'Umar (datang)!" Hamzah bin Abdul Muthalib berkata, "Bukalah pintunya. Kalau dia menginginkan kebaikan, maka kita akan menerimanya, tetapi kalau menginginkan kejelekan, maka kita akan membunuhnya dengan pedangnya." Kemudian Nabi menemui Umar bin Khattab dan berkata kepadanya. "... Ya Allah, ini adalah Umar bin Khattab. Ya Allah, muliakan Islam dengan Umar bin Khattab." Dan dalam riwayat lain: "Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan Umar."
Seketika itu pula Umar bin Khattab bersyahadat, dan orang-orang yang berada di rumah tersebut bertakbir dengan keras. Menurut pengakuannya dia adalah orang yang ke-40 masuk Islam. Abdullah bin Mas'ud berkomentar, "Kami senantiasa berada dalam kejayaan semenjak Umar bin Khattab masuk Islam."

Kepemimpinan Umar bin Khattab
Keislaman beliau telah memberikan andil besar bagi perkembangan dan kejayaan Islam. Beliau adalah pemimpin yang adil, bijaksana, tegas, disegani, dan selalu memperhatikan urusan kaum muslimin. Pemimpin yang menegakkan ketauhidan dan keimanan, merobohkan kesyirikan dan kekufuran, menghidupkan sunnah dan mematikan bid'ah. Beliau adalah orang yang paling baik dan paling berilmu tentang al-Kitab dan as-Sunnah setelah Abu Bakar As Siddiq.
Kepemimpinan Umar bin Khattab tak seorangpun yang dapat meragukannya. Seorang tokoh besar setelah Rasulullah SAW dan Abu Bakar As Siddiq. Pada masa kepemimpinannya kekuasaan islam bertambah luas. Beliau berhasil menaklukkan Persia, Mesir, Syam, Irak, Burqah, Tripoli bagian barat, Azerbaijan, Jurjan, Basrah, Kufah dan Kairo.
Dalam masa kepemimpinan sepuluh tahun Umar bin Khattab itulah, penaklukan-penaklukan penting dilakukan Islam. Tak lama sesudah Umar bin Khattab memegang tampuk kekuasaan sebagai khalifah, pasukan Islam menduduki Suriah dan Palestina, yang kala itu menjadi bagian Kekaisaran Byzantium. Dalam pertempuran Yarmuk (636), pasukan Islam berhasil memukul habis kekuatan Byzantium. Damaskus jatuh pada tahun itu juga, dan Darussalam menyerah dua tahun kemudian. Menjelang tahun 641, pasukan Islam telah menguasai seluruh Palestina dan Suriah, dan terus menerjang maju ke daerah yang kini bernama Turki. Tahun 639, pasukan Islam menyerbu Mesir yang juga saat itu di bawah kekuasaan Byzantium. Dalam tempo tiga tahun, penaklukan Mesir diselesaikan dengan sempurna.
Penyerangan Islam terhadap Irak yang saat itu berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Persia telah mulai bahkan sebelum Umar bin Khattab naik jadi khalifah. Kunci kemenangan Islam terletak pada pertempuran Qadisiya tahun 637, terjadi di masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Menjelang tahun 641, seseluruh Irak sudah berada di bawah pengawasan Islam. Dan bukan hanya itu, pasukan Islam bahkan menyerbu langsung Persia dan dalam pertempuran Nehavend (642), mereka secara menentukan mengalahkan sisa terakhir kekuatan Persia. Menjelang wafatnya Umar bin Khattab di tahun 644, sebagian besar daerah barat Iran sudah terkuasai sepenuhnya. Gerakan ini tidak berhenti tatkala Umar bin Khattab wafat. Di bagian timur mereka dengan cepat menaklukkan Persia dan bagian barat mereka mendesak terus dengan pasukan menyeberang Afrika Utara.
Selain pemberani, Umar bin Khattab juga seorang yang cerdas. Dalam masalah ilmu diriwayatkan oleh Al Hakim dan Thabrani dari Ibnu Mas’ud berkata, ”Seandainya ilmu Umar bin Khattab diletakkan pada tepi timbangan yang satu dan ilmu seluruh penghuni bumi diletakkan pada tepi timbangan yang lain, niscaya ilmu Umar bin Khattab lebih berat dibandingkan ilmu mereka. Mayoritas sahabatpun berpendapat bahwa Umar bin Khattab menguasai 9 dari 10 ilmu. Dengan kecerdasannya beliau menelurkan konsep-konsep baru, seperti menghimpun Al Qur’an dalam bentuk mushaf, menetapkan tahun hijriyah sebagai kalender umat Islam, membentuk kas negara (Baitul Maal), menyatukan orang-orang yang melakukan sholat sunah tarawih dengan satu imam, menciptakan lembaga peradilan, membentuk lembaga perkantoran, membangun balai pengobatan, membangun tempat penginapan, memanfaatkan kapal laut untuk perdagangan, menetapkan hukuman cambuk bagi peminum "khamr" (minuman keras) sebanyak 80 kali cambuk, mencetak mata uang dirham, audit bagi para pejabat serta pegawai dan juga konsep yang lainnya.
Namun dengan begitu beliau tidaklah menjadi congkak dan tinggi hati. Justru beliau seorang pemimpin yang zuhud lagi wara’. Beliau berusaha untuk mengetahui dan memenuhi kebutuhan rakyatnya. Dalam satu riwayat Qatadah berkata, ”Pada suatu hari Umar bin Khattab memakai jubah yang terbuat dari bulu domba yang sebagiannnya dipenuhi dengan tambalan dari kulit, padahal waktu itu beliau adalah seorang khalifah, sambil memikul jagung ia lantas berjalan mendatangi pasar untuk menjamu orang-orang.” Abdullah, puteranya berkata, ”Umar bin Khattab berkata, ”Seandainya ada anak kambing yang mati di tepian sungai Eufrat, maka umar merasa takut diminta pertanggung jawaban oleh Allah SWT.”
Beliaulah yang lebih dahulu lapar dan yang paling terakhir kenyang, Beliau berjanji tidak akan makan minyak samin dan daging hingga seluruh kaum muslimin kenyang memakannya…
Tidak diragukan lagi, khalifah Umar bin Khattab adalah seorang pemimpin yang arif, bijaksana dan adil dalam mengendalikan roda pemerintahan. Bahkan ia rela keluarganya hidup dalam serba kekurangan demi menjaga kepercayaan masyarakat kepadanya tentang pengelolaan kekayaan negara. Bahkan Umar bin Khattab sering terlambat salat Jum'at hanya menunggu bajunya kering, karena dia hanya mempunyai dua baju.
Kebijaksanaan dan keadilan Umar bin Khattab ini dilandasi oleh kekuatirannya terhadap rasa tanggung jawabnya kepada Allah SWT. Sehingga jauh-jauh hari Umar bin Khattab sudah mempersiapkan penggantinya jika kelak dia wafat. Sebelum wafat, Umar berwasiat agar urusan khilafah dan pimpinan pemerintahan, dimusyawarahkan oleh enam orang yang telah mendapat ridha Nabi SAW. Mereka adalah Utsman bin AffanAli bin Abu ThalibThalhah bin UbaidilahZubair binl AwwamSa'ad bin Abi Waqqash, dan Abdurrahman bin Auf. Umar menolak menetapkan salah seorang dari mereka, dengan berkata, aku tidak mau bertanggung jawab selagi hidup sesudah mati. Kalau AIlah menghendaki kebaikan bagi kalian, maka Allah akan melahirkannya atas kebaikan mereka (keenam orang itu) sebagaimana telah ditimbulkan kebaikan bagi kamu oleh Nabimu.

Wafatnya Umar bin Khattab
Pada hari Rabu bulan Dzulhijah tahun 23 H Umar Bin Kattab wafat, Beliau ditikam ketika sedang melakukan Shalat Subuh oleh seorang Majusi yang bernama Abu Lu’luah, budak milik al-Mughirah bin Syu’bah diduga ia mendapat perintah dari kalangan Majusi. Umar bin Khattab dimakamkan di samping Nabi saw dan Abu Bakar as Siddiq, beliau wafat dalam usia 63 tahun.